Pemerintah Kota (Pemkot) Sabang meminta United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) segera merelokasi pengungsi Rohingya. Permintaan itu disampaikan agar tidak terjadi hal di luar kendali karena ada penolakan dari masyarakat terkait keberadaan pegungsi Rohingya.
Kabag Protokol dan Komunikasi Pimpinan (Prokopim) Setda Kota Sabang, Ady Akmal Shiddiq, mengatakan keputusan itu diambil berdasarkan hasil rapat bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda). Rapat sendiri berjalan alot karena berlangsung berjam-jam.
"Setelah melewati waktu selama kurang lebih 5 jam melakukan rapat yang sangat alot, Forkopimda Sabang berkesimpulan meminta kepada UNHCR untuk segera memindahkan pengungsi Rohingya ke luar kota Sabang," katanya melalui keterangan tertulis, Rabu (6/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dijelaskan Ady, rapat koordinasi itu digelar pada Selasa (5/12) pagi hingga sore hari. Menurutnya, Rohingya telah dipindahkan dari Desa Balohan ke Dermaga CT-1 BPKS namun masih tetap ditolak warga.
"Menyikapi sikap masyarakat yang menolak kehadiran pengungsi Rohingya, kami tidak ingin terjadi hal-hal di luar kendali. Jadi sebaiknya pihak UNHCR segera memindahkan mereka ketempat yang telah ditentukan sebelumnya," jelasnya.
Diketahui, sebanyak 139 imigran Rohingya mendarat di Sabang pada Sabtu (2/12) dinihari. Ini gelombang Rohingya pertama yang mendarat di Aceh dalam bulan Desember.
Mereka sempat ditampung sementara di lahan milik BPKS di Desa Balohan Kecamatan Sukakarya pada Minggu (3/12). Sehari berselang, warga membongkar tenda penampungan dan membawa paksa pengungsi ke seberang kantor wali kota.
Dilihat detikSumut dari video beredar, Senin (4/11/2023), warga membongkar secara paksa tenda oranye tempat Rohingya ditampung. Sejumlah perempuan dan anak-anak tampak masih berada di dalam saat tenda itu dibongkar.
Warga lalu mengangkut mereka ke seberang kantor wali kota dengan menggunakan sejumlah kendaraan bak terbuka. Aksi itu dilakukan karena warga disebut menolak kehadiran imigran di desa mereka.
Pj Kepala Desa Balohan, Rusli, mengatakan, perangkat desa sudah menggelar rapat tadi malam setelah mendapat laporan penolakan dari warga. Masyarakat disebut meminta pengungsi tersebut dipindahkan dari desa mereka.
"Mereka dipulangkan kepada Pemerintah Kota Sabang, karena yang memindahkan mereka ke sana kemarin Pemerintah Kota Sabang," kata Rusli kepada wartawan.
Pemerintah Kota (Pemkot) akhirnya memutuskan pengungsi tersebut ditampung sementara di dermaga CT-1 BPKS.
"ini sifatnya hanya sementara," kata Kabag Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Kota Sabang, Ady Akmal Shiddiq dalam keterangannya kepada wartawan, Senin (4/12).
Lokasi penampungan itu dipilih setelah Pemkot Sabang menggelar rapat koordinasi dengan Forkopimda dan para pemangku kepentingan. Menurut Ady, Pemkot tidak mengeluarkan biaya untuk menangani pengungsi yang kabur dari Bangladesh tersebut.
"Pemkot tidak mengeluarkan sepeserpun untuk mereka, baik yang kemarin masuk maupun yang pertama di Ujong Kareung. Pemko hanya memberikan bantuan kemanusiaan pada saat mereka tiba pertama kali, karena melihat kondisi mereka yang membutuhkan makanan, minuman maupun pakaian, dan itupun dengan dibantu masyarakat sekitar juga," jelasnya.
(agse/astj)