Melihat 'Sultan Sakti Bakung Batuah', Jalur Tertua yang Ikut Pacu di Kuansing

Riau

Melihat 'Sultan Sakti Bakung Batuah', Jalur Tertua yang Ikut Pacu di Kuansing

Raja Adil Siregar - detikSumut
Selasa, 19 Agu 2025 20:04 WIB
Jalur Sultan Sakti Bakung Batuah. (Foto: Dok Raja Adil Siregar/detikSumut).
Jalur Sultan Sakti Bakung Batuah. (Foto: Dok Raja Adil Siregar/detikSumut).
Jakarta -

Festival Pacu Jalur yang digelar di Tepian Narosa, Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, menarik perhatian setelah viral lewat aura farming. Yuk intip jalur atau perahu tertua yang ikut dalam even kali ini.

Pantauan detikSumut, ratusan jalur terlihat sudah mulai parkir di Tepian Narosa, Taluk Kuantan, sore ini. Namun uniknya, ada jalur berusia 36 tahun yang masih ikut bertarung beradu kecepatan.

Adalah Sultan Sakti Bakung Batuah, jalur itu ikut dalam barisan yang parkir di Seberang Taluk. Jalur dari Desa Pulau Baru itu sudah ada sejak 1989 silam atau tepatnya pada 29 September.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jalur itu kembali bangkit sejak 3 tahun lalu setelah dikandangkan selama lebih dari 25 tahun. Usianya yang tua, tak menyurutkan semangat masyarakat Desa Pulau Baru ikut meramaikan arena di Batang Kuantan.

"Jalur ini sudah ada sejak 1989 silam. Kalau dari usia, ini jalur tertua saat ini, usia sudah 36 tahunan," kata salah satu pengurus jalur Sultan Sakti Bakung Batuah, Damin (60) di Tepian Narosa, Selasa (19/8/2025).

ADVERTISEMENT

Diusia yang nyaris 4 dekade itu, jalur Sultan Sakti Bakung Batuah tetap melaju gagah dengan 53 anak pacuan. Apalagi setelah diservice 3 tahun silam dengan menelan anggaran sekitar Rp 90 juta.

"Jalur ini lama tidur, jadi kami service lagi dengan biaya Rp 90 juta. Itu hanya untuk biaya service saja. Barulah bisa turun lagi," kata Damin.

Meskipun jadi jalur tertua, Sultan Sakti Bakung Batuah tetap terlihat gagah dengan warna birunya. Motif yang ada di lambung jalur pun tak kalaj dengan jalur-jalur lain.

Tak ada bocor dan retak. Itulah yang yang membuat jalur itu tetap gagah membelah derasnya Batang Kuantan.

Untuk kayu, Damin menyebut berasal dari kayu tua. Bahkan untuk mendapatkan kayu perlu ritual khusus selama 3 bulan.

"Prosesnya itu sekitar 3 bulan. Ini jenisnya kayu marsawa tua dan didapat dari hutan dengan proses panjang," katanya.

Sebelum sampai kampung, kayu ditebang dan diolah setengah jadi. Setelah itu baru kayu ditarik untuk dikerjakan tukang jalur profesional sebelum akhirnya mulai turun tahun 1989 silam.

Damin sendiri dahulu tercatat sebagai anak pacuan. Namun di usia senjanya, Damin kini hanya bisa membakar semangat anak-anak muda untuk mengayuh dalam melestarikan adat dan budaya Kuantan Singingi.

"Saya juga dulu anak pacu. Sekarang hanya bisa memberikan semangat anak-anak agar tradisi nenek moyang bisa dilestarikan," ujar Damin dengan logat Kuantan Singingi.




(ras/dhm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads