dr Tompi Soroti Prosedur Pembedahan di Kasus Sedot Lemak yang Tewaskan Ella

dr Tompi Soroti Prosedur Pembedahan di Kasus Sedot Lemak yang Tewaskan Ella

Nafilah Sri Sagita K - detikSumut
Selasa, 30 Jul 2024 20:46 WIB
bincang sehat dr tompi
Foto: 20detik
Medan -

Wanita asal Medan, Ella Nanda Sari Hasibuan (30), akibat pecah pembuluh darah saat operasi sedot lemak di Klink Kecantikan WSJ, Depok, Jawa Barat. Penyanyi sekaligus dokter spesialis bedah, Tompi, menyoroti prosedur di kasus tersebut.

Mulanya dia menyinggung soal kompetensi tenaga medis yang melakukan tindakan operasi sedot lemak itu. Setelah itu dia mempertanyakan soal prosedur tindakan tersebut.

"Prosedur pembedahan, apapun pembedahannya bisa terbilang berbahaya bila tidak dilakukan dengan cara yang tepat, tidak oleh orang yang tepat, tidak dengan persiapan yang baik, nah sama halnya dengan sedot lemak," ujar dia Selasa (30/7/2024) dilansir detikHealth.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apabila tindakan operasi sedot lemak ditangani orang yang berkompetensi, harusnya hal itu tidak berbahaya. Begitu pula sebaliknya.

"Prosedur sedot lemak harusnya bisa aman terukur kalau kompetensi jelas," tuturnya.

ADVERTISEMENT
Kakak korban Okta Hasibuan saat menujukkan foto Ella Nanda semasa hidup (Kartika Sari/detikcom)Kakak korban Okta Hasibuan saat menujukkan foto Ella Nanda semasa hidup (Kartika Sari/detikcom)

Menurut dr Tompi, belakangan ini banyak orang yang mengerjakan operasi sedot lemak meski bukan seorang dokter.

"Ini adalah pekerjaan yang kita dokter spesialis bedah plastik sekolah dulu, baru bisa ngerjain, dokter bedah plastik yang mengerjakan harusnya, namun akhir-akhir ini mulai banyak yang bukan dokter bedah plastik ikut mengerjakan karena modal ikut workshop sekali," sindirnya.

Proses operasi sedot lemak disebut dr Tompi kerap dianggap sebagai hal yang mudah bila melihat prosesnya, padahal sebenarnya tidak semudah anggapan banyak orang. Perlu ada pengecekan riwayat kesehatan pasien terlebih dulu. Tidak hanya itu, pembiusan pasien juga dilakukan dalam sejumlah tahapan.

Mulai dari pembiusan ringan hingga dalam kondisi pasien tertidur alias tidak sadar. "Ini ada tata caranya nggak boleh sembarangan, salah kasih obat bius pasien bisa gagal napas," wanti-wanti dia.




(astj/astj)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads