Mengenal 3 Tokoh Kebangkitan Nasional Kelahiran Sumatera Barat

Mengenal 3 Tokoh Kebangkitan Nasional Kelahiran Sumatera Barat

Felicia Gisela Sihite - detikSumut
Senin, 20 Mei 2024 09:13 WIB
Logi Harkitnas 2024
Foto: Kominfo RI
Medan -

Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada tanggal 20 Mei setiap tahunnya diperingati oleh seluruh warga negara Indonesia. Pada tahun 2024, peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-116 bertemakan "Bangkit untuk Indonesia Emas".

Nah, di balik sejarah panjang perjalanan yang telah dilalui bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan, ada beberapa sosok ternama kelahiran Sumatera Barat yang berperan hingga menjadi tokoh Kebangkitan Nasional di Indonesia.

Penasaran siapa saja tokoh-tokoh tersebut? Berikut detikSumut rangkum penjelasan dari "Hatta; Jejak yang Melampaui Zaman", "Prof. H. Muhammad Yamin S.H." oleh Sutrisno Kutoyo, dan "Tempo Edisi Khusus 'Sjahrir'".

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mohammad Hatta

  • Nama asli: Mohammad Athar
  • Tempat, tanggal lahir: Bukittinggi, 12 Agustus 1902
  • Wafat: 14 Maret 1980

Mohammad Hatta adalah proklamator kemerdekaan Indonesia (bersama Soekarno) dan wakil presiden pertama Indonesia. Moh. Hatta merupakan sosok umat Islam yang taat beragama dan cepat berkecimpung dalam pergerakan nasional.

Perang Padri dan Perang Kamang membuktikan daerahnya, Minangkabau, menentang keras Belanda. Saat masih remaja, Moh. Hatta menghimpun saudagar bumiputra di Padang yang bersaing melawan pengusaha Belanda dan Cina.

ADVERTISEMENT

Dia memperkuat rasa kebangsaannya dengan mengikuti kegiatan dua tokoh Minang yang bergerak dalam Sarekat Islam, yaitu Haji Agus Salim dan Abdoel Moeis. Pada tahun 1920, Hatta telah berada di Negeri Belanda untuk mengenyam pendidikan.

Sebagai mahasiswa, Moh. Hatta menjadi anggota Indische Vereeniging (Perkumpulan Hindia) yang dalam lima tahun kemudian berubah menjadi organisasi politik, Indonesische Vereniging (Perhimpunan Indonesia).

Pada tahun 1926, dia memimpin Perhimpunan Indonesia tersebut sebagai ketua sampai tahun 1930. Majalah organisasi yang awalnya bernama Hindia Putra (mulai tahun 1916) diubah pada tahun 1924 menjadi Indonesia Merdeka.

Di masa itu, Moh. Hatta memperkenalkan cita-cita kemerdekaan di Negeri Belanda dan mengemukakannya di Belgia, Prancis, dan Jerman. Dia aktif organisasi Liga Menentang Imperialisme, Menentang Tekanan Kolonial, dan Mendukung Kemerdekaan Nasional.

Muhammad Yamin

  • Nama lengkap: Mohammad Yamin
  • Lahir: Sawahlunto, 24 Agustus 1903
  • Wafat: 17 Oktober 1962

Pada tahun 1919, ketika masih berusia 16 tahun, Muhammad Yamin sudah menjadi anggota pimpinan Jong Soematranen Bond. Muhammad Yamin bersama pemimpin-pemimpin dan segenap anggotanya telah memikirkan soal-soal politik.

Perjuangan Muhammad Yamin di bidang politik sekitar tahun 1930-an. Asas perjuangan Partindo boleh dikatakan sama dengan PNI (Lama) maupun PNI (Baru) - Pendidikan. Kedua partai itu mendasarkan pada asas perjuangan non-koperasi dan massa aksi.

Pada bulan November 1936, Partai Indonesia yang didirikan oleh Sartono terpaksa dibubarkan. Sedangkan, PNI Baru atau PNI Pendidikan (Hatta, Syahrir, Soedjadi), memang masih berdiri beberapa saat tetapi semakin lama semakin lemah.

Setelah Partindo dibubarkan, banyak pemimpin merasa perlu adanya organisasi lain yang asas perjuangannya tidak terlalu berbeda dengan partai-partai Partindo ataupun PNI Pendidikan. Muhammad Yamin termasuk salah seorang di antaranya.

Pada tanggal 24 Mei 1937 di Jakarta, Muhammad Yamin bersama Wilopo, Amir Syarifuddin, Sumanang, Adnan Kapau Gani, Adam Malik, dan lain-lainnya mendirikan partai baru, yakni Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo).

Muhammad Yamin termasuk salah seorang dari deretan pemimpin Gerindo. Tujuan partai tersebut adalah kemerdekaan politik, sosial dan ekonomi bagi Indonesia, yaitu terbentuknya suatu masyarakat di mana bangsa Indonesia menentukan nasibnya sendiri.

Sutan Syahrir

  • Nama lengkap: Sutan Sjahrir
  • Tempat, tanggal lahir: Padang Panjang, 5 Maret 1909
  • Wafat: 9 April 1966

Dalam Kongres Pemuda II 1928 di Jakarta, seorang pemuda bernama Sutan Syahrir mencuri perhatian para utusan yang datang dari berbagai daerah di Nusantara. Sosok yang cerdas itu mewakili Jong Indonesie (Pemuda Indonesia).

Syahrir pertama kali bertemu Amir Sjarifoeddin (Jong Batak), bendahara panitia dan wakil ketua sidang kongres "Sumpah Pemuda" itu. Dua puluh tahun kemudian, mereka menahkodai biduk pemerintahan ketika kemerdekaan Indonesia terwujud.

Setelah kongres pemuda, Syahrir dan Amir tidak pernah bertemu lagi sebab Syahrir melanjutkan pendidikan ke Universitas Leiden di Belanda. Di sana, Syahrir mempelajari sosialis dan menjadi anggota Perhimpunan Indonesia pimpinan Moh. Hatta.

Sementara itu, Amir memimpin Gerakan Indonesia (Gerindo) di masa pemerintahan kolonial Belanda. Saat pemerintah kolonial Belanda menangkap Soekarno dan melarang Pendidikan Nasional Indonesia, Syahrir menghentikan studirnya.

Pada tahun 1931, Syahrir kembali ke tanah air untuk memimpin PNI Baru, bersama Hatta yang menyusul pulang. Pemerintah kolonial Belanda menangkap Hatta dan Syahrir dengan tuduhan memberontak lalu mengasingkan mereka ke Sukabumi, Jawa Barat.

Di Sukabumi, Syahrir dan Amir kembali bertautan untuk melakukan gerakan perlawanan terhadap penjajah. Sampai pada akhirnya, kerja sama mereka terwujud tatkala keduanya memimpin Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).

Demikian penjelasan tentang 3 tokoh Kebangkitan Nasional kelahiran Sumatera Barat. Semoga menambah pengetahuanmu, detikers!




(afb/afb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads