PDIP merespons klaim Prabowo Subianto yang menyebut transisi dari Presiden ke-7, Joko Widodo (Jokowi) ke Presiden RI ke-8, yakni dirinya, adalah transisi termulus di dunia. PDIP menilai transisi mulus seperti itu sudah terjadi sejak era reformasi.
"Kalau kita lihat pada era reformasi setelah pemilihan presiden langsung, semua transisi mulus, dari Ibu Megawati ke SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) mulus, dari SBY ke Jokowi mulus, dari Jokowi ke Prabowo juga mulus, menurut kami biasa saja," ujar Jubir PDIP Guntur Romli dikutip detikNews, Minggu (16/2/2025).
Menurut dia, hal itu harus terjadi setiap ada pergantian kepemimpinan. "Memang harus seperti itu, siapapun pemimpin nasionalnya harus didukung," ungkapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyebut jangan takut untuk berbeda pendapat dalam politik. Berbeda pendapat boleh saja, yang tidak boleh adalah perpecahan.
"Karena dalam demokrasi yang berjalan pasti ada 'ketegangan', ada saling koreksi, kita mengenal sistem trias politica dan checks and balances," sambung Guntur.
Menurutnya, saling koreksi sangat dibutuhkan dalam sebuah pemerintahan. Baginya, jika tak ada koreksi, maka rakyat bisa menjadi tumbal.
"Kalau tidak ada koreksi, kita akan kembali ke orde baru, ada otoritaritaniasme atau bisa jadi yang terjadi kongkalikong antar kekuasaan, ini rakyat akan jadi korban," pungkasnya.
Dalam pidatonya di HUT Gerindra ke-17 di Sentul International Convention Centre, Bogor, Sabtu (15/2/2025), Prabowo menyebut transisi presiden ke-7 dan ke-8 adalah transisi yang paling mulus dalam sejarah dunia.
"Transisi dari presiden ke-7 ke presiden ke-8 saya kira suatu transisi yang paling, salah satu transisi yang paling mulus dalam sejarah dunia bukan hanya Indonesia," ujar Prabowo.
(astj/astj)