Hari Kereta Api Nasional diperingati setiap tanggal 28 September untuk menghormati perjuangan para buruh kereta api yang berhasil merebut kembali kendali Balai Besar Kereta Api Bandung dari penjajah. Dengan memperingati hari ini, mengingatkan kita akan sejarah panjang perkeretaapian di Indonesia dan peran penting yang dimainkan oleh buruh dalam transisi kekuasaan dari Jepang.
Inovasi yang dilakukan oleh PT Kereta Api Indonesia saat ini merupakan kelanjutan dari semangat dan dedikasi para pekerja kereta api dalam membangun sistem transportasi yang efisien di tanah air. Peringatan ini juga menandai lahirnya Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI), yang menjadi simbol kemerdekaan dalam sektor perkeretaapian.
Sejarah Hari Kereta Api Nasional
Dilansir dari laman resmi Kementrian Perhubungan Direktorat Jendral Perkeretaapian, berikut adalah sejarah berdirinya Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) dan diperingatinya sebagai hari kereta api nasional. Simak penjelasannya sampai akhir ya detikers!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada tahun 1864, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Sloet Van Beele, melaksanakan seremoni untuk pembangunan rel kereta api pertama yang menghubungkan Semarang dan Surakarta. Proyek ini diprakarsai oleh perusahaan Nederlands-Indische Spoorwegen Maatschappij (NISM). Setelah sukses dengan jalur tersebut, NISM melanjutkan pengembangan jalur kereta api di Pulau Jawa.
Keberhasilan NISM memotivasi pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan perusahaan sendiri, yaitu Staat Spoorwagen (SS), yang membangun jalur kereta api sepanjang 63 kilometer antara Surabaya dan Pasuruan.
Pembangunan jalur kereta kemudian meluas ke Sumatera oleh perusahaan Deli Spoorweg Maatschappij (DSM), sementara di Sumatera Barat, pembangunan dilakukan oleh perusahaan kereta api negara, Sumatra Staats Spoorwagen (SSS).
Awalnya, tujuan dari kereta api adalah untuk mengangkut hasil pertanian, perkebunan, dan tambang, termasuk kopi dari pedalaman ke pusat perdagangan. Namun, ketika Jepang mengambil alih pemerintahan Belanda, mereka memangkas jalur kereta api dan mengalihkannya untuk proyek di Myanmar.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, tidak semua perusahaan yang sebelumnya dikelola oleh Belanda dapat diambil alih oleh Indonesia. Hal ini mendorong pejuang dan serikat pekerja kereta api untuk mengajukan permohonan kepada Menteri Perhubungan.
Para buruh yang tergabung dalam Serikat Buruh Kereta Api (SBKA) melakukan aksi untuk merebut kembali kontrol perkeretaapian dari penjajah, didukung oleh karyawan muda yang tergabung dalam Angkatan Muda Kereta Api (AMDA).
28 September Diperingatai Hari Kereta Api Nasional
Ribuan pegawai kereta api dan angkatan muda menduduki Balai Besar Kereta Api Bandung untuk mengambil alih kekuasaan dari Jepang. Sebulan setelah kemerdekaan, AMKA mengumumkan bahwa sejak 28 September, kekuasaan perkeretaapian Indonesia resmi di bawah pemerintah Republik Indonesia, menandai berdirinya Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI).
Nama DKARI kemudian berubah menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) pada tahun 1963, lalu menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) pada 15 September 1971. Pada 2 Januari 1991, PJKA berubah menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka), dan pada tahun 1999, menjadi PT Kereta Api (KA) (Persero). Akhirnya, pada tahun 2010, namanya diubah menjadi PT Kereta Api Indonesia (KAI).
Itulah mengapa pada setiap tanggal 28 September kini diperingati sebagai Hari Kereta Api Nasional, untuk mengenang aksi patriotik buruh kereta api dalam merebut kembali kontrol perkeretaapian Indonesia dari Jepang.
Demikianlah sejarah berdirinya Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) dan alasan mengapa diperingati sebagai hari kereta api nasional. Semoga bermanfaat bagi para detikers.
Artikel ini ditulis Melisa Junita Padang, mahasiswi magang dari UHN Medan
(astj/astj)