17 Juta Remaja Indonesia Memiliki Masalah Mental, Ternyata Ini Penyebabnya

17 Juta Remaja Indonesia Memiliki Masalah Mental, Ternyata Ini Penyebabnya

Tim detikEdu - detikSumut
Senin, 22 Jan 2024 08:30 WIB
Girl (6-8) crying, side view
Ilustrasi gangguan mental (Foto: Getty Images)
Medan -

Sebanyak 17 juta remaja di Indonesia rentan usia 10-17 tahun memiliki masalah kesehatan mental. Hal itu diketahui berdasarkan survei Kesehatan Jiwa Remaja Nasional (I-NAMHS).

Survei merupakan penelitian kerja sama antara Universitas Gadjah Mada (UGM), University of Queensland (UQ) di Australia (lead organisasi NAMHS), Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health (JHSPH) di Amerika Serikat, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes), Universitas Sumatera Utara (USU) dan Universitas Hasanuddin (Unhas). Adapun periode survei dilakukan pada 2022 lalu.

6 Gangguan Jiwa Remaja Indonesia

Dalam surveinya, I-NAMHS mengukur prevalensi enam gangguan jiwa pada remaja, yakni:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

  • Fobia sosial
  • Gangguan kecemasan umum
  • Gangguan depresi mayor
  • Gangguan perilaku
  • Gangguan stres pasca trauma (PTSD)
  • Gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas (ADHD).

I-NAMHS juga mengukur risiko dan faktor pelindung yang terkait dengan gangguan mental remaja seperti perundungan, sekolah dan pendidikan, hubungan teman sebaya dan keluarga, perilaku seksual, penggunaan narkoba, serta pengalaman masa kecil yang merugikan.

17,95 Juta Remaja Indonesia Menderita Gangguan Mental

Survei melakukan pengumpulan data pada 2021 dengan enumerator yang dilatih untuk melakukan wawancara terhadap remaja dan pengasuhnya.

ADVERTISEMENT

Total ada 5.664 pasang remaja dan pengasuhnya yang mengikuti I-NAMHS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa satu dari tiga remaja Indonesia mengalami masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir.

Sementara satu dari dua puluh remaja Indonesia mengalami gangguan mental dalam 12 bulan terakhir. Angka-angka ini setara dengan 15,5 juta dan 2,45 juta remaja.

Adapun remaja didiagnosis menderita gangguan mental sesuai dengan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fifth Edition (DSM-5), yang merupakan pedoman penegakan diagnosis gangguan mental di Indonesia dan internasional.

Jenis Gangguan Paling Banyak Diderita Remaja Indonesia

Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Prof. dr. Siswanto Agus Wilopo, SU, M.Sc., Sc.D., menyebut remaja yang memiliki masalah kesehatan mental kesulitan melakukan beberapa hal.

"Remaja dengan gangguan mental mengalami gangguan atau kesulitan dalam melakukan kesehariannya yang disebabkan oleh gejala gangguan mental yang ia miliki," katanya dikutip dari laman resmi UGM.

Menurutnya, selama ini data yang dimiliki sebelum I-NAMHS tidak mewakili Indonesia atau tidak berdasarkan diagnosis, sehingga perencanaan program dan advokasi kesehatan mental remaja tidak tepat sasaran.

"I-NAMHS dapat membantu Pemerintah dan pihak lain yang terkait dengan kesehatan mental remaja dalam merancang program dan advokasi yang lebih baik bagi generasi muda kita," jelasnya.

Dia menambahkan langkah ini menjadi sangat penting karena populasi remaja di Indonesia mempunyai peranan sentral dalam pembangunan Indonesia pada masa depan.

Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2020, hampir 20% total penduduk Indonesia berusia 10-19 tahun.

Terlebih ke depan, remaja Indonesia akan menghadapi berbagai tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, seperti pemanasan global, globalisasi, dan tekanan terkait media sosial.

Serangkaian tantangan tersebut akan mempengaruhi kesehatan mental remaja, sekaligus mempengaruhi kualitas hidup mereka.

Penelitian menunjukkan bahwa gangguan mental yang paling banyak diderita remaja Indonesia adalah sebagai berikut.

  1. Gangguan kecemasan (gabungan antara fobia sosial dan gangguan kecemasan umum) sebesar 3,7%
  2. Gangguan depresi mayor (1,0%)
  3. Gangguan perilaku (0,9%)
  4. PTSD dan ADHD (keduanya 0,5%)

Dalam hal ini, I-NAMHS mengungkapkan bahwa meskipun Pemerintah telah meningkatkan akses terhadap berbagai fasilitas kesehatan, hanya sedikit remaja yang mencari bantuan profesional untuk masalah kesehatan mentalnya.

Hanya 2,6% remaja dengan masalah kesehatan mental yang mengakses layanan dalam 12 bulan terakhir.




(astj/astj)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads