Nasib memilukan dialami oleh pria bernama Ian Pritchard di Michigan, Amerika Serikat (AS). Pria berusia 29 tahun itu meninggal dunia setelah terinfeksi jamur langka, yang menyebabkan kerusakan pada paru-paru.
Ian Pritchard diketahui mengidap blastomikosis. Itu merupakan penyakit yang ditularkan melalui jamur yang menyerang dan melumpuhkan sistem pernapasannya.
"Mereka menunjukkan kepada kami gambar paru-parunya. Jika dilihat secara langsung, paru-parunya terlihat seperti keju Swiss," kata ayah Ian, Ron Pritchard, dikutip detikHealth dari NY Post, Jumat (9/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum meninggal, Ian sempat dirawat di rumah sakit Detroit. Ian harus memakai alat bantu untuk bisa tetap bernapas dan hidup.
Akan tetapi, pada Sabtu (3/2), semua alat bantu yang digunakan Ian untuk bertahan hidup dicabut dan meninggal dunia. Infeksi jamur yang dialami Ian sangat berbahaya dan membuat paru-parunya tak bisa diselamatkan lagi.
"Infeksi jamur Blastomycosis merusak paru-paru Ian hingga tidak bisa diperbaiki lagi," tulis halaman tersebut.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah, infeksi akan menyebar dari paru-paru ke sistem saraf pusat serta kulit dan persendian. Penelitian dari tahun 2005 menemukan bahwa antara 4 persen dan 22 persen orang yang terinfeksi meninggal karena blastomikosis.
Orang-orang bisa tertular penyakit ini lantaran menghirup spora jamur blastomyces. Umumnya, jamur itu hidup di tanah lembab dan kayu serta dedaunan yang membusuk yang ditemukan di wilayah Midwest dan Selatan.
"Ada di udara, di pepohonan, di dedaunan basah, di tanah, di lumpur, di mana-mana. Di mana pun di Michigan utara, bahkan di Midwest, tercakup dalam (blastomyces)," Ron Pritchard memperingatkan.
Infeksi biasanya berkembang dalam dua hingga 15 minggu. Sekitar separuh pasien bakal menderita gejala seperti demam, batuk, sesak napas, dan nyeri otot.
Walaupun belum ada obatnya, penyakit ini bisa diobati dengan obat antijamur seperti Itraconazole. Ron Pritchard mengatakan biaya pengobatan putranya sekitar $7.000 per bulan atau sekitar 109 juta rupiah.
(dhm/dhm)