Tim Pemenangan Daerah (TPD) Ganjar Pranowo-Mahfud MD Sumatera Utara (Sumut) mengkritik etika 'cawapres muda' saat debat keempat Pilpres 2024. Sosok cawapres itu dinilai mereka tidak memiliki etika.
"Saya mau katakan, memang ini bicara etika, ini contoh yang tidak baik bagi orang muda. Ini di seluruh Indonesia melihat dia, terlepas dari materi, tapi etika itu harus dijaga, dia masih muda. Pak Mahfud itu sudah umur 60 sekian, dari sisi pendidikan itu jauh jenjangnya, tapi dia enggak punya etika sama sekali," kata Wakil Ketua TPD Ganjar-Mahfud Sumut Ramses Simbolon usai nonton debat di rumah pemenangan, Minggu (21/1/2024) malam.
Ramses enggan menyebutkan langsung cawapres yang dimaksudnya. Namun, dia mengatakan cawapres yang disebutnya itu sendiri tidak memahami konteks pertanyaan yang dilontarkannya ke Mahfud MD.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kenapa dia nggak punya etika, karena dia sendiri nggak mengerti apa yang ditanyakannya. Dia bicara inflasi, pemahaman konsep inflasi itu sendiri nggak dipahaminya dengan jelas. inflasi hijau, hakikat dari inflasi hijau itu sendiri dia tidak mengerti. Akhirnya perilakunya seperti itu, bingung sendiri, meremehkan dan melecehkan," ujarnya.
"Kita tegaskan lagi, dimulainya saja dia sudah melalui pelanggaran etika. Dia semakin menunjukkan bahwa dia manusia yang tidak beretika. Bahaya buat orang muda," sambung Ramses.
Lalu, Ramses memberikan penilaian terkait debat cawapres itu. Dia menilai Mahfud MD lebih menguasai materi tersebut dibandingkan cawapres lainnya.
Untuk diketahui, debat keempat ini mengangkat tema, yakni pembangunan berkelanjutan, sumber daya alam, lingkungan hidup, energi, pangan, agraria, masyarakat adat dan desa. Salah satu poin yang dikuasai Mahfud menurut Ramses adalah terkait hukum agraria.
"Jadi, dari debat ini kita melihat bahwa kematangan dan pengalaman Pak Mahfud dalam penyelesaian sengketa-sengketa tanah itu selalu menekankan pada bagaimana penerapan hukum agraria. Jadi, dia berbicara tentang sertifikasi, distribusi dan lain sebagainya," kata Ramses.
"Sungguh-sungguh dia memahami betul bagaimana hukum agraria itu harus dijalankan. Konsepnya sendiri dia pahami, cara menjalankannya dia pahami. Ganjar Mahfud memberikan solusi yang pasti. Jadi, bukan solusi yang angan-angan," sambungnya.
Sementara cawapres lain, kata Ramses, dia menilai keduanya tidak begitu menguasai tema tersebut. Menurutnya, yang disampaikan Muhammad Iskandar dan Gibran Rakabuming hanya sebatas harapan.
"Kalau lihat yang lain (cawapres), menjawabnya dengan keinginan-keinginan saja, dan harapan. Bagaimana itu sebagai sebuah kegiatan yang operasional, enggak ngerti. Bagiamana dangkalnya hukum agraria, ada salah satu cawapres hukum agraria diidentikkan dengan sertifikasi, kan sangat dangkal," pungkasnya.
(astj/astj)