Sumut in History

Mengenang Tragedi Kelam di Jalan Jamin Ginting, 2 Kali Pesawat Jatuh-Tewaskan Gubsu

Kartika Sari - detikSumut
Minggu, 18 Agu 2024 07:28 WIB
Foto: Lokasi bekas kejadian jatuhnya Pesawat Mandala di Jalan Jamin Ginting, Medan. (Kartika Sari/detikSumut)
Medan -

Jalan Jamin Ginting dikenal sebagai jalan terpanjang di Sumut. Namun, jalan ini ternyata menyimpan tragedi mengerikan hingga tewaskan banyak nyawa.

detikers mungkin pernah mendengar tragedi jatuhnya pesawat Mandala Airlines RI-091 di Medan pada 5 September 2005 pada pagi hari. Tragedi ini menewaskan ratusan orang, di antaranya ada Gubernur Sumut Tengku Rizal Nurdin yang direncanakan akan terbang ke Jakarta untuk menghadiri rapat para Gubernur dengan Presiden.

Tak hanya penumpang, masyarakat setempat juga turut menjadi korban jatuhnya Pesawat Mandala.

Tim detikSumut kemudian menyambangi lokasi bekas kejadian jatuhnya Pesawat Mandala yang terletak di Jalan Jamin Ginting Medan. Lokasi tepatnya berada di bekas lahan yang kini menjadi lokasi pemukiman dan sebuah hotel bintang dua.

Foto: Karangan bunga tampak terlihat TKP jatuhnya pesawat hercules di Jalan Jamin Ginting, Medan (2/7/2016). Karangan bunga ditujukan sebagai ungkapan duka cita atas peristiwa yang merenggut nyawa ratusan orang tersebut. (Hasan Al Habshy/detikcom)

Saat itu, Kamis (15/8/2024) kondisi arus lalu lintas cukup ramai dan sekitar lokasi kejadian banyak terdapat warung makanan, bengkel, maupun kegiatan bisnis lainnya.

Seorang warga sekitar, Adnan (65) bercerita bahwa rumahnya hancur tak tersisa akibat terkena ledakan dari pesawat Mandala Air. Rumah Adnan saat itu berada tepat posisi pesawat Mandala Air terjatuh.

Saat itu, ia bersama keluarga lainnya sedang berada di Berastagi, Kabupaten Karo, sementara yang tersisa di rumah Adnan hanya ada sekitar 3-4 orang termasuk sang adik ipar yang tewas terkena ledakan.

"Pas kejadian itu saya baru selesai mandi di Berastagi pagi itu. Saya dapat telepon yang bilang rumah saya tertimpa pesawat, saya sama keluarga lain langsung ke Medan. Saya langsung lari dari Simpang Pos karena sudah tidak bisa lewat lagi. Betapa terkejutnya lihat kondisi rumah kami yang sudah hancur lebur," ungkap Adnan kepada detikSumut, Kamis (15/8/2024).

"Adik ipar saya juga kena yang kepalanya terputus karena kena ledakan dan puing pesawat padahal posisinya saat itu dia lagi hamil. Kami cari-cari jasadnya dan kami bawa langsung ke kampungya di Karo," lanjut Adnan terbata sambil menitikkan air mata.

Bagi Adnan, tragedi tersebut begitu kelam baginya dan menyisakan kesedihan walaupun sudah 19 tahun berlalu. Ia pun menunjukkan bangunan rumahnya yang dibangun oleh pihak Mandala Air sebagai bentuk tanggung jawab pihak maskapai.

"Rumah ini langsung dibangun di tahun itu juga sama perusahaan pesawatnya, mereka tidak kasih kita uang tapi mereka yang membangun," kata Adnan.

Selain Adnan, Idrus (50) turut menjadi saksi saat pesawat itu terjatuh. Saat itu, Idrus sedang membeli sarapan yang terletak tak jauh dari lokasi kejadian.

"Waktu beli sarapan ada suara keras sekali dan jeritan orang-orang. Saya langsung naik kereta dekat ke lokasi. Wah banyak kali lah asap, tangisan, banyak juga warga sini yang kena serpihan sampai berdarah-darah," kata Idrus.

Namun, ternyata banyak juga timbul cerita mistis pasca jatuhnya Pesawat Mandala Air. Adnan bercerita bahwa sempat beredar suara-suara misterius saat melintas di Jalan Jamin Ginting atau sekitar lokasi jatuhnya pesawat tersebut.

"Sempat juga ada cerita-cerita mistis dari warga kalau lewat sekitar sini apalagi malam itu ada suara-suara minta tolong lah, suara jeritan lah. Tapi lama-lama kan makin ramai penduduknya, udah enggak ada lagi terdengar cerita-cerita itu," ucapnya.

Penyebab jatuhnya pesawat Mandala Airlines di permukiman warga Medan baru mulai tersingkap setahun setelah insiden itu terjadi. Menurut keterangan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), setidaknya ada tiga hal yang menjadi pemicu jatuhnya pesawat kode penerbangan RI-091 itu.

Dua pemicu pertama adalah kondisi flap dan slat (alat menambah daya angkat pesawat saat take-off) yang tidak turun sewaktu pesawat hendak lepas landas. Padahal kedua komponen tersebut sangat krusial ketika pesawat melakukan take-off.

"Untuk lepas landas, harus menggunakan flap dan slat. Kalau tidak digunakan dengan semestinya, ada potensi pesawat akan celaka," kata anggota tim investigasi kasus pesawat Mandala Airlines, Prita Widjaya, dalam jumpa pers di Dephub, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis (12/10/2006).

Pemicu berikutnya adalah prosedur check list yang tidak sesuai persyaratan. Hal ini dapat menyebabkan tidak teridentifikasinya keadaan flap yang belum turun yang seharusnya mengaktifkan suara take off warning horn (alat bantu peringatan). Akan tetapi, dari hasil rekaman cockpit voice recorder (CVR), tidak terdengar suara take off warning horn.

"Kita tidak mendengar penerbang melakukan check list. Padahal menurut aturan, check list itu harusnya ada," kata pilot senior Garuda, Soerjanto.

Simak Selengkapnya di Halaman Selanjutnya...



Simak Video "Video: Pesawat Mombasa Air Safari Jatuh di Kenya, 11 Tewas"


(mjy/mjy)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork