Menkes Beberkan Asalan Harga Obat di RI Lebih Mahal dari Negara Tetangga

Nasional

Menkes Beberkan Asalan Harga Obat di RI Lebih Mahal dari Negara Tetangga

Khadijah Nur Azizah - detikSumut
Jumat, 13 Des 2024 12:01 WIB
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin ditemui di Alila Solo, Minggu (8/12/2024).
Menkes Budi Gunadi Sadikin (Foto: Tara Wahyu/detikJateng)
Jakarta -

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin membeberkan langkah yang diambil pemerintah untuk mengatasi persoalan obat di Indonesia. Persoalan ini masih menjadi tantangan besar bagi sistem kesehatan di Indonesia.

Menkes Budi Gunadi dalam keterangannya menyebut jika harga obat di Indonesia sangat mahal dibandingkan harga di Singapura dan Malaysia saat ini. Menkes membeberkan perbedaan harga obat itu mencapai 1,5 sampai 5 kali lipat lebih tinggi di Indonesia dibandingkan dengan harga di Malaysia.

Menurut Budi, persoalan ini merupakan penghalang utama bagi masyarakat mendapatkan pengobatan yang tepat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pajak bukan isu utama dari tingginya harga obat, tapi biaya marketing dan distribusi yang mahal. Untuk mengatasinya, pemerintah akan membuat sistem yang lebih baik guna mengatasi persoalan ini," ucap Menkes dikutip detikHealth dari Sehat Negeriku, Jumat (13/12/2024).

Budi Gunadi mengatakan hal yang dilakukan untuk mengatasi persoalan harga obat yang tinggi adalah mendorong agar obat dan alat kesehatan dapat diproduksi di dalam negeri. Langkah ini dinilai dapat memperkuat sektor kesehatan dalam menghadapi pandemi selanjutnya.

ADVERTISEMENT

Akses obat inovatif dinilai juga perlu diperkuat. Indonesia sendiri sudah menginisiasi Health Technology Assessment (HTA) Satu Pintu Satu Standar dan mengakomodir stakeholder-led submission yang memungkinkan para stakeholder untuk melakukan kajian HTA mandiri kemudian hasilnya diusulkan untuk dinilai lebih lanjut oleh Komite Penilaian Teknologi Kesehatan.

Selain itu, sebut Menkes, efisiensi dalam melakukan percepatan persetujuan uji klinik dan registrasi obat juga harus dilakukan.

"Akses obat kita masih rendah. Pastikan kita harus menyederhanakan proses perizinan uji klinik dan registrasi obat, jangan terlalu lama, jangan terlalu birokratis," ucapnya.




(afb/afb)


Hide Ads