Pada 18 September 2024, langit akan dihiasi fenomena Supermoon dan Gerhana Bulan Sebagian. Gerhana bulan tersebut tak terlihat dari Indonesia namun fenomena satunya yakni Supermoon akan terlihat.
Bulan di langit akan tampak lebih besar dan cahayanya akan lebih terang dari biasanya. Simak ulasan lengkap tentang fenomena ini, penyebabnya, serta dampaknya bagi Bumi.
Apa Itu Supermoon?
Supermoon adalah fenomena di mana Bulan Purnama terlihat lebih besar dan lebih terang dari biasanya. Menurut Time and Date, Bulan Purnama pada bulan September sering disebut sebagai "Harvest Moon" atau "Corn Moon". Fenomena ini terjadi berdekatan dengan ekuinoks, yang memperkuat kecerahan dan ukuran Bulan saat terlihat dari Bumi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut NASA, istilah "Supermoon" pertama kali diperkenalkan oleh astrolog Richard Nolle pada tahun 1979. Istilah ini merujuk pada Bulan Baru atau Bulan Purnama yang terjadi ketika Bulan berada dalam jarak 90% terdekatnya dengan Bumi. Karena Bulan Baru tidak terlihat dari Bumi, perhatian lebih tertuju pada Bulan Purnama Supermoon, yang menjadi Bulan Purnama terbesar dan paling terang dalam setahun.
Sumber lain dari Space juga menjelaskan bahwa Supermoon terjadi ketika Bulan Purnama bertepatan dengan jarak terdekat Bulan dengan Bumi, sehingga membuat Bulan tampak lebih besar dan lebih bercahaya.
Supermoon dan Gerhana Bulan Sebagian 2024
Pada 18 September 2024, fenomena Supermoon akan terjadi bersamaan dengan Gerhana Bulan Sebagian. Namun, gerhana ini tidak akan bisa dilihat dari Indonesia, hanya dapat diamati di wilayah Amerika, Eropa, Afrika, sebagian Asia Selatan, Samudra Pasifik, Samudra Atlantik, serta wilayah Kutub Utara dan Selatan.
Menurut BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), Supermoon pada tanggal tersebut akan mencapai puncaknya pada pukul 9.34 WIB. Bulan akan tampak purnama selama beberapa hari, dimulai dari malam Selasa hingga pagi Kamis.
Penyebab Supermoon
Fenomena Supermoon terjadi karena orbit Bulan mengelilingi Bumi berbentuk elips, tidak sepenuhnya melingkar. Akibatnya, ada waktu ketika Bulan berada lebih dekat ke Bumi (perigee) dan saat lain ketika Bulan berada lebih jauh (apogee). Supermoon terjadi ketika fase Bulan Purnama bertepatan dengan posisi perigee, sehingga Bulan tampak lebih besar dan lebih terang.
Seberapa Sering Supermoon Terjadi?
Supermoon tidak terjadi setiap Bulan Purnama. Berdasarkan informasi dari Natural History Museum, hanya ada tiga hingga empat Supermoon setiap tahun. Dalam periode 2020 hingga 2025, diperkirakan akan ada empat Supermoon setiap tahunnya.
Kapan Supermoon Berikutnya?
Dikutip dari Astropixels, setelah Supermoon pada bulan September 2024, dua Supermoon lagi akan terjadi pada tahun yang sama, yaitu pada:
- 17 Oktober 2024
- 15 November 2024
Fenomena ini akan memberikan kesempatan bagi masyarakat di berbagai belahan dunia untuk kembali menikmati penampakan Bulan yang spektakuler.
Dampak Supermoon terhadap Bumi
Menurut BMKG, ketika Supermoon terjadi, akan ada dampak yang cukup signifikan terhadap pasang surut air laut, terutama di wilayah pesisir Indonesia. Supermoon meningkatkan tarikan gravitasi Bulan pada lautan, yang mengakibatkan pasang maksimum. Oleh karena itu, masyarakat di sekitar pesisir pantai dihimbau untuk waspada terhadap potensi banjir rob.
Tarikan gravitasi Bulan dan Matahari pada saat Bulan Purnama atau Bulan Baru menyebabkan pasang surut tertinggi. Fenomena ini disebut pasang surut musim semi. Supermoon meningkatkan pasang surut hingga sekitar 5 cm lebih tinggi dibandingkan dengan pasang surut biasa, karena posisi Bulan yang berada pada jarak terdekatnya dengan Bumi.
Itulah informasi terkait supermoon pada 18 September 2024 menawarkan pemandangan langka yang patut dinikmati. Meskipun gerhana tak bisa diamati di Indonesia, supermoon tetap akan memukau. Jangan lewatkan kesempatan ini, dan waspadai dampaknya, terutama bagi daerah pesisir.
Artikel ini ditulis M. Hasbi Fauzi, mahasiswa program Magang Merdeka di detikcom
(nkm/nkm)