Anak Ini Dijebak Ayahnya untuk Menikah di Usia 13 Tahun, Berhasil Diselamatkan

Internasional

Anak Ini Dijebak Ayahnya untuk Menikah di Usia 13 Tahun, Berhasil Diselamatkan

Tim Wolipop - detikSumut
Sabtu, 03 Feb 2024 06:30 WIB
ZAATARI REFUGEE CAMP, JORDAN - AUGUST 2014: Baraah, 17, a Syrian refugee from Ghouta, in the Damascus suburbs, poses for a portrait six months pregnant in the room where she and her husband live in Zarqa, Jordan, August 23, 2014.  Baraah was married when she was fifteen, and is due to have her first child in November. While marriage under the age of eighteen was a common Syrian tradition before the start of the civil war, more and more Syrian girls are marrying at a younger age because of the insecurity of the war,  because many families feel the girls in their family may be sexually harassed if they are not under the care of a husband, and because of prospect of alleviating the financial burden of one more mouth to feed.  (Photo by Lynsey Addario/Getty Images Reportage)
Ilustrasi Foto: Getty Images/Lynsey Addario
Jakarta -

Seorang anak yang masih berusia 13 dijebak untuk dipaksa menikah oleh ayahnya. Aksi ini kemudian digagalkan dan anak ini selamat dari paksaan menikah di usianya yang masih belia.

Melansir Wolipop, hal ini terjadi terhadap seorang siswi di Inggris. Dia dipaksa menikahi sepupunya, yang sudah direncanakan secara diam-diam oleh ayahnya.

Kisah ini pun terungkap usai sang ibu mengirimkan pesan teks kepada tetangganya di Inggris yang berisi permohonan bantuan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Anak saya hampir dinikahkan dengan seorang pria dewasa atas perintah ayahnya," ungkap sang ibu berusia 40 tahun kepada Daily Mail kemarin.

Diceritakan, jika anak itu bersama ibunya pergi ke Pakistan pada Agustus lalu untuk liburan keluarga. Namun begitu sampai di sana, suaminya telah menipu mereka berdua.

ADVERTISEMENT

"Saat kami sampai, saya mengetahui suami saya telah menipu kami. Dia meninggalkan kami dengan kerabatnya dan kembali ke Inggris. Keluarganya mengambil alih hidup kami, dan saudara perempuannya mengatakan bahwa anak perempuan saya akan dinikahkan dengan sepupu laki-laki berusia 19 tahun, padahal dia masih seorang anak. Saya putus asa untuk menyelamatkannya," kata sang ibu.

Pertolongan kemudian datang ketika sang ibu mengirimkan pesan teks ke tetangganya pada akhir Oktober. Tetangganya itu merupakan anggota dari organisasi amal anti-misuse perempuan, Jeena International, yang segera memberi peringatan kepada polisi Inggris, pekerja sosial, dan Forced Marriage Unit Pemerintah.

Duta Besar Inggris di Pakistan dihubungi, dan beberapa minggu kemudian, keluarga ayah berusia 52 tahun tersebut berhasil dibujuk untuk mengembalikan paspor. Pada bulan Desember, pengadilan di London memutuskan bahwa ibu dan anaknya harus kembali ke Inggris.

Surat perintah pengadilan menyebutkan bahwa anak perempuan tersebut dalam bahaya akan pernikahan paksa, dan Interpol diberi tahu untuk mengawasi bandara-bandara guna mencegah penculikan oleh kerabat ayah di Pakistan.

Anak yang akan dinikahkan itu adalah anak yang cerdas, pandai di sekolah, dan memiliki banyak teman di Inggris, seharusnya hanya menikmati liburan di Pakistan. Namun, ia hampir dinikahkan dengan seorang dewasa di negeri yang hampir tidak dikenalnya.

"Di Pakistan, dia tidak bersekolah selama lima bulan. Dia terkurung, dan saya kira dia mendengar rencana yang sedang dipersiapkan untuknya. Dia mengatakan bahwa dia tidak pernah ingin melihat ayahnya lagi," tutur sang ibu.

Sang ibu dan putrinya pun kembali ke rumah mereka di Inggris yang sudah kosong karena ayahnya menjual semua perabot mereka selama Natal. Sang ayah menyatakan kepada otoritas Inggris bahwa ia berencana meninggalkan Inggris dan tinggal di Pakistan, meninggalkan sang ibu tanpa uang.

Mengetahui kesulitan wanita tersebut, sejumlah donasi dikirim untuknya. Para donatur mengumpulkan uang untuk membeli dua kasur dan beberapa makanan kaleng untuk ibu dan putrinya.




(afb/afb)


Hide Ads