Ranap Manurung (50) melalui CV Andaliman Mangintir berhasil mengantarkan getirnya sambal andaliman ke lidah penikmatnya di penjuru negeri hingga mancanegara. Cita rasa unik dari rempah-rempah yang akrab disebut merica Batak khas Sumatera Utara tersebut menjadi daya tarik spesial sehingga mendapatkan tempat di hati pelanggan.
Di sebuah ruangan kecil di Galeri Taman Eden 100, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba, Sumatera Utara, Ranap Manurung (50) menatap layar ponselnya dengan penuh seksama, Kamis (28/3/2025) sore. Sebuah notifikasi muncul di aplikasi marketplace tempatnya berjualan. Itu artinya, ada pesanan masuk. Seorang pelanggan dari Pulau Jawa ingin membeli sambal andaliman dalam jumlah besar.
Ia tersenyum dan bergegas mencatat pesanan tersebut di laptopnya. Ranap kemudian mengecek beberapa produk yang ada di dalam kardus, isinya ada tumpukan botol kaca yang bertuliskan 'Sambal Andaliman Garcia Food'.
Tak hanya produk sambal, produk-produk olahan berbahan andaliman lainnya juga diproduksi CV Andaliman Mangintir seperti: bandrek andaliman, teh andaliman, keripik andaliman, jamur renyah andaliman, maupun biji kering andaliman. Produk sambal ini tersedia dalam berbagai ukuran serta dikemas dalam botol kaca dan pouch praktis.
"Sejak awal mendirikan usaha ini, saya ingin menghadirkan andaliman dalam bentuk yang lebih mudah diakses oleh siapa pun dan kapan pun," kata Ranap kepada detikSumut.
Awalnya, Ranap bekerja sebagai karyawan swasta di Batam selama belasan tahun. Ia akhirnya kembali ke kampung halaman untuk coba berbisnis namun juga turut mengembangkan kampung halamannya.
"Sebelum bisnis olahan andaliman ini saya kerja di perusahaan swasta di Batam, udah belasan tahun lah. Pas saya balik ke kampung halaman, berdiskusi dengan teman-teman di sini, ternyata potensi andaliman itu besar, apalagi kebunnya itu ada di sini yang bisa kita olah. Setelah itu, saya balik ke Batam dan tidak lama saya memutuskan mengundurkan diri agar bisa fokus ke bisnis yang ada di kawasan Danau Toba ini," kenang Ranap.
Ranap menuturkan, andaliman (Zanthoxylum acantho- podium DC) merupakan tumbuhan rempah yang banyak terdapat di daerah Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara di Sumatera Utara. Andaliman tumbuh dengan baik di daerah berketinggian 1.500 mdpl. Dahulu, andaliman dikenal sebagai bumbu khas Batak yang digunakan pada masakan tradisional seperti arsik dan saksang. Rasa getir dan sensasi pedasnya menjadi cita rasa unik yang khas bagi para penikmatnya.
Namun, Ranap bersama rekannya Marandus Sirait melihat potensi lebih andaliman dari hanya sekadar bumbu dapur. Mereka bertanya-tanya, "Mengapa tidak mengolahnya menjadi produk-produk makanan berbahan andaliman?" Gagasan itu pun mereka realisasikan pada tahun 2017 dengan mendirikan UMKM Andaliman Mangintir dan ternyata berhasil.
Awalnya membuat sambal. Seiring berjalannya waktu, produk yang dihasilkan terus bervariasi dan semakin banyak orang jatuh hati pada keunikan rasa andaliman. Harga yang dijual mulai dari Rp 20 ribu per produk per kemasan.
"Dengan hadirnya olahan turunan andaliman ini, produk menjadi lebih menarik dibanding jika dijual hanya berbentuk biji mentah saja. Andaliman sekarang bisa dinikmati untuk cemilan, dan pendamping makan. Kalau dulu kan cuma dijual di pasar dalam bentuk biji mentahnya saja, sekarang jadi lebih inovatif agar semua kalangan bisa menikmati," katanya.
"Hadirnya produk olahan berbahan andaliman ini juga menjadi kesempatan bagi masyarakat sekitaran Toba agar bisa menjual produknya dan bisa menambah penghasilan. Ada juga warga yang mengolah andaliman menjadi produk seperti bandrek dan teh. Mereka menitipkan produknya di Galeri Taman Eden 100 dan kami bantu jualkan," sambung Ranap.
Sejak hadir dalam bentuk produk turunan yang lebih variatif, produk olahan andaliman dari CV Andaliman Mangintir terus menarik perhatian konsumen dari berbagai daerah, bahkan hingga mancanegara. Hal ini membuat Ranap semakin serius untuk mengembangkan usahanya.
Berawal dari promosi dari toko ke toko, CV Andaliman Mangintir pun melakukan transformasi pemasaran dari tradisional ke digital. Dari awalnya hanya menjual secara langsung, kini sudah dijual di berbagai platform seperti media sosial hingga marketplace. "Sejak pandemi COVID-19, kami gencar melakukan penjualan secara online. Salah satunya di marketplace seperti Shopee. Setelah membuat platform, otomatis foto produk dicantumkan, dibuatkan story telling dan harga sehingga menjadi lebih menarik dan estetik saat dilihat pelanggan. Kami juga melakukan update jika ada produk baru," ujarnya.
Ranap pun meningkatkan legal usaha Andaliman Mangintir menjadi CV agar dapat menjangkau pasar mancanegara. CV Andaliman Mangintir juga mengurus perizinan seperti Sertifikat Halal dan perizinan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT). "Sertifikat halal dan PIRT ini penting ya karena menjaga higienitas dan kualitas produk. Tidak sulit mengurus dan mendapatkannya kalau kita mengikuti prosedurnya," kata Ranap.
Transformasi digital menjadi kunci ekspansi usaha. Produk CV Andaliman Mangintir kini dapat ditemukan dengan mudah di berbagai marketplace ternama, seperti Shopee. Dari Medan hingga Papua, dari dalam negeri hingga luar negeri, permintaan terus berdatangan.
Selengkapnya di Halaman Berikutnya...
Simak Video "Video: Kementerian UMKM Siapkan Transisi Pedagang Thrifting ke Produk Lokal"
(astj/astj)