3 Kultum Singkat untuk 10 Hari Terakhir Ramadan, Lengkap dengan Dalil

3 Kultum Singkat untuk 10 Hari Terakhir Ramadan, Lengkap dengan Dalil

Fria Sumitro - detikSumut
Minggu, 31 Mar 2024 12:55 WIB
Ilustrasi Ceramah Agama.
Kumpulan Kultum untuk 10 Hari Terakhir Ramadan (Foto: Raka Dwi Wicaksana/Unsplash)
Medan -

Tak terasa umat Islam telah memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadan. Ini menandakan, Ramadan akan segera pergi dan Hari Raya Idulfitri akan datang.

Mengikuti momen tersebut, kultum yang dibawakan para ustaz, terlebih sebelum pelaksanaan salat tarawih, dapat bertema tentang minggu-minggu terakhir Ramadan, seperti zakat, malam Lailatulqadar, atau hal-hal tentang Idulfitri.

Merujuk buku "Syiar Ramadan Perekat Persaudaraan" yang disusun Tim Layanan Syariah Dirjen Bimas Kemenag, berikut kumpulan contoh kultum singkat untuk 10 hari terakhir Ramadan. Simak, yuk!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kultum 1: Menggapai Lailatul Qadar

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

Hadirin Rahimakumullah!

ADVERTISEMENT

Sejak kecil, ada satu kalimat yang tidak asing dan selalu terdengar di bulan Ramadan, terutama di penghujung bulan tersebut.. Ya, tentunya kita tidak asing dengan kata Lailatul Qadar. Malam yang mulia ini hanya ada di bulan Ramadan, Satu malam yang sangat diidamkan oleh seluruh umat Islam di dunia. Betapa tidak? Malam Qadar adalah satu malam yang lebih dari seribu bulan, setara dengan 83 tahun lamanya. Ada satu surah yang tentu sangat kita hafal sejak kecil, Q.S. Al-Qadr: 3-5 sebagai berikut:

"(3). Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (4). Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. (5). Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar."

Mengenai ayat 3 ini, As-Syaikh Wahbah Az-Zuhaili menulis dalam kitabnya, Tafsir Al-Wajiz sebabai berikut: "Malam lailatul qadar yaitu malam dimana amal shalih ketika itu lebih baik daripada amal selama seribu bulan di waktu selain lailatul qadar. Jarir mengatakan dari Mujahid yang berkata: "Salah satu laki-laki dari Bani Israil ada yang melaksanakan shalat di waktu malam sampai pagi, kemudian berperang memerangi musuhnya di waktu siang sampai sore, dan dia melaksanakan hal itu selama seribu bulan, kemudian Allah menurunkan ayat (Lailatul qadri khairum min alfi syahr) sebagaimana yang diamalkan oleh laki-laki itu."

Dan pada malam tersebut, bumi disesaki oleh para malaikat yang dipimpin oleh Jibril. Para malaikat mendoakan orang-orang yang beribadah di malam tersebut. Masih dalam kitab yang sama, Asy-Syaikh Wahbah melanjutkan penafsiran ayat 4 dan 5 sebagai berikut: "Malaikat berbondong-bondong turun ke bumi beserta Jibril di antaranya pada malam ini atas perintah Tuhan mereka untuk menunaikan setiap perkara yang hendak dipenuhi oleh Allah di tahun berikutnya, dan memberikan kebaikan untuk orang-orang yang taat, di antaranya adalah ada yang mendoakan keselamatan mereka, memohonkan ampun dan mendoakan mereka. Malam ini adalah malam (yang penuh) kesejahteraan dan penuh kebaikan mulai permulaannya sampai terbitnya fajar."

Hadirin Rahimakumullah!

Menurut hadis sahih, Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk menggapai malam tersebut pada malam-malam ganjil di 10 hari terakhir bulan Ramadan. Rasulullah SAW bersabda:

"Dari Aisyah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Carilah Lailatul Qadar pada malam yang ganjil dalam sepuluh malam yang akhir dari Ramadan". (HR. Al-Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Ahmad).

Lalu bagaimana cara menggapai malam terbaik tersebut? Ya tentu banyak caranya. Diantaranya adalah dengan memperbanyak iktikaf di 10 malam terakhir. Bangunkan anak dan istri kita untuk memperbanyak ibadah sebagaimana hadis Rasulullah SAW:

"Dari Ali bahwa Nabi SAW biasa membangunkan keluarganya pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadlan." (HR. At-Tirmidzi).

Sekalipun tidak bisa iktikaf sepanjang malam, kita bisa memperbanyak membaca Al-Qur'an atau berzikir di rumah kita. Jangan sampai karena alasan tidak iktikaf, kita habiskan malam kita dengan sesuatu yang kurang bermanfaat. Perbanyak pula membaca doa berikut ini, terutama di 10 malam terakhir sebagimana hadis berikut:

"Dari Aisyah ia berkata; wahai Rasulullah, apabila aku mengetahui malam apakah lailatul qadr, maka apakah yang aku ucapkan padanya? Beliau mengatakan: "Ucapkan; Allaahumma innaka 'afuwwun kariimun tuhibbul 'afwa fa'fu 'annii (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi ampunan dan Maha Pemurah, Engkau senang memberikan ampunan, maka ampunilah aku). (HR. At-Tirmidzi).

Hadirin Rahimakumullah!

Lalu bagaimana dengan orang-orang yang memang harus bekerja di malam hari dan tidak sempat ber'itikaf seperti para sekuriti, sopir bis malam, atau pegawai yang mendapatkan jadwal piket malam hari? Apakah mereka bisa mendapatkan lalilatul qadar? Ya tentu bisa, selagi pada malam itu mereka beribadah. Jika mereka tidak sempat qiyamullail, mereka bisa bekerja sambil memperbanyak zikir. Zikir apa? Banyak, bisa dengan salawat. Tahlil, tasbih, tahmid atau istighfar. Jangan sampai mengabaikan begitu saja hanya karena alasan pekerjaan. Dan terlebih lagi, jangan sampai bermaksiat di malam lailatul qadar. Ingatlah bahwa pada malam itu para malaikat berdesakan turun ke bumi untuk mendoakan hamba-hamba Allah.

Hadirin Rahimakumullah!

Demikian mauizah singkat yang dapat saya sampaikan. Semoga Allah memperkenankan kita untuk memperoleh lailatul qadar, malam yang nilaimya lebih baik dari beribadah selama 83 tahun atau seribu bulan.

Wal'afwu minkum. Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarakatuh.

Kultum 2: Zakat dan Kepekaan Sosial

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

Jamaah yang dimuliakan Allah

Di penghujung bulan Ramadan nanti, sebagai seorang muslim kita diperintahkan untuk menunaikan zakat yang disebut sebagai zakat fitrah. Kewajiban zakat ini bukan hanya perintah yang harus dilakukan sebagai ibadah saja, namun juga dilakukan untuk kepentingan sosial. Karena salah satu fungsi dari diperintahkannya zakat adalah untuk memberikan maslahat kepada manusia, khususnya bagi orang-orang yang membutuhkan. Dengan demikian, zakat dan kepekaan terhadap kehidupan sosial memiliki hubungan yang erat.

Di dalam Islam, ada 2 jenis zakat yang wajib ditunaikan, yaitu zakat fitrah dan zakat mal (zakat harta). Zakat fitrah adalah zakat yang ditunaikan untuk menyucikan jiwa. Sedangkan zakat harta ditunaikan untuk menyucikan harta. Meski secara definisi memiliki tujuan yang berbeda, kedua zakat ini memiliki orientasi yang sama dalam kehidupan sosial. Yakni agar kemaslahatan di muka ini merata. Sehingga pada perayaan hari raya idul fitri misalnya, bukan hanya orang kaya saja yang bisa merayakan hari raya dengan suka cita beserta hidangannya tetapi juga dirasakan oleh orang-orang yang kurang mampu karena adanya zakat fitrah.

Jamaah yang berbahagia

Di dalam Al-Qur'an dan Hadis, Allah dan Rasulullah memberi tahu bahwa penunaian zakat sangat berguna dalam pemerataan ekonomi dalam kehidupan sosial. Terdapat beberapa ayat dan hadis yang menceritakan hal tersebut.

Pertama, Surah al-Hasyr ayat 7, yang menceritakan bahwa zakat berguna agar kekayaan di muka bumi merata

Apa saja (harta yang diperoleh tanpa perorangan) yang dianugerahkan Allah kepada Rasul-Nya dari penduduk beberapa negeri adalah untuk Allah, Rasul, kerabat (Rasul), anak yatim, orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan. (Demikian) agar harta itu tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya saja diantara kamu. (QS. Al-Hasyr [59]:7)

Kedua, Surah at-Taubah ayat 60 juga menjelaskan bahwa distribusi zakat berguna untuk orang yang kurang mampu.

Ada delapan golongan yang berhak menerima zakat atau biasa disebut dengan mustahiq zakat.

Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. (QS. At-Taubah [9]:60)

Ketiga, Sebagian Harta Orang Kaya adalah Hak Orang Miskin

Dari Ibn Abbas ra. Bahwasanya Nabi SAW mengutus Mu'adz ra ke Yaman... lalu menuturkan isi haditsnya, dan di dalamnya disebutkan, sesungguhnya Allah mewajibkan kalian zakat di dalam harta kalian yang diambil dari orang kaya di antara mereka lalu memberikannya kepada orang miskin di antara mereka (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadirin yang dimuliakan Allah

Di dalam kitab al-Fiqh al-Muyassar tujuan-tujuan umum yang menjadi alasan Allah mensyariatkan kepada hamba-Nya zakat, Abdullah al-Thayyar, Abdullah bin Muhammad dan Muhammad bin Ibrahim juga menyebutkan:

(Tujuan ketiga pensyariatan zakat adalah) membantu orang-orang dhu'afa dan mencukupi kebutuhan orang yang memiliki hajat/kebutuhan.

Hadirin yang dirahmati Allah

Berdasarkan beberapa keterangan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa orientasi dari perintah zakat bukan hanya sebagai bentuk penghambaan saja, melainkan juga berfungsi untuk meratakan maslahat kepada seluruh hamba Allah. Sehingga zakat sejatinya memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap kehidupan sosial.

Hadirin, demikianlah korelasi antara zakat dan kepekaan sosial yang tidak bisa terlepas. Semoga dalam menunaikan kewajiban zakat, kita bukan hanya menggugurkan kewajiban sebagai hamba saja, namun juga mewujudkan orientasi zakat agar kemaslahatan dapat dirasakan oleh berbagai strata sosial. Semoga barokah dan manfaat, kurang lebihnya mohon maaf.

Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarakatuh.

Kultum 3: Keutamaan Mudik dalam Islam

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

Hadirin Rahimakumullah!

Masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam memiliki tradisi tahunan yang sangat indah. Tradisi yang dimaksud adalah mudik atau Pulang Kampung.

Tradisi ini tentunya dilakukan oleh orang yang bekerja atau kuliah di luar kota kelahiranmnya. Adapun masyarakat yang tidak pulang kampung, mereka mempersiapkan diri untuk menyambut Hari Raya dengan membuat kue lebaran, baju baru atau ketupat. Terhitung Hari Raya dan beberapa hari setelahnya, mereka saling bersilaturahmi mengunjungi kerabat atau handai taulan.

Mudik merupakan salah satu bentuk silaturahmi. Secara mudah, silaturahmi artinya menyambung tali cinta atau kasih kepada sesama muslim, terutama kepada keluarga inti, kerabat atau handai taulan.

Dalam Islam, silaturahmi memiliki keistimewaan dan keutamaan yang besar. Selain memperoleh pahala yang tidak sedikit, fadhilah silaturahmi diantaranya adalah memperbanyak rezeki dan memperpanjang usia. Hal ini sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW:

Dari Anas bin Malik RA berkata; Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang ingin diluaskan rezekinya atau dipanjangkan usianya, hendaklah dia menyambung silaturrahim." (Muttafaq Alaih).

Al-Imam An-Nawawi dalam kitabnya, Al-Minhaj, mengomentari hadis ini bahwa salah satu makna diluaskan rezeki adalah diperbanyak dari segi kuantitas dan juga keberkahan. Artinya, orang yang bersilaturahmi diberikan rezeki yang banyak dan berkah.

Adapun makna lain dari dipanjangkan umurnya adalah bertambahnya berkah usia untuk melakukan ketaatan dan diberikan kekuatan untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat baginya untuk bekal kehidupan akhirat. Dengan kata lain, orang yang bersilaturahmi dimudahkan oleh Allah untuk melakukan ibadah dan dimudahkan dalam mempersiapkan kehidupan akhirat.

Rindu kampung halaman atau tanah kelahiran merupakan hal yang manusiawi dan terpuji. Rasulullah SAW sebagai manusia terbaik juga pernah merindukan Mekah, kota dimana beliau dilahirkan, sebagaimana hal ini terekam dalam satu hadis. Rasulullah SAW bersabda:

"Demi Allah, sesungguhnya kamu (kota Makkah) adalah sebaik-baik tanah Allah, dan tanah yang paling dicintai oleh Allah, seandainya aku tidak diusir dari tempatmu, niscaya saya tidak akan keluar (darimu)." (HR. At-Tirmidzi, Ibn Majah, Ad- Darimi dan Ahmad).

Mudik tentu dilakukan karena rindu dengan kampung halaman dan orang tua. Lihatlah bagaimana indahnya ketika mata kita menyaksikan seorang anak yang memeluk erat ayah atau ibunya setelah sekian lama tidak bersua. Air mata haru tak kuasa berlinang dari kedua mata mereka. Lihatlah ekspresi bahagia tak terkira dari wajah sang kakek dan nenek ketika memeluk cucu-cucu mereka yang baru saja tiba setelah sekian lama tak berjumpa, masya Allah! Rasa lelah karena perjalanan mudik seketika hilang karena kerinduan terbalaskan dengan penuh kebahagiaan.

Bagi pemudik yang orang tuanya sudah berpulang ke Rahmatullah, tentu berziarah ke makam orang tua tercinta. Dari atas makam, sang anak berdo'a dengan linangan air mata agar Allah SWT memberikan ampunan, meluaskan dan menerangkan kubur ayah bunda. Di saat itulah sang anak terkenang betapa gigihnya perjuangan orang tua dalam membesarkannya. Terbayanglah betapa besarnya cinta orang tua kepada sang anak. Rabbighfir Lii Wa Liwalidayya Warhamhuma kama Rabbayanii Shghiiraa.
Hadirin Rahimakumullah!

Perlu kita ingat bahwa mudik atau pulang kampung merupakan salah satu ladang ibadah. Hindarilah perkara-perkara yang tidak perlu dan mengakibatkan dosa. Apa itu? Tabdzir dan riya'.

Tabdzir atau pemborosan merupakan perilaku tercela. Membawa uang banyak tentu boleh, namun pergunakanlah sebaik mungkin di kampung halaman agar ketika kembali bekerja pasca mudik, keuangan kita masih aman terkendali. Tidaklah sedikit para pemudik yang akirnya banyak hutang setelah kembali dikarenakan kurang bijak dalam menggunakan harta di kampung halaman.

Adapun riya dalam konteks mudik adalah prilaku pamer harta di kampung halaman. Tidak ada larangan membawa kendaraan mewah, HP kelas sultan dan juga perhiasan indah selama diniatkan sebagai rasa syukur kepada Allah. Jika diniatkan untuk pamer atau riya, tentu sangat disayangkan. Mudik yang seharusmya memperoleh pahala dan keberkahan tak terhingga, dinodai dengan prilaku tak terpuji dan sangat dilarang dalam islam.

Ada satu hal lagi yang harus dihindari ketika mudik. Apa itu? Hindari sifat gengsi. Jangan sampai ingin dikatakan orang kaya, pemudik akhirnya berlebih-lebihan dalam hal penampilan namun dilakukan dengan cara berbohong. Di kampung halaman ia mengaku sebagai orang kaya dengan cara menyewa mobil mewah dan mengaku memiliki jabatan bergengsi di suatu perusahaan. Padahal sejatinya ia adalah seorang pekerja rendahan saja, naudzubillah!

Hadirin Rahimakumullah!

Demikian mau'izah singkat yang dapat saya sampaikan. Kita berdoa semoga saudara-saudara kita yang tahun ini pulang ke kampung halaman diberikan kesehatan oleh Allah, dimudahkan dalam perjalanan dan semua urusan dan dapat kembali pulang dengan selamat dan tetap istiqamah tepat waktu menjalankan kewajiban sebagaimana biasa. Aamiin.

Tak lupa saya menyampaiakan permohonan maaf yang setulus-tulusnya jika dalam penyampaian mauizah ini ada beberapa kesalahan dan perkataan yang kurang berkenan di hati. Hadanallah wa iyyakum ajma'in. Wasalamu Alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh.




(mff/astj)


Hide Ads