Wiwik mengatakan jika sejak awal keduanya terpilih pada Pilkada Sergai 2020, sudah ada pihak yang mencoba membuat hubungannya retak. Namun Wiwik masih bisa mengontrol dirinya agar tidak terpengaruh.
"Kalau mempengaruhi aku banyak, yang coba adu domba banyak, supaya kita tidak bersama lagi. Ku bilang, jadi wakil itu berat, aku dulu pernah jadi wakil, jadi ya kita yang mengontrol itu supaya jangan bisa diadudomba," kata Wiwik kepada detikcom saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (25/7/2024).
Mantan Wakil Bupati Sergai ini menjelaskan jika ada beberapa kepala daerah yang marah jika wakilnya lebih banyak kerja dibanding kepala daerah, termasuk publikasi media. Namun Wiwik mengaku malah marah jika wakilnya tidak kerja dan hanya makan gaji buta.
"Ada yang marah kalau misalnya wakilnya lebih banyak kerja, kalau aku kebalik, enak kali dia nggak kerja, makan gaji buta, marah aku, padahal nyari suaranya sama-sama," ujarnya.
Membangun satu daerah, kata Wiwik, tidak bisa dilakukan sendiri, apalagi dirinya pernah menjabat sebagai wakil bupati. Keretakan hubungan antara kepala daerah dan wakilnya disebut akan membuat pembangunan di daerah terganggu.
"Membangun itu satu orang kan nggak bisa, kalau kami ribut bagaimana kami mau membangun? Kalau kepala daerah ribut dengan wakil nya kan sulit (membangun)," ucapnya.
Ketua DPC PDIP Sergai ini menilai jika kepala daerah dan wakil itu adalah sebuah politik sejalan tanpa hirarki. Berbeda dengan institusi kepolisian maupun TNI yang memiliki hirarki pimpinan.
"Kita bupati dan wakil bupati kan politik sejalan, beda dengan misalnya pimpinan TNI atau Polri, ada hirarki. Kalau bupati dan wakil bupati sepaket, kan nggak ada yang membedakan, yang membedakan hanya undang-undang, ada sedikit bedanya saja," ungkapnya.
Adlin menyebutkan kunci dari hubungan harmonis keduanya terletak dikomunikasi. Termasuk pola pikir soal fungsi dan peran kepala daerah bersama wakilnya.
"Jadi ini mindset, di awal-awal dulu banyak. Yang penting kita terbuka, kita komunikasi baik dan kerja sama-sama, yang penting itu komunikasi," sebut Adlin.
Politisi Golkar ini menuturkan orientasi kepimpinan juga menjadi faktor penentu keharmonisan hubungan kepala daerah dan wakil. Jika orientasinya adalah uang, maka besar kemungkinan hubungan kepala daerah dan wakilnya akan retak.
"Tentu juga bicara orientasi, kalau orientasi jadi pemimpin itu uang ya pasti akan begaduh, kalau orientasi kita nggak uang ya pasti kita bisa nyaman dan sehingga dapat berbuat untuk masyarakat," tutupnya.
Untuk diketahui, Wiwik dan Adlin kembali berpasangan di Pilkada Sergai 2024. Keduanya telah mendaftar ke semua partai politik yang memiliki kursi di DPRD Sergai.
(mjy/mjy)