Wali Kota Medan Bobby Nasution diusung 'super koalisi' untuk bertarung di Pilgub Sumut 2024. Bacalon rival Bobby, Nikson Nababan menilai jika 'super koalisi' tidak menjamin memberikan kemenangan.
"Ya banyak juga di daerah-daerah lain didukung partai gemuk belum tentu bisa menang, kembali kepada pilihan masyarakat," kata Nikson Nababan usai menghadiri undangan wawancara di Kantor DPD PDIP Sumut, Jumat (5/7/2024).
Mantan Bupati Tapanuli Utara (Taput) 2 periode ini menilai jika masyarakat Sumut rasional dalam memilih. Masyarakat dinilai bakal melihat track record calon nantinya sebelum menentukan pilihan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya lihat masyarakat Sumut ini akan cerdas dan rasional, dari hitung-hitungan semua partisipasi pemilih daerah-daerah itu cenderung rendah, 2019 contoh Kota Medan kalau nggak salah 25 persen atau berapa ya. Kita harapkan dalam pemilihan gubernur ini masyarakat Sumut akan melihat ide, gagasan seseorang dan juga karya prestasi yang sudah dilakukan selama berkiprah di pemerintahan atau di mana pun, tentu ini menjadi tolak ukur buat masyarakat, masyarakat akan melihat dan memilih siapa yang layak untuk memimpin Sumatera Utara," ucapnya.
Politisi PDIP ini menuturkan jika pengalaman dia selama 10 tahun menjadi Bupati Taput merupakan modal nya. Nikson mengklaim jika memiliki sejumlah prestasi di Taput mulai dari kemiskinan berkurang hingga pendapatan per kapita warga naik.
"Berkompetisi ya, kita siap berkompetisi dan tentu 10 tahun pengalaman di mana saya 10 tahun memimpin Tapanuli Utara, kemiskinan berkurang, pengangguran berkurang, kemudian kesenjangan sosial semakin menipis, income per kapita masyarakat naik tentu ini poin penting kerja keras yang selama ini saya kerjakan, ini bukti dasar pijakan kita bahwa berkompetisi dengan siapa pun pasti ya tidak ada kata kita kalah," tutupnya.
Untuk diketahui, Bobby Nasution sejauh ini sudah diusung oleh 6 partai politik. Yakni Gerindra, Golkar, PAN, NasDem, Demokrat, dan terbaru PKB.
Dengan keenam partai politik tersebut, Bobby bakal mendapat dukungan 62 dari 100 kursi DPRD Sumut. Hal itu menjadi 'super koalisi' di Pilgub Sumut 2024 nanti.
Pengamat politik dari Universitas IsIam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Faisal Riza menilai 'super koalisi' terbentuk karena Jokowi effect hingga pengaruh Koalisi Indonesia Maju (KIM) di pusat.
"Soal bentukan koalisi itu terkait dengan pengaruh kuat koalisi di pusat. KIM yang dipimpin Gerindra cukup meyakinkan performanya sampai ke Sumut. Itu pula yang membuat Nasdem dan PKB mendukung Bobby," kata Faisal Riza kepada detikSumut, Jumat (5/7).
Sosok Jokowi juga dinilai memiliki pengaruh untuk pembentukannya 'super koalisi'. Jokowi dinilai masih mampu menyedot dukungan partai politik.
"Jokowi effect sangat memengaruhi juga dukungan ini. Magnit Jokowi masih ampuh dalam menyedot dukungan partai," ucapnya.
Selain itu, sosok Bobby juga dinilai memiliki pengaruh dalam pembentukan 'super koalisi'. Menantu Presiden Jokowi ini dinilai memiliki elektoral yang kuat dibandingkan figur yang lain.
"Figur Bobby sendiri dianggap menjadi alternatif kepemimpinan dibandingkan pemimpin sebelumnya. Logika elektoral seperti tingkat elektabilitas, popularitas, insentif politik penting bagi partai dan karena itu mereka mendukung. Ini sekaligus menegaskan lebih rasional mendukung Bobby ketimbang figur lain," ujarnya.
(mjy/mjy)