Tarekat Syattariyah di Sumbar Baru akan Tentukan Puasa Pada 12 Maret Mendatang

Sumatera Barat

Tarekat Syattariyah di Sumbar Baru akan Tentukan Puasa Pada 12 Maret Mendatang

M Afdal Afrianto - detikSumut
Sabtu, 09 Mar 2024 16:29 WIB
Makam Syekh Burhanuddin yang berada di Ulakan, Padang Pariaman. Syekh Burhanuddin merupakan ulama sekaligus pendiri Tarekat Syattariyah di Sumbar. (M Afdal Afrianto/detikSumut).
Foto: Makam Syekh Burhanuddin yang berada di Ulakan, Padang Pariaman. Syekh Burhanuddin merupakan ulama sekaligus pendiri Tarekat Syattariyah di Sumbar. (M Afdal Afrianto/detikSumut).
Padang -

Jemaah Tarekat Syattariyah yang berbasis di Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar) baru akan menentukan hari puasa perdana Ramadan 2024/1445 Hijriah pada 12 Maret mendatang. Keputusan awal puasa baru ditentukan Jemaah Tarekat Syattariyah usai tokoh ulama dan masyarakat Syattariyah melihat hilal atau bulan saat matahari tenggelam pada saat itu.

"Kita sebelumnya puasa akan maniliak (melihat) bulan terlebih dahulu. Maniliak itu akan dilakukan Selasa (12/3) mendatang. Baru setelah selesai maniliak, kami tahu kapan Tarekat Syattariyah akan puasa," kata Pimpinan Tarekat Syattariyah Ulakan, Tuanku Ali Amran pada detikSumut, Sabtu (9/3/2024).

Tuanku Ali Amran menjelaskan, saat menentukan awal Ramadan tersebut, para ulama dan tuanku yang berasal dari Tarekat Syattariyah akan berkumpul di sepanjang pantai Ulakan dan Tiram. Di sana mereka akan melihat hilal dengan mata telanjang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Alim ulama akan berkumpul dulu di pantai Ulakan dan Tiram serta titik-titik yang kiranya bisa melihat bulan. Di sana kami akan melihat bulan dengan mata telanjang. Baru kalau nampak (bulan), malamnya kami langsung salat tarawih dan besoknya puasa," ungkapnya.

"Yah kalau tidak kelihatan bulan, puasa kami akan dilakukan hari sesudah besoknya. Misalnya hari Selasa bulan tidak nampak, pada Kamis kami langsung puasa. Namun karena titik melihat bulan banyak, kami akan menunggu terlebih dahulu penjelasan daerah lain yang sama dengan kami. Baru kapan puasa bisa kami putuskan,"sambungnya.

ADVERTISEMENT

Sementara terkait metode penentuan awal puasa Tarekat Syattariyah, kata Tuanku Ali Amran mengunakan metode hitung hisab Taqwim Khamsiah. Metode penghitungan itu sudah dilakukan dari turun temurun.

Sedangkan berapa lama puasa Tarekat Syattariyah, Tuanku Ali Amran mengaku ada sebanyak 29 sampai 30 kali.

"Puasa kami ada yang 29 hari dan ada juga 30 hari, itu tergantung lagi. Sementara untuk lama puasa kali ini belum bisa kami tentukan, karena kami akan melihat bulan lagi nantinya, untuk menentukan kapan lebaran kami," jelasnya.

Walau di Sumbar pelaksanaan hari puasa ada yang berbeda, Tuanku Ali Amran mengaku itu tidak mempersoalkan. Katanya dalam penentuan puasa setiap tarekat memiliki ilmu dan kepercayaan masing-masing.

"(Penentuan puasa) tentu ada ilmunya. Kalau ilmu kami Tarekat Syattariyah ada namanya hisab Taqwim Khamsiah. Sementara yang lain Berbeda juga. Jadi ini tidak ada salahnya tergantung kita lagi," tutupnya.

Diketahui Tarekat Syattariyah pertama kali dibawa dan dikembangkan oleh Syekh Burhanuddin pada abad ke-17 di Sumbar. Sementara sebaran tarekat ini berbasis di Padang Pariaman dan beberapa daerah lainnya di Sumbar.

Sementara, Kementerian Agama menetapkan akan menggelar sidang isbat pada Minggu tanggal 10 Maret 2024. Sidang ini akan diadakan di Auditorium H M Rasjidi Kementerian Agama, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.

Tidak hanya awal puasa jemaah Tarekat Syattariyah dengan pemerintah yang berbeda. Pelaksanaan salat Idulfitri juga dipastikan berbeda.

Tarekat Syattariyah merupakan satu dari dua tarekat besar yang tumbuh di Ranah Minang. Selain Tarekat Syattariyah yang melaksanakan hari besar seperti ramadan lebih akhir, ada tarekat Naqsabandiyah yang melaksanakan puasa dan lebaran lebih awal.

Diketahui hari ini adalah hari puasa perdana bagi Naqsabandiyah di Kota Padang dan sekitarnya, sementara Tarekat Syattariyah belum melaksanakannya.




(mjy/mjy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads