Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menghadiri pelantikan gubernur dan wakil gubernur Aceh periode 2025-2030 Muzakir Manaf alias Mualem-Fadhlullah Dek Fadh. JK mengaku banyak kenangan di Aceh terutama saat tsunami dan proses perdamaian.
"Tentu (hadir) karena saya diundang dan juga ingin melihat ini, apalagi Muzakir dari panglima perang menjadi panglima pembangunan," kata JK kepada wartawan usai menghadiri pelantikan Mualem-Dek Fadh yang berlangsung di DPR Aceh, Rabu (12/2/2025).
JK menitip pesan kepada pasangan berlatar belakang Gerakan Aceh Merdeka (GAM) itu untuk melanjutkan pembangunan Aceh. Menurutnya, kondisi Tanah Rencong saat ini sudah jauh lebih baik dibandingkan 20 tahun lalu atau saat konflik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang zamannya membangun, zamannya memajukan ekonomi, memajukan masyarakat, memajukan pendidikan, memajukan kesehatan. Itu tugas gubernur," jelasnya.
"Tentu masyarakat Aceh kan mempunyai semangat yang tinggi, bukan hanya semangat untuk perjuangan, tapi semangat untuk memajukan ekonomi masyarakat, kesejahteraan yang baik," lanjutnya.
Diketahui, JK punya peran penting dalam proses perdamaian antara RI dengan GAM yang terjadi di Helsinki pada 15 Agustus 2005. Selain JK, dalam pelantikan hadir tokoh perdamaian lainnya yakni Ketua Juru Runding RI Prof Dr Hamid Awaluddin dan inisiator perdamaian Juha Christensen.
Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian melantik Muzakir Manaf alias Mualem-Fadhlullah Dek Fadh sebagai gubernur dan wakil gubernur Aceh periode 2025-2030. Mualem-Dek Fadh menjadi pasangan kepala daerah pertama hasil Pilkada 2024 yang dilantik.
Pantauan detikSumut, pelantikan digelar dalam rapat paripurna istimewa di DPR Aceh, Rabu (12/2/2025). Rapat dipimpin Ketua DPR Aceh Zulfadli serta dihadiri anggota dewan.
Pasangan Mualem-Dek Fadh serta Mendagri Tito duduk di kursi deretan pimpinan DPR Aceh. Keduanya mengucapkan sumpah jabatan tepat pukul 10.00 WIB.
"DemiAllah saya bersumpah akan memenuhi kewajiban saya sebagai gubernur Aceh dan Wakil Gubernur Aceh dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, bersedia memegang teguh UUD 1945, menjalankan segala UU dan peraturan dengan selurus-lurusnya, serta berbakti kepada masyarakat, negara dan bangsa," kata Mualem-Dek Fadh mengikuti Tito.
(agse/nkm)