Melihat Jejak Perkembangan Agama Islam dari Masjid Raya Al-Mashun Medan

#RamadanJadiMudah by BSI

Melihat Jejak Perkembangan Agama Islam dari Masjid Raya Al-Mashun Medan

Kartika Sari - detikSumut
Senin, 03 Mar 2025 20:38 WIB
Masjid Raya Al Mashun Medan
Foto: Masjid Raya Al Mashun Medan (Arfah-detikcom)
Medan -

Masjid Raya Al-Mashun Medan jadi saksi penyebaran ilmu Agama Islam di Medan. Masjid ini ternyata sudah berusia lebih dari 110 tahun loh detikers.

Masjid Raya Al-Mashun Medan dibangun oleh Sultan Deli yang ke-9 yaitu Sultan Makmun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah. Masjid ini dibangun pada tahun 1906 dan diresmikan pada tahun 1909, ada proses selama tiga tahun pembangunan hingga akhirnya diresmikan.

Pengurus Masjid Raya Medan Hamdan bercerita bahwa masjid yang dibangun Kesultanan ini tidak hanya semata jadi rumah ibadah namun juga wadah dalam penyebaran ilmu agama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tujuan pembangunan masjid ini utamanya sebagai tempat ibadah buat umat Islam. Kedua, masjid ini dibuat Sultan menjadi pusat pendidikan agama Islam, yang mana Sultan di samping membangun masjid juga menyiapkan para ulama dan para guru untuk mengajar di masjid ini dengan keilmuan masing masing," ungkap Hamdan kepada detikSumut, Senin (3/3/2025).

"Jadi Sultan tidak hanya membangun masjid untuk Salat tapi keilmuan juga dibuat agar umat Islam, mereka paham tentang agamanya, jadi mereka dapat mempraktekknya secara benar," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Masjid Raya Al-Mashun Medan menjadi ikon wisata religi Kota Medan. Masjid ini punya halaman yang begitu luas, biasanya pelataran masjid akan dipakai saat Salat Idul Fitri ataupun Idul Adha yang bisa menampung ribuan jamaah.

Begitu masuk ke teras masjid, detikers akan langsung melihat kesan tempo dulu dengan gaya arsitektur yang indah. Diketahui, masjid ini juga punya gaya arsitektur yang memadukan tiga budaya dari Eropa, Timur Tengah, hingga Asia.

"Masjid ini menjadi ikon karena keunikan masjid ini dari segi arsitektur yaitu arsitekturnya perpaduan Eropa, Timur Tengah, dan Asia. Nah itu campuran arsitektur itu yang buat masjid ini unik. Bentuk masjidnya unik yang berbentuk segi delapan, nah ini masjid pada umumnya bujur sangkar atau kotak tapi masjid ini bentuknya segi delapan yang punya keunikan tersendiri," cerita Hamdan.

Nah, nuansa paduan Eropa, Timur Tengah, dan Asia ini dapat detikers lihat begitu sampai di pintu masjid. Nuansa Eropa dapat terlihat dari jendela dengan beragam corak warna.

"Kalau Eropanya bisa dilihat dari kaca jendela itu, nah itu motif Eropa seperti rumah atau gereja tua di Eropa," kata Hamdan.

Sementara itu, kesan nuansa Timur Tengah dapat dilihat dari ornamen di dalam masjid, mulai dari kaligrafi di dinding hingga barang-barang yang masih dipertahankan sejak awal didirikan.

"Untuk timur tengahnya bisa dilihat ornamen di dalam masjid yaitu ada lingkaran-lingkaran separuh bentuknya. Nah itu mewakili Timur Tengah. Nah untuk unsur Melayunya itu dari pintu masuk ke dalam pintu yang identik gaya Melayu, warna hijau dan kuning yang terasa Melayunya," jelasnya.

Hamdan menyebutkan bahwa pihak masjid juga rutin melakukan pemeliharaan dan perbaikan apabila ada kerusakan.

"Masjid dari mulai dibangun sampai sekarang tidak pernah diubah, kalau ada kerusakan kita perbaiki tapi minimalisir perubahan. Kalau bahannya tidak sama tapi bentuknya sama kita buat bagaimana dulunya. Contoh jendela itu sebagian sudah ada pernah rusak dan kita ganti tapi dengan motif kita ikuti yang lama. Warnanya kalau tidak persis ya tidak beda kali," ucapnya.




(afb/afb)


Hide Ads