Melihat Aktivitas Deteni di Rudenim Medan, Hilangkan Stres Lewat Berkebun-Masak

Melihat Aktivitas Deteni di Rudenim Medan, Hilangkan Stres Lewat Berkebun-Masak

Kartika Sari - detikSumut
Kamis, 12 Des 2024 23:00 WIB
Seorang deteni asal Bangladesh saat berkebun di Rudenim Medan. (Kartika Sari/detikSumut)
Foto: Seorang deteni asal Bangladesh saat berkebun di Rudenim Medan. (Kartika Sari/detikSumut)
Medan -

Rumah Detensi Imigran (Rudenim) Medan tampak sibuk hari ini. Sejumlah pria berseragam oranye melakukan aktivitas fisik di belakang gedung.

Berdasarkan pantauan detikSumut, Rabu (11/12/2024), para deteni sibuk melakukan aktivitas mulai dari berkebun, memangkas, bahkan memasak.

Contohnya ada Anwar Hossain (45), deteni asal Banglades ini begitu cekatan menanam bibit sawi di halaman belakang Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Medan. Sesekali ia menyeka keringat di pelipis kepalanya yang sudah ditumbuhi uban itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita tanam sawi ini biar enggak suntuk," ungkap Anwar yang sudah fasih berbahasa Indonesia, Rabu (11/12/2024).

Anwar menjadi deteni Rudenim Medan sejak Agustus 2024 lalu. Ia dibawa ke Rudenim lantaran tak memiliki izin tinggal resmi.

ADVERTISEMENT

"Saya masuk ke sini di Agustus 2024 karena tidak pakai izin (masuk ke Indonesia) maka tertangkaplah Imigrasi Medan," ujarnya.

Anwar bercerita awal mula dirinya yang merupakan petani meninggalkan Bangladesh pada tahun 2000. Saat itu, ia berangkat ke Malaysia secara resmi untuk bekerja sebagai buruh pabrik.

Kemudian, ia mengaku menjalin hubungan dengan WNI asal Sumut di Malaysia hingga akhirnya berkeluarga dan ikut sang istri ke Indonesia tanpa menggunakan dokumen resmi.

Anwar akhirnya harus pasrah terpisah dengan istri dan anaknya dan bersiap untuk dideportasi ke negara asalnya. Namun begitu, ia mengaku sang istri beberapa kali mengunjunginya di Rudenim Medan.

"Waktu jauh dari istri dan anak rasa kehilangan lah, tapi lama-lama ada kawan karena kita di sini dikasih ilmu. Aku pribadi hobi berladang jadi di sini aku dikasih tanaman untuk menanam sayuran," kata Anwar.

Selain Anwar, ada seorang deteni asal Malaysia yang turut mengisi waktu luangnya di Rudenim Medan dengan memasak. Ia beberapa kali memasak aneka menu mulai dari ayam madu, nasi hainan, hingga aneka gorengan.

"Saya suka masak, bisa masak ayam madu dan nasi hainan sama sayur-sayur bisalah saya masak. Nanti ada dikasih bahan-bahan masakan, saya kemudian buat menu," tuturnya dengan logat Melayu.

Selain dua deteni ini, ada puluhan deteni lainnya yang berada di Rudenim Medan dengan berbagai kasus mulai dari kasus overstay atau tinggal dalam kurun waktu lama tanpa memiliki dokumen resmi kenegaraan.

Apabila detikers berkeliling Rudenim Medan, ada sejumlah kamar pintu besi dengan gembok besar pada lantai 1 dan 2. Fasilitasnya ada kasur dan toilet di tiap kamar. Khusus lantai 2 menjadi area deteni yang berstatus bersama keluarga seperti membawa anak ataupun saudara.

Setiap sorenya, anak-anak deteni juga mendapatkan fasilitas pendidikan secara online dengan tenaga didik dari luar negeri. Anak-anak tersebut tampak fokus mengerjakan soal-soal dari beberapa buku yang mereka dapatkan.

Bukan Tampung Pengungsi

Rudenim Medan memiliki 47 deteni dari berbagai negara, yakni ada 24 deteni asal Myanmar, 7 deteni asal Bangladesh, dan masing-masing 1 deteni asal Thailand, Pakistan, Afganistan, Malaysia, Thailand, dan Uzbekistan.

Berdasarkan data Rudenim Medan, setidaknya sudah ada 36 deteni yang sudah dideportasi periode 1 Januari-11 Desember 2024. Paling banyak ada 29 deteni yang dipulangkan ke Bangladesh.

"Yang masuk ke Rudenim Medan ini adalah deteni yang dikenakan tindakan administrasi keimigrasian. Contohnya ada pelanggaran overstay, penyalahgunaan izin tinggal, kemudian eks napi seperti mereka yang digunakan tindak pidana umum di lapas. Nah, ketika untuk proses kepulangan ke negaranya mereka ditempatkan di sini," tutur Kepala Seksi Registrasi Administrasi dan Pelaporan pada Rumah Detensi Imigrasi Medan Donny Bahar.

"Rudenim Medan ini tidak terdapat pengungsi, di sini hanya deteni, kalau pengungsi di luar Rudenim," sambungnya.

Donny menyebut masa tinggal para deteni di Rudenim Medan bervariasi, tergantung dari kasus tiap deteni tersebut.

"Untuk kepulangannya itu kan dibiayai dengan dirinya sendiri atau sponsor. Kalau sponsornya cepat merespons, mereka akan cepat pulang ke negaranya. Cuma terkadang respons dari keluarga atau sponsor, kalau lambat (beri bantuan) maka akan lama," jelasnya.

"Tapi di undang-undang kita ada mengatur maksimal tinggal itu 10 tahun. Di Rudenim Medan belum ada yang sampai 10 tahun, maksimal 7 tahun," lanjut Donny.

Program My Hobby Is Jadi Andalan

Program My Hobby Is dari Rudenim Medan baru diluncurkan Maret 2023 lalu. Namun, program ini ternyata membantu para deteni untuk dapat mengembangkan kreativitasnya.

Awalnya, program yang dijalankan hanya memasak dan berkebun. Namun, seiring waktu program kemudian bertambah dengan adanya kegiatan memangkas hingga merajut.

Rudenim Medan menyediakan fasilitas tersebut mulai dari fasilitas memasak, lahan berkebun, dan alat-alat untuk kegiatan mencukur.

"Sesama deteni ini ada transfer knowledgenya. Saat itu ada deteni asal Sri Langka yang sudah kembali ke negaranya, dia bisa membuat rajutan dan berkolaborasi dengan rutan perempuan Medan," ucap Donny.




(nkm/nkm)


Hide Ads