10+ Puisi Bertema Kemerdekaan, Nyalakan Semangat HUT Ke-80 RI

10+ Puisi Bertema Kemerdekaan, Nyalakan Semangat HUT Ke-80 RI

Aisyah - detikSumut
Senin, 11 Agu 2025 12:16 WIB
cropped hand of person holding Indonesia Flag in the city scape
Foto: Getty Images/iStockphoto/rudi_suardi
Medan -

Dalam hitungan hari, bangsa Indonesia akan merayakan HUT Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 2025. Untuk memeriahkannya dan menumbuhkan rasa cinta tanah air, lomba membaca puisi kemerdekaan kerap menjadi pilihan kegiatan bagi anak-anak maupun orang dewasa.

Agar dapat tampil maksimal saat lomba, ada baiknya melihat beberapa contoh puisi sebagai bahan latihan. Berikut detikSumut siapkan kumpulan contoh puisi kemerdekaan 17 Agustus yang dikutip dari Antologi Puisi Kemerdekaan - Indonesia Maju oleh Komunitas Muda Bersejarah.

Puisi Bertema Kemerdekaan

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Aku Ingin Pulang

Karya: Andriana Kumala Esti

Langkah kaki begitu ingin cepat pergi

Tanah kami sudah tak aman lagi

ADVERTISEMENT

Suara meriam yang tak hentinya membising

Jerit tangis anak istri membuatku makin geram pada mereka

Jika sudah seperti ini Untuk apa?

Tanah sendiri tanpa kebebasan yang berarti

Lihatlah.. Lihatlah..

Wajah pucat berderai darah

Ujung tajam peluru menancap di bahu

Senjata tajam yang menyayat-nyayat kulit kami

Sakit tuan.. Sungguh sakit..

Gigil ketakutan kian mendekap jiwa

Antara mati atau selamat

Nyawa kuserahkan kepada Yang Esa

Meski langkah kadang gemetar

Meski pedang merombak habis pakaian kami

Namun tidak semangat kami

Aku ingin pulang sayang

Namun, ragaku tak kuasa

Aku tak kuasa

Menyaksikan negeri ini dibumi hanguskan

Menyaksikan anak istri kami disiksa

Bahkan diinjak-injak harga dirinya

Aku ingin pulang sayang

Namun, jiwaku berontak

2. Atas Kemerdekaan

Karya: Sapardi Djoko Damono

Kita berkata: jadilah

dan kemerdekaan pun jadilah bagai laut

di atasnya: langit dan badai tak henti-henti

di tepinya cakrawala

Terjerat juga akhirnya kita,

kemudian adalah sibuk

mengusut rahasia angka-angka

sebelum Hari yang ketujuh tiba

Sebelum kita ciptakan pula Firdaus

dari segenap mimpi kita

sementara seekor ular melilit pohon itu:

inilah kemerdekaan itu, nikmatkanlah.

3. Buku Usang

Karya: Muhammad Ali Saidi

Tahukah kau cara mengenang jasa pejuang

Maukah kau kuberitakan kisah pejuang

Bacalah ini wahai kawan

Inilah buku usang yang berkisahkan hikayat pahlawan

Buku usang yang berkisahkan hikayat pahlawan

Buku usang yang mana dituliskan

Untuk pemuda yang kadang lalai akan masa depan

Untuk pemuda yang kadang hanya terpatri pada media moda

Ya, Buku usang ini untuk pemuda dan pemudi yang suka pada mode

Apa kau mau membacanya wahai kawan

Atau kau hanya akan mendengarkan

Bak burung di atas pohon sana yang sedang memperhatikan kita

Terdiam dia saat kau mencoba menepis buku usang dan tua

Betapa kau mencoba melupakan masa-masa pahlawan

Seperti itukah dirimu kawan

Bacalah buku usang ini isinya bagus dan bisa diambil pelajaran

Bacalah walau hanya sebagian yang kau amalkan

Aku sebagai teman hanya menyarankan

Agar kau tak lupa jasa pahlawan

Yang membawa kata merdeka di masa depan

Saat itu damai yang kita rasakan

4. Diponegoro

Karya Chairil Anwar

Di masa pembangunan ini tuan hidup kembali

Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti

Tak gentar.

Lawan banyaknya seratus kali.

Pedang di kanan, keris di kiri

Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu

Kepercayaan tanda menyerbu.

Sekali berarti Sudah itu mati.

MAJU

Bagimu Negeri Menyediakan api.

Punah di atas menghamba

Binasa di atas ditindas

Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai

Jika hidup harus merasai

Maju Serbu Serang Terjang

5. Gugur

Karya W.S. Rendra

Ia merangkak

di atas bumi yang dicintainya

tiada kuasa lagi menegak

telah ia lepaskan dengan gemilang

pelor terakhir dari bedilnya

ke dada musuh yang merebut kotanya

Ia merangkak

di atas bumi yang dicintainya

Ia sudah tua luka-luka di badannya

Bagai harimau tua

susah payah maut menjeratnya

matanya bagai saga

menatap musuh pergi dari kotanya

Sesudah pertempuran yang gemilang itu

lima pemuda mengangkatnya

di antaranya anaknya

Ia menolak

dan tetap merangkak

menuju kota kesayangannya

Ia merangkak

diatas bumi yang dicintainya

belum lagi selusin tindak

maut pun menghadangnya

ketika anaknya memegang tangannya

Ia berkata :

"Yang berasal dari tanah

kembali rebah pada tanah,

dan akupun berasal dari tanah

tanah ambarawa yang kucinta

kita bukanlah anak jadah

kerna kita punya bumi kecintaan.

bumi yang menyusui kita

dengan mata airnya.

Bumi kita adalah tempat pautan yang sah

bumi kita adalah kehormatan

bumi kita adalah jua dari jiwa

ia adalah bumi nenek moyang

ia adalah bumi waris yang sekarang

ia adalah bumi waris yang akan datang."

Hari pun berangkat malam

bumi berpeluh dan terbakar

kerna api menyala di kota ambarawa

Orang tua itu kembali berkata:

"Lihatlah, hari telah fajar!

wahai bumi yang indah

kita akan berpelukan buat selama-lamanya!

nanti sekali

waktu seorang cucuku

akan menancapkan bajak

di bumi tempatku berkubur

kemudian akan ditanamnya benih

dan tumbuh dengan subur

Maka ia pun berkata:

"Alangkah gemburnya tanah di sini!"

Hari pun lengkap malam

ketika menutup matanya

6. Hari Kemerdekaan

Karya Sapardi Djoko Damono

Akhirnya tak terlawan olehku

Tumpah di mataku, di mata sahabat-sahabatku

Ke hati kita semua

Bendera-bendera dan bendera-bendera

Bendera kebangsaanku

Aku menyerah kepada kebanggan lembut

Tergenggam satu hal dan kukenal

Tanah di mana ku berpijak berderak

Awan bertebaran saling memburu

Angin meniupkan kehangatan bertanah air

Semat getir yang menikam berkali

Makin samar

Mencapai puncak ke pecahnya bunga api

Pecahnya kehidupan kegirangan

Menjelang subuh aku sendiri

Jauh dari tumpahan keriangan di lembah

Memandangi tepian laut

Tetapi aku menggenggam yang lebih berharga

Dalam kelam kulihat wajah kebangsaanku

Makin bercahaya makin bercahaya

Dan fajar mulai kemerahan

7. Hari Kemenangan Indonesia

Karya: Ade Yulfani

Bukan begini negeriku dulu

Semua penuh darah, asap dan debu

Senapan mengeluarkan peluru

Dengan suara yang bergemuruh

Kini negara aman terjaga dengan semboyan

Bhineka Tunggal Ika

Berdiri dengan kokoh berlandaskan

Pancasila Terangkai dalam Undang-Undang Dasar Negara tahun 1945

Bebas tanpa terikat dengan Hak Asasi Manusia

Pada 17 Agustus 1945 benderaku tersenyum indah di cakrawala

Lewat perjuangan para pahlawan yang mengorbankan kata semangat juang penuh perkasa

Kini aku bangga menjadi anak Indonesia

Di hari ini adalah hari ulang tahun Indonesia merdeka

Kucoba mengingat ulang pelajaran tentang HUT RI yang tercinta

Karena cita-cita harus dilanjutkan oleh generasi muda bangsa

Bendera merah putih berkibar di bumi pertiwi yang merdeka

Tiada kata indah selain doa syukur atas nikmat dari yang Maha Esa

Kemenangan sejati kini semua rasakan indahnya

Indonesia merdeka jaya selamanya

8. Karawang-Bekasi

Karya Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi

Tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi

Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami

Terbayang kami maju dan berdegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi

Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu

Kenang, kenanglah kami

Kami sudah coba apa yang kami bisa

Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa

Kami sudah beri kami punya jiwa

Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa

Kami cuma tulang-tulang berserakan

Tapi adalah kepunyaanmu

Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan

Atau tidak untuk apa-apa

Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata

Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi

Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang-kenanglah kami

Menjaga Bung Karno

Menjaga Bung Hatta

Menjaga Bung Syahrir

Kami sekarang mayat

Berilah kami arti

Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang-kenanglah kami

Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu

Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi

9. Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini

Karya Taufiq Ismail

Tidak ada pilihan lain

Kita harus Berjalan terus

Karena berhenti atau mundur

Berarti hancur

Apakah akan kita jual keyakinan kita

Dalam pengabdian tanpa harga

Akan maukah kita duduk satu meja

Dengan para pembunuh tahun yang lalu

Dalam setiap kalimat yang berakhiran

"Duli Tuanku?"

Tidak ada lagi pilihan lain

Kita harus

Berjalan terus

Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan

Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh

Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara

Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama

Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka

Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan

Dan seribu pengeras suara yang hampa suara

Tidak ada lagi pilihan lain

Kita harus Berjalan terus

10. Merdeka

Karya: Rima Putri Utami

Mentari merekah bersinar kembali

Menyambut nuansa pagi berseri

Ayun langkah menuju janji

Janji bukti kekuatan negeri

Nan lepas dari segala macam misteri

Kuatkan hati kokohkan ragawi

Lonceng kekuatan telah abadi

Gelap itu kini bersinar lagi

Menyongsong binar-binar hati

Engkau bebas kuat menuju jaya

Negeri tercinta Indonesia merdeka

Di atas tangan pemuda bangsa

Yang tegak kokoh berwibawa lagi perkasa

11. Sebuah Jaket Berlumur Darah

Karya Taufiq Ismail

Sebuah jaket berlumur darah

Kami semua telah menatapmu

Telah pergi duka yang agung

Dalam kepedihan bertahun-tahun.

Sebuah sungai membatasi kita

Di bawah terik matahari Jakarta

Antara kebebasan dan penindasan

Berlapis senjata dan sangkur baja

Akan mundurkah kita sekarang

Seraya mengucapkan 'Selamat tinggal perjuangan'

Berikrar setia kepada tirani

Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan




(astj/astj)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads