Apakah Boleh Merayakan Tahun Baru Islam 1 Muharram? Berikut Ini Penjelasannya

Apakah Boleh Merayakan Tahun Baru Islam 1 Muharram? Berikut Ini Penjelasannya

Devi Setya - detikSumut
Kamis, 26 Jun 2025 05:00 WIB
Ilustrasi tahun baru islam
Foto: Ilustrasi. (Getty Images/Baramyou0708)
Jakarta -

Tahun Baru Islam dalam kalender Hijriah dimulai pada tanggal 1 Muharram. Bagi sebagian umat Islam momen tersebut kerap diperingati dengan berbagai bentuk kegiatan seperti doa bersama, tausiah, pawai, hingga perayaan budaya.

Dilansir detikHikmah, kalender Hijriah bila dirunut dari sejarah ditetapkan pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab RA. Hal itu merujuk pada peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah.

Namun, dalam Al-Qur'an maupun hadits tidak ada dalil yang secara khusus menganjurkan atau mensyariatkan perayaan 1 Muharram sebagai bentuk peringatan Tahun Baru Islam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hukum Merayakan Tahun Baru Islam

Dalam Al-Qur'an dan hadits tidak ada dalil yang menjelaskan secara eksplisit tentang perayaan tahun baru Islam. Namun, momen tersebut kerap disambut dengan suka cita oleh umat Islam.

Dikutip detikHikmah dari buku Fikih Keseharian: Ucapan Tahun Baru Hijriyah Hingga Hukum Parfum Beralkohol karya Hafidz Muftisany, terdapat dua pendapat ulama yang berbeda terkait perayaan tahun baru Islam dan juga hukum mengucapkannya.

ADVERTISEMENT

Ulama yang Melarang

Sebagian ulama berpendapat, khususnya dari kalangan ulama Arab Saudi, bahwa mengucapkan tahni'ah atau ucapan selamat tahun baru Islam tidak disyariatkan dalam Islam. Seorang ulama besar dari Arab Saudi, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin merupakan salah satu tokoh yang menyuarakan pendapat ini.

Dalam salah satu fatwanya yang dimuat dalam Mausu'ah al-Liqa asy-Syahri, Syaikh al-Utsaimin menyampaikan bahwa tidak dianjurkan untuk memulai mengucapkan selamat tahun baru. Namun, jika ada orang lain yang lebih dulu mengucapkannya, maka tidak dilarang untuk membalasnya.

Beliau menyatakan: "Jika seseorang mengucapkan selamat, maka jawablah. Akan tetapi, janganlah kita yang memulai."

Walau demikian, Syaikh al-Utsaimin menyarankan agar balasan ucapan tidak berupa "selamat tahun baru" secara langsung. Sebagai gantinya, lebih baik menjawab dengan doa, misalnya:

"Semoga Allah menjadikan tahun ini penuh kebaikan dan keberkahan untuk Anda."

Sebab menurut beliau, tidak ada riwayat dari para salaf (generasi awal Islam) yang menunjukkan bahwa mereka mengucapkan selamat tahun baru pada 1 Muharram. Adapun yang memiliki dasar dan atsar dari zaman Nabi SAW dan para sahabat hanyalah ucapan selamat pada dua hari raya, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.

Perlu diketahui bahwa penetapan tanggal 1 Muharram sebagai awal tahun Hijriah baru dilakukan pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab RA, jauh setelah wafatnya Rasulullah SAW. Maka dari itu, Syaikh al-Utsaimin menilai bahwa perayaan atau tahni'ah tahun baru bukanlah bagian dari syariat yang diajarkan Nabi.

Ulama yang Membolehkan

Sementara itu sebagian ulama lainnya yang membolehkan. Salah satunya adalah Syekh Abdul Karim al-Khudair.

Menurutnya, mendoakan kebaikan kepada sesama muslim seperti hari raya, hukumnya tidak masalah. Selama doa dan ucapan tersebut tidak diyakini sebagai ibadah khusus dalam peristiwa tertentu.

Dr. Yusuf al-Qaradhawi dalam bukunya yang berjudul "Bid'ah dalam Agama: Hakikat, Sebab, Klasifikasi, dan Pengaruhnya", menjelaskan bahwa mengucapkan atau merayakan Tahun Baru Islam tidak termasuk dalam kategori bid'ah. Justru, menurut beliau, Islam memandang hal tersebut sebagai sesuatu yang positif dan patut didukung, karena dapat memperkuat identitas keislaman serta menumbuhkan semangat loyalitas terhadap ajaran Islam.

Dr. al-Qaradhawi menekankan bahwa akan lebih baik jika umat Islam merayakan datangnya tahun baru Hijriah setiap tahunnya. Hal ini selaras dengan keputusan para sahabat di masa kekhalifahan Umar bin Khattab RA, yang secara mufakat menetapkan kalender Hijriah sebagai sistem penanggalan resmi umat Islam.

Lebih dari sekadar perayaan simbolik, beliau juga menganjurkan agar umat Islam saling memberi ucapan selamat saat memasuki tahun baru Hijriah, sebagai bentuk syukur dan pengingat akan makna hijrah Rasulullah SAW. Bahkan, jika kaum Muslimin dapat lebih giat menggunakan penanggalan Hijriah dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam aktivitas pribadi, sosial, maupun kelembagaan, maka itu adalah langkah yang sangat dianjurkan dan lebih utama.

Dengan kata lain, semangat menyambut tahun baru Islam bukan sekadar tradisi, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap sejarah Islam dan sarana menghidupkan nilai-nilai hijrah dalam kehidupan modern.

Wallahu a'lam.

Baca selengkapnya di sini




(mjy/mjy)


Hide Ads