Detik-detik Waisak 2024 Jam Berapa? Berikut Informasinya

Detik-detik Waisak 2024 Jam Berapa? Berikut Informasinya

Raphaella Siallagan - detikSumut
Selasa, 21 Mei 2024 20:25 WIB
Wesak Day marks three major events in Buddha’s life, namely his birth, his enlightenment and his achievement of Nirvana. The Wesak Day parade usually makes its way with beautiful Buddha’s chariot decorated with flowers and many parade floats through the central of the cities. There are thousand of devotees participated in the procession and some walk along with the chariots, chant mantras, and other attendees watch the procession from the roadside, receiving blessings from the passing floats.
Foto: Getty Images/iStockphoto/goc
Medan -

Menurut SKB 3 Menteri tentang Cuti Bersama dan Libur Nasional Tahun 2024, Hari Raya Waisak 2568 BE jatuh pada tanggal 23 Mei 2024. Hari Raya Waisak atau Trisuci Waisak memperingati tiga peristiwa penting, yakni kelahiran Pangeran Siddharta, Pertapa Gotama mencapai penerangan sempurna, dan Buddha Parinibbana.

Lantas, kapan detik-detik Waisak 2024? Berikut informasi selengkapnya.

Kapan Detik-detik Waisak 2024?

Detik-detik Waisak bertepatan ketika bulan purnama seperti saat Pertapa Gotama mencapai penerangan sempurna. Berdasarkan Rangkaian Kegiatan Waisak Nasional Umat Buddha Indonesia 2568 BE, detik-detik Waisak 2024 akan berlangsung pada pukul 20.52.42 WIB. Berikut rinciannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hari/Tanggal: Kamis, 23 Mei 2024

Waktu: 20.52.42 WIB

ADVERTISEMENT

Lokasi: Candi Borobudur, Jawa Tengah

Hari Raya Waisak 2024

Hari Raya Waisak pertama kali ditetapkan sebagai hari libur nasional sejak Waisak 2527 BE, tepatnya tanggal 27 Mei 1983 pada Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1983. Berdasarkan buku Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti yang diterbitkan oleh Kemendikbud, Hari Raya Waisak memperingati tiga peristiwa penting, yakni kelahiran Pangeran Siddharta, Pertapa Gotama mencapai penerangan sempurna, dan Buddha Parinibbana.

Hari Raya Waisak diperingati agar manusia menyadari bahwa hidup adalah perjuangan mulai dari lahir sampai wafat. Manusia perlu berjuang, bahkan berkorban untuk mencapai cita-cita sebagaimana Pangeran Siddharta mengorbankan harta benda, kerajaan, bahkan keluarganya.

Artikel ini ditulis Raphaella Ade Siallagan, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(nkm/nkm)


Hide Ads