Situasi mengerikan menimpa Timnas Gambia. Mereka tersiksa dan nyaris tewas diduga gegara AC pesawat yang disewa rusak.
Dilansir detikTravel dari BBC, skuad Gambia terbang dengan menyewa pesawat Air Cote d'Ivoire dari Banjul, ibu kota Gambia menuju Pantai Gading dalam rangka Piala Afrika 2023. Perjalanan tersebut dilakukan pada hari Rabu (10/1).
Pelatih Timnas Gambia, Tom Saintfiet mengatakan keanehan sudah terasa sejak mereka masuk pesawat. Hawa panas yang luar biasa dirasakan para pemain timnas dan seluruh pendukung tim.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awak kabin setempat mengatakan ada masalah dengan AC sebelum lepas landas, namun semua akan baik-baik saja saat kami lepas landas," ujarnya.
Beberapa menit kemudian, hawa kabin semakin terasa panas. Bahkan, para pemain tak sanggup bertahan, karena oksigen menipis.
"Kami semua pingsan karena kekurangan oksigen, beberapa pemain tidak dapat dibangunkan," kata dia.
Hanya 10 menit terbang, pilot memutuskan untuk putar balik. Pilot melakukan pendaratan darurat di bandara Banjul. Kemudian, kejadian ini diselidiki, tapi investigasi awal mengungkap hilangnya tekanan kabin dan suplai oksigen.
"Panas tak manusiawi ditambah kurangnya oksigen bikin banyak orang mengalami sakit kepala dan keliyengan parah. Bahkan, orang-orang mulai terlelap beberapa menit setelah masuk pesawat/lepas landas," tulis Saidy Janko, eks pemain muda Manchester United.
"Saat di udara, situasinya memburuk, membuat pilot tak punya opsi lain kecuali memulai pendaratan darurat di bandara Banjul, sembilan menit usai lepas landas, yang mana dilakukan dengan sukses," dia menambahkan.
"Kalau bukan karena ini, konsekuensinya bisa jauh lebih buruk, mengetahui apa yang bisa terjadi, kalau kami dalam situasi itu lebih lama, di sebuah pesawat yang kehabisan oksigen," kata dia lagi.
Saintfiet memprediksi situasi bisa jauh lebih buruk kalau pendaratan darurat tidak dilakukan. Alih-alih ikut serta dalam pesta sepakbola di Piala Afrika, bisa saja mereka malah menjadi kabar duka.
"Kami bisa saja mati. Kami semua cepat sekali terlelap, saya juga. Saya bermimpi singkat soal kehidupan saya. Serius, sungguh," ujarnya kepada Nieuwsblad.
"Setelah sembilan menit pilot memutuskan kembali karena tak ada suplai oksigen. Beberapa pemain tak bangun sampai beberapa saat usai mendarat. Kami hampir keracunan karbonmonoksida. Terbang setengah jam lebih lama, kami semua mungkin akan mati," dia menambahkan.
(dhm/dhm)