Gunung berapi di Antartika ini beda dari lainnya. Biasanya, gunung berapi memuntahkan abu vulkanik, sementara dia malah menyemburkan debu emas ke udara.
Gunung tersebut adalah gunung Erebus di Antartika. Dia merupakan salah satu gunung berapi terkatif di benua itu dengan ketinggian mencapai 3.794 meter di atas permukaan laut (MDPL). Gunung Erebus baru-baru ini mengalami erupsi.
Dikutip detikTravel dari IFLScience, Sabtu (13/4/2024), saat terjadi erupsi tersebut gunung Erebus tidak menyemburkan abu vulkanik. Dia malah mengeluarkan debu emas ke udara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para ilmuwan menemukan, semburan dari gunung berapi tertinggi di Antartika ini kaya akan kristal kecil emas metalik. Jejak debu emas sudah dideteksi para ilmuwan di udara hingga radius sejauh 1.000 kilometer dari gunung yang berada di Pulau Ross, Antarktika tersebut.
Kristal emas metalik yang disemburkan oleh gunung Erebus tersebut memiliki ukuran yang sangat kecil, tak lebih dari 20 mikrometer per butirnya.
Walaupun sangat kecil, per harinya, diperkirakan gunung berapi teraktif di Antartika ini memuntahkan sekitar 80 gram emas yang bernilai sekitar US$ 6.000 atau sekitar Rp 96,7 juta jika dirupiahkan.
Ahli vulkanologi dari Universitas Oxford, Tamsin Mather mengatakan, Gunung Erebus memang memiliki kimia magma yang tidak biasa.
"Gunung ini memompa gas 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Gunung ini merupakan salah satu dari sedikit gunung yang memiliki danau lava aktif yang terus berdenyut di dalam kawahnya, dan hal ini membuatnya menjadi lokasi yang luar biasa," jelasnya, seperti dilansir dari Metro.
Tamsin menyeubt bom lava panas yang membara juga menyembur dari danau lava aktif gunung tersebut. Ia juga menegaskan, bahwa emas yang keluar dari gunung berapi itu hanya senyawa kimia, bukanlah bongkahan emas.
Selain emas, gunung Erebus juga mengeluarkan kristal atau partikel kecil logam lainnya, seperti tembaga.
(dhm/dhm)