Seiring dengan perkembangan waktu, permainan tradisional perlahan-lahan bisa terlupakan mungkin karena kurangnya ketertarikan, pergeseran budaya, atau pengaruh di lingkungan. Khususnya anak-anak, seiring dengan adanya kemajuan teknologi mereka lebih sering menikmati atau menghabiskan waktunya dengan permainan di gadget mereka.
Permainan tradisional tidak hanya berfungsi sebagai hiburan semata, tetapi permainan ini juga mengajarkan nilai-nilai kebersamaan, seperti kekompakan, kerjasama, keakraban, dan persaudaraan terhadap anak-anak sesama di lingkungan sekitar
Permainan tradisional secara tidak langsung dapat merangsang kreativitas dan keterampilan motorik anak karena mereka berinteraksi langsung dengan teman-teman mereka, dan mendorong komunikasi yang baik. Oleh karena itu, penting untuk sesekali memperkenalkan permainan tradisional kepada anak-anak agar permainan ini tidak menghilang begitu saja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penasaran apa saja? Simak Uraian berikut ini, ya
1. Petak Umpet
![]() |
Permainan ini melibatkan beberapa orang, salah satu pemain akan menutup matanya dengan lengan yang bersandar pada dinding, kemudian mencari temannya yang lain. Petak umpet bermanfaat dalam mengembangkan kemampuan sosial emosional anak dalam hal melatih anak untuk bisa dan mau bermain bersama dengan orang lain, melatih kerjasama anak dalam hal bersedia untuk membantu teman, serta bisa menghadirkan kebahagiaan bagi anak-anak.
2. Congklak
Permainan papan ini dengan cara menaruh biji-bijian yang ada ke setiap bagian lubang papan congklak. Tujuan permainan ini adalah untuk mengumpulkan sebanyak mungkin biji di lubang khusus yang ada di papan. Congklak dapat meningkatkan keterampilan berhitung anak dalam hal penambahan, pengurangan, dan pemahaman konsep bilangan.
![]() |
3. Engklek
Permainan ini dimainkan dengan cara menggambar pola di tanah dan melompat di atasnya dengan satu atau dua kaki. Engklek biasanya dimainkan dengan menggunakan batu kecil atau koin yang disebut "gaco." Engklek meningkatkan kemampuan motorik dan melatih keseimbangan anak.
![]() |
4. Kelereng
![]() |
Permainan ini umumnya dimainkan oleh anak laki-laki. Caranya adalah dengan menyentil satu kelereng ke arah tumpukan kelereng yang diletakkan di jarak tertentu. Bermain kelereng dapat meningkatkan perkembangan motorik halus, keterampilan sosial, kemampuan berpikir dan mengambil keputusan.
5. Ular Naga
Permainan ini harus dimainkan oleh banyak orang. Dalam permainan ini, sekelompok orang harus membentuk barisan panjang seperti ular. Barisan tersebut kemudian harus melewati terowongan yang dibuat oleh dua orang sambil bernyanyi, dan ketika lagu selesai dinyanyikan, satu orang dari barisan akan ditangkap jika lagu tersebut berhenti. Bermain ular naga dapat meningkatkan sikap sosial anak, kemampuan kerjasama dan perkembangan emosional.
6. Lompat Tali
![]() |
Permainan ini melibatkan tali panjang yang digerakkan oleh dua orang atau lebih, dan pemain harus melompat melewati tali dengan berbagai pola atau gerakan. Ini sering dimainkan di halaman sekolah atau di luar ruangan. Lompat tali dapat meningkatkan koordinasi tubuh, keseimbangan, berkecepatan, meningkatkan tinggi tubuh secara maksimal dan menjaga postur tubuh anak.
7. Bantengan
Dalam permainan ini, dua tim berusaha untuk merebut area atau "benteng" yang sudah ditentukan. Biasanya, permainan ini dimainkan di lapangan terbuka. Bantengan mampu melatih kecepatan dan kelincahan berlari, kerjasama dalam kelompok, kejujuran, kesabaran, perencanaan strategi yang matang, dan komunikasi efektif.
8. Gobak Sodor
Ini adalah permainan tim yang melibatkan dua tim dengan tujuan menyeberangi garis yang dijaga oleh tim lawan tanpa tertangkap. Pemain harus memanfaatkan strategi dan kerjasama tim untuk berhasil. Gobak Sodor mampu meningkatkan perkembangan sosial emosional seperti kejujuran, sportivitas, kerjasama tim, nilai pengaturan strategi dan nilai kepemimpinan.
Demikianlah permainan tradisional yang bermanfaat untuk perkembangan anak,walaupun mulai terlupakan. Semoga kedepannya dapat kita lestarikan.
Artikel ini ditulis Melisa Junita Padang, Mahasiswa Magang dari Universitas HKBP Nommensen
(nkm/nkm)