- Puisi Bertema Kemerdekaan 1. Aku Ingin Pulang Karya: Andriana Kumala Esti 2. Atas Kemerdekaan Karya: Sapardi Djoko Damono 3. Buku Usang Karya: Muhammad Ali Saidi 4. Diponegoro Karya Chairil Anwar 5. Gugur Karya W.S. Rendra 6. Hari Kemerdekaan Karya Sapardi Djoko Damono 7. Hari Kemenangan Indonesia Karya: Ade Yulfani 8. Karawang-Bekasi Karya Chairil Anwar 9. Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini Karya Taufiq Ismail 10. Merdeka Karya: Rima Putri Utami 11. Sebuah Jaket Berlumur Darah Karya Taufiq Ismail
Dalam hitungan hari, bangsa Indonesia akan merayakan HUT Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 2025. Untuk memeriahkannya dan menumbuhkan rasa cinta tanah air, lomba membaca puisi kemerdekaan kerap menjadi pilihan kegiatan bagi anak-anak maupun orang dewasa.
Agar dapat tampil maksimal saat lomba, ada baiknya melihat beberapa contoh puisi sebagai bahan latihan. Berikut detikSumut siapkan kumpulan contoh puisi kemerdekaan 17 Agustus yang dikutip dari Antologi Puisi Kemerdekaan - Indonesia Maju oleh Komunitas Muda Bersejarah.
Puisi Bertema Kemerdekaan
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Aku Ingin Pulang
Karya: Andriana Kumala Esti
Langkah kaki begitu ingin cepat pergi
Tanah kami sudah tak aman lagi
Suara meriam yang tak hentinya membising
Jerit tangis anak istri membuatku makin geram pada mereka
Jika sudah seperti ini Untuk apa?
Tanah sendiri tanpa kebebasan yang berarti
Lihatlah.. Lihatlah..
Wajah pucat berderai darah
Ujung tajam peluru menancap di bahu
Senjata tajam yang menyayat-nyayat kulit kami
Sakit tuan.. Sungguh sakit..
Gigil ketakutan kian mendekap jiwa
Antara mati atau selamat
Nyawa kuserahkan kepada Yang Esa
Meski langkah kadang gemetar
Meski pedang merombak habis pakaian kami
Namun tidak semangat kami
Aku ingin pulang sayang
Namun, ragaku tak kuasa
Aku tak kuasa
Menyaksikan negeri ini dibumi hanguskan
Menyaksikan anak istri kami disiksa
Bahkan diinjak-injak harga dirinya
Aku ingin pulang sayang
Namun, jiwaku berontak
2. Atas Kemerdekaan
Karya: Sapardi Djoko Damono
Kita berkata: jadilah
dan kemerdekaan pun jadilah bagai laut
di atasnya: langit dan badai tak henti-henti
di tepinya cakrawala
Terjerat juga akhirnya kita,
kemudian adalah sibuk
mengusut rahasia angka-angka
sebelum Hari yang ketujuh tiba
Sebelum kita ciptakan pula Firdaus
dari segenap mimpi kita
sementara seekor ular melilit pohon itu:
inilah kemerdekaan itu, nikmatkanlah.
3. Buku Usang
Karya: Muhammad Ali Saidi
Tahukah kau cara mengenang jasa pejuang
Maukah kau kuberitakan kisah pejuang
Bacalah ini wahai kawan
Inilah buku usang yang berkisahkan hikayat pahlawan
Buku usang yang berkisahkan hikayat pahlawan
Buku usang yang mana dituliskan
Untuk pemuda yang kadang lalai akan masa depan
Untuk pemuda yang kadang hanya terpatri pada media moda
Ya, Buku usang ini untuk pemuda dan pemudi yang suka pada mode
Apa kau mau membacanya wahai kawan
Atau kau hanya akan mendengarkan
Bak burung di atas pohon sana yang sedang memperhatikan kita
Terdiam dia saat kau mencoba menepis buku usang dan tua
Betapa kau mencoba melupakan masa-masa pahlawan
Seperti itukah dirimu kawan
Bacalah buku usang ini isinya bagus dan bisa diambil pelajaran
Bacalah walau hanya sebagian yang kau amalkan
Aku sebagai teman hanya menyarankan
Agar kau tak lupa jasa pahlawan
Yang membawa kata merdeka di masa depan
Saat itu damai yang kita rasakan
4. Diponegoro
Karya Chairil Anwar
Di masa pembangunan ini tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar.
Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju Serbu Serang Terjang
5. Gugur
Karya W.S. Rendra
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
tiada kuasa lagi menegak
telah ia lepaskan dengan gemilang
pelor terakhir dari bedilnya
ke dada musuh yang merebut kotanya
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Ia sudah tua luka-luka di badannya
Bagai harimau tua
susah payah maut menjeratnya
matanya bagai saga
menatap musuh pergi dari kotanya
Sesudah pertempuran yang gemilang itu
lima pemuda mengangkatnya
di antaranya anaknya
Ia menolak
dan tetap merangkak
menuju kota kesayangannya
Ia merangkak
diatas bumi yang dicintainya
belum lagi selusin tindak
maut pun menghadangnya
ketika anaknya memegang tangannya
Ia berkata :
"Yang berasal dari tanah
kembali rebah pada tanah,
dan akupun berasal dari tanah
tanah ambarawa yang kucinta
kita bukanlah anak jadah
kerna kita punya bumi kecintaan.
bumi yang menyusui kita
dengan mata airnya.
Bumi kita adalah tempat pautan yang sah
bumi kita adalah kehormatan
bumi kita adalah jua dari jiwa
ia adalah bumi nenek moyang
ia adalah bumi waris yang sekarang
ia adalah bumi waris yang akan datang."
Hari pun berangkat malam
bumi berpeluh dan terbakar
kerna api menyala di kota ambarawa
Orang tua itu kembali berkata:
"Lihatlah, hari telah fajar!
wahai bumi yang indah
kita akan berpelukan buat selama-lamanya!
nanti sekali
waktu seorang cucuku
akan menancapkan bajak
di bumi tempatku berkubur
kemudian akan ditanamnya benih
dan tumbuh dengan subur
Maka ia pun berkata:
"Alangkah gemburnya tanah di sini!"
Hari pun lengkap malam
ketika menutup matanya
6. Hari Kemerdekaan
Karya Sapardi Djoko Damono
Akhirnya tak terlawan olehku
Tumpah di mataku, di mata sahabat-sahabatku
Ke hati kita semua
Bendera-bendera dan bendera-bendera
Bendera kebangsaanku
Aku menyerah kepada kebanggan lembut
Tergenggam satu hal dan kukenal
Tanah di mana ku berpijak berderak
Awan bertebaran saling memburu
Angin meniupkan kehangatan bertanah air
Semat getir yang menikam berkali
Makin samar
Mencapai puncak ke pecahnya bunga api
Pecahnya kehidupan kegirangan
Menjelang subuh aku sendiri
Jauh dari tumpahan keriangan di lembah
Memandangi tepian laut
Tetapi aku menggenggam yang lebih berharga
Dalam kelam kulihat wajah kebangsaanku
Makin bercahaya makin bercahaya
Dan fajar mulai kemerahan
7. Hari Kemenangan Indonesia
Karya: Ade Yulfani
Bukan begini negeriku dulu
Semua penuh darah, asap dan debu
Senapan mengeluarkan peluru
Dengan suara yang bergemuruh
Kini negara aman terjaga dengan semboyan
Bhineka Tunggal Ika
Berdiri dengan kokoh berlandaskan
Pancasila Terangkai dalam Undang-Undang Dasar Negara tahun 1945
Bebas tanpa terikat dengan Hak Asasi Manusia
Pada 17 Agustus 1945 benderaku tersenyum indah di cakrawala
Lewat perjuangan para pahlawan yang mengorbankan kata semangat juang penuh perkasa
Kini aku bangga menjadi anak Indonesia
Di hari ini adalah hari ulang tahun Indonesia merdeka
Kucoba mengingat ulang pelajaran tentang HUT RI yang tercinta
Karena cita-cita harus dilanjutkan oleh generasi muda bangsa
Bendera merah putih berkibar di bumi pertiwi yang merdeka
Tiada kata indah selain doa syukur atas nikmat dari yang Maha Esa
Kemenangan sejati kini semua rasakan indahnya
Indonesia merdeka jaya selamanya
8. Karawang-Bekasi
Karya Chairil Anwar
Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
Tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan
Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang-kenanglah kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang-kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi
9. Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini
Karya Taufiq Ismail
Tidak ada pilihan lain
Kita harus Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
"Duli Tuanku?"
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus Berjalan terus
10. Merdeka
Karya: Rima Putri Utami
Mentari merekah bersinar kembali
Menyambut nuansa pagi berseri
Ayun langkah menuju janji
Janji bukti kekuatan negeri
Nan lepas dari segala macam misteri
Kuatkan hati kokohkan ragawi
Lonceng kekuatan telah abadi
Gelap itu kini bersinar lagi
Menyongsong binar-binar hati
Engkau bebas kuat menuju jaya
Negeri tercinta Indonesia merdeka
Di atas tangan pemuda bangsa
Yang tegak kokoh berwibawa lagi perkasa
11. Sebuah Jaket Berlumur Darah
Karya Taufiq Ismail
Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah pergi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun.
Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan 'Selamat tinggal perjuangan'
Berikrar setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan
(astj/astj)