- Puisi Tema Hari Kebangkitan Nasional 2 Bait Puisi 1: Hari Kebangkitan Nasional Puisi 2: Pejuang Negeri Puisi 3: Satu Tanah Airku Puisi 4: Dongeng Pahlawan
- Puisi Tema Hari Kebangkitan Nasional 3 Bait Puisi 5: Bangkitlah Indonesia Ku Puisi 6: Kebahagiaan Puisi 7: Hari Kebangkitan Ini Puisi 8: Dr. Cipto Mangunkusumo Puisi 9: R.A. Kartini
- Puisi Tema Hari Kebangkitan Nasional Lebih dari 3 Bait Puisi 10: Sepotong Sunyi di Taman Makam Pahlawan Puisi 11: Pahlawankah? Puisi 12: Perjuangan para Pahlawan untuk Indonesia Puisi 13: Mengisi Kemerdekaan Puisi 14: Aku Ingin Menjadi Puisi 15: Pahlawanku
Semangat nasionalisme perlu senantiasa dijaga, terutama dalam diri generasi zaman sekarang. Itu sebabnya masyarakat Indonesia setiap tahun memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas).
Kegiatan Hari Kebangkitan Nasional diisi dengan penyelenggaraan upacara bendera di berbagai instansi, baik pusat, daerah, hingga luar negeri. Tidak hanya itu, ziarah ke taman makam pahlawan juga dilakukan saat Harkitnas.
Selain itu, semangat kebangkitan juga dapat disalurkan dalam bentuk tulisan, misalnya puisi. Dikutip dari berbagai sumber, mari baca bersama-sama puisi bertema Hari Kebangkitan Nasional berikut ini!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Puisi Tema Hari Kebangkitan Nasional 2 Bait
![]() |
Puisi 1: Hari Kebangkitan Nasional
Oleh: Khadijah
Hari kebangkitan ini
Bukan sekadar untuk seremoni
Diperingati tapi tak lagi berarti
Dimeriahkan tapi tak ada makna tergapaikan
Hari Kebangkitan ini
Tak lain adalah pengingat
Apa yang telah dipersembahkan untuk bangsa ini
Kebangkitan apa yang kita gaungkan
Ini adalah soal
Kebangkitan sejati
Bukan hanya tradisi
Persembahan terbesar untuk hari ini
Bukan seremoni, puisi,
Tapi aksi nyata bagi negeri
Selamat hari kebangkitan nasional
(Sumber: Situs HMJ PAI UIN Antasari Banjarmasin)
Puisi 2: Pejuang Negeri
Oleh: N. K. Humanis
Indonesiaku, kau negeriku
Berjuta-juta pulau di dalamnya
Beratus-ratus suku dan budaya
Beribu-ribu bahasa yang ada
Semua itu tidak akan bisa kita nikmati
Tanpa adanya para pejuang sejati
Jasa yang tidak bisa di bayar dengan uang.
Tidak ada yang tidak mungkin bagi kalian untuk ditaklukkan
Terima kasih para pejuang
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya
Hari berganti hari waktu pun tiada henti
Tak terasa kemerdekaan sudah sekian lama kita dapati.
Bukan kita, Tetapi para pejuang dengan kegigihannya untuk merebut kembali Tanah Air yang kita cintai
(Sumber: Situs HMJ PAI UIN Antasari Banjarmasin)
Puisi 3: Satu Tanah Airku
Oleh: Saidatul Jannah
Bangsa bergeliat dengan berjuta harapan
Beribu-ribu cita-cita dipertaruhkan
Indonesia tanah airku, tanah kelahiranku
Semangat dan persatuan kau padukan
Suka cita dilewati memberikan bekas luka mendalam,
Bahkan tumpah darah dikorbankan
Indonesia bangkit dan berjuang tanpa keluh dan kesah,
Majulah Indonesiaku
Bangkitlah Indonesiaku
Jayalah tanah kelahiranku
(Sumber: Situs HMJ PAI UIN Antasari Banjarmasin)
Puisi 4: Dongeng Pahlawan
Oleh: WS Rendra
Pahlawan telah berperang dengan panji-panji
berkuda terbang dan menangkan putri
Pahlawan kita adalah lembu jantan
melindungi padang dan kau perempuan
Pahlawan melangkah dengan baju-baju sutra
Malam tiba, angin tiba, ia pun tiba
Adikku lanang, senyumlah bila bangun pagi-pagi
karna pahlawan telah berkunjung di tiap hari
(Sumber: BPSC Modul Bahasa Indonesia SD/MI Kelas IV)
Puisi Tema Hari Kebangkitan Nasional 3 Bait
![]() |
Puisi 5: Bangkitlah Indonesia Ku
Oleh: Nadia Ayu Puspita
Buka mata wahai pemuda, yang tua, putra dan putri bangsa ini
Sudah sekian lama kita dijajah oleh negara asing
Kapan kita akan bangkit?
Indonesiaku
Bangkitlah, Indonesiaku
Dengan seluruh perjuangan para pahlawan
Sudah kewajibanku untuk melanjutkannya
Aku, untuk Indonesiaku
Bumi pertiwiku
Yang sangat aku banggakan
Yang sangat aku cintai
Berdirilah engkau, bangkitlah engkau, bangkitlah, Indonesiaku.
Puisi 6: Kebahagiaan
Oleh: Ardiyan
Ada rasa yang ingin selalu dimanja
Menutup mata menolak lara
Hidup itu hanya soal bahagia, katanya
Padahal sedih, perih, suka dan duka menjadi komposisi sempurna kehidupanya
Jangan terlalu larut dalam lara
Kendalikan jiwa
Membuka lembaran baru, Membuka mata
Menyadari bahwa hidup penuh warna
Bukan p'rihal bahagia, bahagia dan bahagia saja
Karena Tuhan ingin melihat kau berjuang
dalam rumitnya tantangan kehidupan
Menikmati asyiknya liku permasalahan
Untuk mencapai kebahagiaan
Maka, bangkit dan berjuanglah!
(Sumber: Situs HMJ PAI UIN Antasari Banjarmasin)
Puisi 7: Hari Kebangkitan Ini
Oleh: Prito Windiarto
Hari kebangkitan ini
Bukan sekadar untuk seremoni
Diperingati tapi tak lagi beri arti
Dimeriahkan tapi tak ada makna tergapaikan
Hari Kebangkitan ini
Tak lain adalah pengingat
Apa yang telah dipersembahkan untuk bangsa ini
Kebangkitan apa yang kita gaungkan
Ini adalah soal
Kebangkitan sejati
Bukan hanya tradisi
Persembahan terbesar untuk hari ini
Bukan seremoni, puisi,
Tapi aksi nyata bagi negeri.
Puisi 8: Dr. Cipto Mangunkusumo
Oleh: Sides Sudyarto D.S
Dokter, kau adalah penyelamat anak-anak pribumi
perawat penyakit yang menimpa rakyat jelata
Kau curahkan cinta kasihmu demi kehidupan
Penduduk negeri yang terlanda kemiskinan
Cipto, dikau adalah Garuda Perkasa
Cakarmu kuat, menentang kekuasaan penjajah
Kau kibarkan keberanian melawan penindasan
Kau bangkitkan semangat menentang kezaliman
Jiwa berontak dengan galak
Kau tiada pernah menyerah pada penjajah
Meski kau dibuang selalu ke pengasingan
Namun jiwamu selalu perkasa mengejar kemerdekaan
(Sumber: Buku Pahlawan Dalam Puisi karya Sides Sudyarto D.S)
Puisi 9: R.A. Kartini
Oleh: Sri Widayati
Raden Ajeng Kartini
Kau seorang putri sejati
Gigih berani mempertaruhkan diri
Demi memperjuangkan emansipasi
Cita-citamu sungguh mulia
Tak gentar tuk memerdekaakan wanita
Tak takut meski dihadang senjata
Demi kebahagiaan para kaumnya
Agar haknya sejajar kaum pria
Karenamu kaum hawa lebih bermakna
Dunia lebih ceria dalam genggamannya
Negeri ini pun kan bisa berjaya
Kau penerang dalam gelap gulita
Habis gelap terbitlah terang
Terbukti nyata dalam karyanya
(Sumber: Buku Kumpulan Puisi Tentang Pahlawan oleh Sri Widayati)
Puisi Tema Hari Kebangkitan Nasional Lebih dari 3 Bait
![]() |
Puisi 10: Sepotong Sunyi di Taman Makam Pahlawan
Oleh: Siti Isnatun M.
Di sebuah makam
jauh dari kehidupan
yang tersimpan hanyalah kenangan
akan keabadian yang temaram
Sepotong sunyi menepi
di antara nisan-nisan berjejer rapi
seolah jadi teman yang peduli
menyanyikan sepi tanpa henti
Berkalang tanah engkau para kebanggaan
tenggelam bersama keteladanan
betapa tamanmu kini sunyi dan sepi
seakan duniamu telah ikut mati
Taman makammu makin tak terjamah
Perjuanganmu makin terlupa sejarah
Sungguh ironis dan mengunggah
Semua terjadi saat jasamu terasa indah
Nisanmu yang dulu megah
kini tampak mulai layu dan jengah
bagai bunga kamboja berguguran ke tanah
tak terusik oleh deretan kisah
Sepotong sunyi terus menggelayuti
taman makammu...wahai pahlawan negeri
Hati berbisik dengan sepi
akankah kami bisa berbagi
meski hanya kisah yang tak selesai
dari perjalananmu yang telah usai
(Sumber: Buku Kumpulan Puisi Pahlawan oleh Siti Isnatun M., dkk.)
Puisi 11: Pahlawankah?
Oleh: Siti Isnatun M.
Pahlawankah?
Bila kekuasaan adalah tujuan
kedudukan adalah pamrih
dan kekayaan adalah cita-cita
Pahlawankah?
Bila kepentingan sendiri adalah hal utama
kepentingan rakyat adalah selingan
dan kepentingan keluarga sibuk diperhatikan
Pahlawankah?
Bila keikhlasan bukanlah landasan
tergantikan oleh ketamakan serta kesombongan
dan ambisi yang menuntut pemenuhan
Bertanyalah pada nurani....
Pahlawankah?
(Sumber: Buku Kumpulan Puisi Pahlawan oleh Siti Isnatun M., dkk.)
Puisi 12: Perjuangan para Pahlawan untuk Indonesia
Oleh: Suyono
Untukmu pahlawanku
Tanpamu kami tak mampu seperti sekarang
Keberanianmu menerjang penjajah
Dalam darahmu mengalir semangat juang
Keberanian menjadi kekuatan untuk menerobos
Gerbang penjajah
Genangan darah sebagai bukti kesetiaanmu
Tulang-tulang yang remuk terhampar bak mutiara
Sebagai tanda kesucianmu
Karena jasa dalam darahmu Indonesia mampu merdeka
Kucuran deras keringat membasahi seluruh tubuh
Kadang, jiwa ini terpuruk dalam kesedihan
Mengenang semua penderitaan dan perjuanganmu
Semua demi Indonesia, kau taruhkan nyawamu
Pahlawan kau genggam bambu runcing di tanganmu
Luka di tubuh, kau anggap hanya biasa
Di tengah teriknya sang matahari kau berperang demi negeri ini
Namun, di balik peperangan jasa dan semangatmu selalu ada
(Sumber: Buku Kumpulan Puisi Semangat Kemerdekaan Masa Kini oleh Suyono)
Puisi 13: Mengisi Kemerdekaan
Oleh: Suyono
Mengisi kemerdekaan ini
Aku adalah pejuang kedua orang tuaku
Karena saya orang yang tak mampu
Dan aku akan mewujudkan mimpiku
Menjadi tulang punggung keluarga
Dan saya akan membahagiakan kedua orang tuaku
Aku akan menjadi panutan bagi adik-adikku
Demi terwujudnya cita-cita mereka
Agar kebahagiaan menyelimuti raga orang tuaku
Permata indah impian mereka
Tergenggam erat dalam dekapannya
Kerutan-kerutan wajah terlihat bak gelombang
Saat senyuman merekah di bibirnya.
Bayangan ini, akan menjadi penyemangat
Untukku berjuang melawan derasnya
Arus kehidupan, yang bisa membuatku terhanyut
Jika tak mampu
(Sumber: Buku Kumpulan Puisi Semangat Kemerdekaan Masa Kini oleh Suyono)
Puisi 14: Aku Ingin Menjadi
Oleh: Siti Isnatun M.
Aku ingin menjadi,
Kerlip bintang di langit negeriku
Aku ingin menjadi,
Kepak sayap di tubuh bangsaku
Aku ingin menjadi,
Pohon padi untuk pangan rakyat negeriku
Aku ingin menjadi,
Tanaman tebu untuk pemanis dahaga bangsaku
Ini ungkapan hatiku
akan makna kepahlawanan
sebagai anak bangsa, generasi muda
yang bangga menjadi Indonesia
(Sumber: Buku Kumpulan Puisi Pahlawan oleh Siti Isnatun M., dkk.)
Puisi 15: Pahlawanku
Oleh: Yamin
Darah mengalir terus dikenang
Sengsara kehausan serta kelaparan
Langkah sedikit lengah
Terpeleset jurang yang mendalam
Karena jasamu Indonesia mampu bernapas lega
Menghirup udara kebebasan
Aman dari sergapan senjata
Jauh dari serangan penjajah tak terduga
Tanpamu kami tidak tau keadaan sekarang
Keberanianmu larut dalam darah juang
Kekuatanmu sekeras baja
Keyakinanmu kuat dalam hati sanubari
Pahlawanku...
Kau berikan kebahagiaan anak cucu bangsa
Kau tinggalkan kenangan sejarah 'tuk pijakannya
Itulah kumpulan puisi bertema Hari Kebangkitan Nasional yang dapat dibacakan pada 20 Mei. Semoga bermanfaat, detikers!
(mff/afb)