Keluarga Autopsi Ulang Jasad Juliana, Turis Brasil yang Jatuh di Rinjani

Internasional

Keluarga Autopsi Ulang Jasad Juliana, Turis Brasil yang Jatuh di Rinjani

Khadijah Nur Azizah - detikSumut
Jumat, 04 Jul 2025 22:23 WIB
Petugas memindahkan peti jenazah pendaki Gunung Rinjani Juliana Marins ke dalam mobil jenazah di Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara, Denpasar, Bali, Senin (30/6/2025). Jenazah pendaki asal Brasil yang meninggal di jalur pendakian puncak Gunung Rinjani itu dipulangkan menuju ke Rio de Janeiro Brasil setelah menjalani proses autopsi di Bali. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/bar
Jenazah Juliana dipulangkan ke Brasil (Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)
Rio de Janeiro -

Jenazah Juliana Marins, turis asal Brasil berusia 26 tahun yang meninggal saat mendaki Gunung Rinjani di Indonesia, telah tiba di kota Rio de Janeiro pada Selasa (1/7/2025). Jenazah diangkut menggunakan pesawat milik Angkatan Udara Brasil (FAB) yang mendarat di Pangkalan Udara GaleΓ£o sekitar pukul 19.40 waktu setempat.

Setelah tiba, jenazah dibawa ke Institut Medis Forensik AfrΓ’nio Peixoto (IML) di pusat kota Rio untuk dilakukan autopsi ulang yang dijadwalkan pada Rabu pagi (2/7/2025).

Autopsi ulang ini merupakan hasil kesepakatan antara Kantor Jaksa Agung, Kantor Pembela Umum, dan pemerintah negara bagian Rio de Janeiro. Pemeriksaan tersebut akan disaksikan oleh perwakilan keluarga serta seorang ahli dari Kepolisian Federal Brasil, sesuai keputusan dari Pengadilan Federal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam pernyataan yang dikutip detikHealth dari media Brasil O Globo, Kantor Pembela Umum (DPU) menyatakan autopsi dilakukan untuk mencari tahu waktu pasti kematian Juliana.

"Sertifikat kematian yang dikeluarkan oleh Kedutaan Besar Brasil di Jakarta didasarkan pada autopsi yang dilakukan oleh pihak berwenang Indonesia, tetapi tidak memberikan informasi konklusif tentang waktu pasti kematian." tulis laporan tersebut.

ADVERTISEMENT

Keluarga Juliana juga menilai masih ada hal-hal yang belum jelas terkait penyebab dan waktu kematian, karena otoritas di Indonesia tidak memberikan detail yang cukup mengenai hal tersebut.

"Kami perlu tahu apakah autopsi yang dilakukannya dilakukan dengan benar. Menurut saya, rumah sakit tidak memiliki banyak sumber daya," ujar ayah Juliana, Manoel Marins, dalam wawancara dengan program RJ2.

DPU juga telah mengajukan surat permintaan kepada Kepolisian Federal untuk membuka penyelidikan resmi atas kejadian tersebut. Dalam surat tersebut, DPU menekankan bahwa dokumen kematian yang dikeluarkan di Jakarta "didasarkan pada autopsi yang dilakukan oleh pihak berwenang Indonesia, tetapi tidak memberikan informasi konklusif tentang waktu pasti terhadap kematian Juliana".

Sebelumnya, autopsi awal terhadap jenazah yang dilakukan pada 26 Juni di rumah sakit di Bali, segera setelah jenazah dievakuasi dari Taman Nasional Gunung Rinjani. Berdasarkan hasil pemeriksaan, penyebab kematian adalah banyaknya patah tulang dan luka dalam yang diderita korban. Juliana diketahui tidak mengalami hipotermia, dan berdasarkan penilaian medis, ia masih hidup selama kurang dari 20 menit setelah mengalami trauma, namun tidak disebutkan secara pasti kapan peristiwa tersebut terjadi.

Bukti-bukti menunjukkan bahwa kematiannya hampir seketika. Mengapa? Karena luasnya luka, banyak patah tulang, luka dalam - hampir di seluruh tubuh, termasuk organ dalam ditoraks. [Dia bertahan hidup] kurang dari 20 menit." kata dokter forensik Ida Bagus Putu Alit pada konferensi pers di RS Bali Mandara, Jumat (27/6).




(nkm/nkm)


Hide Ads