Bupati Suhardiman Amby mengulas sejarah singkat Pacu Jalur di Kuantan Singingi, Riau. Sejarang singkat disampaikan saat menyambut tamu yang hadir.
"Insyallah Pacu Jalur semakin mendunia. Salam kayuah," kata Suhardiman Amby di Tepian Narosa, Rabu (20/8/2025).
Suhardiman mengungkap tradisi Pacu Jalur sudah memasuki usia 1 abad lebih. Artinya tradisi leluhur masih tetap terjaga selama 125 tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hari ini sudah berusia 125 tahun pacu jalur kita di Kuantan Singingi. Pacu Jalur adalah warisan leluhur yang berusia 1 abad lebih sejak abad ke 17 di Tepian Sungai Kuantan," kata Suhardiman.
Menurut mantan anggota DPRD Riau itu, jalur atau perahu berasal dari pohon-pohon tua pilihan. Pohon dipilih untuk menjadi perahu yang menghubungkan kampung ke kampung dan alat transportasi.
"Bermula dari masyarakat membuat jalur perahu kayu yang panjang dari pohon-pohon pohon pilihan. Awalnya sebagai sarana transportasi menghubungkan dari kampung ke kampung, juga mengangkut hasil bumi, karet dan lainnya," katanya.
Seiring waktu, masyarakat menjadikan jalur lambang kebersamaan dan kehormatan. Sehingga lahirlah tradisi pacu jalur pada masa Kerajaan Indragiri.
"Pacu jalur hadir dalam perayaan islam, upacara adat dan pesta rakyat. Kini berdiri sebagai budaya nasional, sebagai gerbang masuk turis asing ke indonesia. Budaya dan tradisi pacu jalur adalah condong dan adat Kuantan Singingi," katanya.
Tak sembarangan, jalur dibuat dengan adat dan tradisi leluhur. Salah satunya iringan doa, tepung tawar dan pemberian nama dengan harapan besar seluruh masyarakat setempat.
"Jalur dibuat dengan ritual adat, menebang kayu diiringi doa, tepung tawar. Tiap jalur membawa nama penuh makna, doa dan harapan seluruh anak negeri," kata pria bergelar Datuk Panglimo Dalam tersebut.
(ras/mjy)