Pelaksana Harian (Plh) Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sumatera Utara (Sumut) Ilyas Sitorus mengajak bank daerah untuk ikut membersamai membantu pendidikan di daerah. Bank daerah diminta menyalurkan corporate social responsibility (CSR) untuk membantu kegiatan maupun proses belajar mengajar.
"Dengan demikian diharapkan keberadaan bank daerah sebagai tempat penampungan dana-dana pendidikan kita dapat mendukung keberadaan organisasi PGRI dalam program kegiatan maupun dalam proses belajar mengajar dengan menyisihkan sebagian dana CSR (Corporate Social Responsibility) yang dialokasikan oleh bank atau perusahaannya," kata Ilyas Sitorus dalam keterangannya, Rabu (12/2/2025).
Mengingat dana-dana berkaitan dengan pendidikan selalu disalurkan melalui bank daerah. Oleh karena itu, Ilyas mengajak semua ketua dan jajaran PGRI dari pusat hingga daerah mendorong keterlibatan bank daerah untuk mensupport kegiatan PGRI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mengajak semua Ketua dari Jajaran PB PGRI, Provinsi, Kab kota, Cabang dan ranting untuk bersama mengajak dan mendorong agar keberadaan bank pembangunan daerah ikut senantiasa mensupport kegiatan PGRI yang sepanjang perjalanan kita ketahui bahwa semua dana yang berkaitan dengan pendidikan mulai dari penghasilan guru seperti gaji, sertifikasi termasuk berbagai kegiatan baik yang bersumber dari APBN dan APBN misalnya dana BOS maupun sumber lainnya yang syah semuanya berada pada bank daerah kita masing-masing," ucapnya.
Hal itu disampaikan oleh Ilyas yang juga Kadis Kominfo Sumut ini di sela-sela Konferensi Kerja Nasional I PGRI 2025, serta pelantikan Satuan Musyawarah Nasional (SMN) APKS PB PGRI di Ballroom Millennium Hotel Jakarta, yang berlangsung dari tanggal 11-13 Februari 2025. Acara ini mengusung tema 'Guru Bermutu, Indonesia Maju, Guru Hebat Indonesia Kuat'.
Lebih lanjut, Ilyas menilai jika peran guru sebagai pendidik semakin vital dalam membentuk generasi masa depan. Era globalisasi dan digitalisasi membawa tantangan dan peluang baru yang harus dihadapi oleh pendidik.
"Dalam konteks ini, guru tidak hanya diharapkan untuk menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga untuk menjadi pembimbing, inovator, dan agen perubahan yang mampu mengadaptasi metode pengajaran sesuai dengan kebutuhan zaman," ujarnya.
Seiring dengan akses informasi yang semakin mudah dan cepat, guru dituntut untuk memanfaatkan teknologi secara efektif, mengintegrasikan pembelajaran digital, serta membimbing siswa dalam memahami dan menyaring informasi secara kritis. Dengan demikian, guru memiliki peran yang lebih kompleks, yaitu sebagai fasilitator yang mendorong kreativitas, kolaborasi, dan keterampilan berpikir kritis di kalangan siswa.
Dalam acara tersebut, PGRI menganugerahkan gelar Ibunda Guru Indonesia kepada Siti Hediati Hariyadi alias Titiek Soeharto. Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu menekankan pentingnya semua pihak termasuk guru untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG). ada saat memberikan sambutan sekaligus membuka Konkernas I PB PGRI Tahun 2025.
"Program MBG ini amat membantu anak-anak untuk meningkatkan konsentrasi dalam belajar. Kita semua harus mendukung MBG agar berjalan baik di seluruh Indonesia. Kalau anak-anak fokus dan konsentrasi dalam belajar ini akan membantu guru dalam menjalankan tugasnya," sebut Titiek Soenarto.
Titiek menilai Konferensi Kerja Nasional I PGRI 2025 ini menjadi bukti nyata komitmen para guru dan PGRI untuk terus mengembangkan kualitas pendidikan di Indonesia. Beliau berharap melalui PGRI dapat mendorong semua pihak untuk memberikan perhatian lebih kepada para guru dan pendidikan di Indonesia. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan, salah satunya melalui program makan siang bergizi gratis bagi siswa.
Ketua Umum PB PGRI Prof Unifah Rosyidi mengenang almarhum Presiden Soeharto, yang dikenal sangat memperhatikan dunia pendidikan, khususnya nasib guru di Indonesia. Ia menceritakan bagaimana Soeharto memberikan arahan kepada para guru dengan penuh kehormatan dan rendah hati.
"Presiden Soeharto adalah sosok yang sangat peduli dengan pendidikan. Beliau selalu memperhatikan guru dengan penuh kasih dan perhatian. Kenangan ini saya rasa bukan kebetulan, namun merupakan takdir dari Allah SWT dan alam semesta yang mempertemukan kita semua di sini," ungkap Prof Unifah Rosyidi.
Unifah sepakat dengan keterangan Titiek soal PGRI harus menjadi lokomotif perubahan di tengah arus globalisasi. Tugas ini memang tidak ringan, namun dengan kesungguhan hati, guru bisa menempatkan posisi di garda terdepan dalam melakukan inovasi dan transformasi.
"Ayah dan ibunya, Soeharto dan Tien Soeharto, amat memperhatikan nasib para guru dan organisasinya, PGRI. "Saat masih menjadi Presiden, ayah bunda Guru Indonesia inilah yang membangunkan gedung untuk kantor pusat PB PGRI di Jakarta. Demikian juga ibundanya Bu Titiek Soeharto ini selalu memperhatikan nasib para guru, kita" ujarnya.
(dhm/dhm)