Syekh Hasan Maksum lahir pada tahun 1882 di Labuhan Deli, Medan, Sumatera Utara. Syekh Hasan merupakan seorang ahli fiqih dan juga guru para ulama di Sumatera Timur yang saat ini menjadi Sumatera Utara.
Syaikh Hasan Ma'shum wafat pada usia kurang lebih 55 tahun, yakni pada 7 Januari 1937. Hingga akhir hayatnya, Syaikh Hasan Ma'shum merupakan seorang Mufti Kesultanan Deli. Makam Syaikh Hasan Ma'shum bisa dilihat di area pemakaman Masjid Raya Al Mashun atau biasa disebut Masjid Raya Medan.
Beliau juga menjadi salah satu tokoh penting dalam terbentuknya organisasi Islam Al Jam‟iyatul Washliyah dan Al-Ittihadiyah di Medan kala itu. Sebelum menjadi seorang ulama yang paling berpengaruh di Sumatera Timur, Hasan Maksum terlebih dahulu menuntut ilmu ke Makkah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Syekh Hasan Belajar ke Makkah di Usia 10 Tahun
Dikutip dari tulisan berjudul Kontribusi Syekh Hasan Maksum dalam Bidang Pendidikan di Sumatera Utara karya Muhammad Rozali, kala itu Hasan Maksum mengenyam pendidikan ke Makkah di usia 10 tahun.
Hasan Maksum berangkat melalui Pelabuhan Belawan bersama dengan rombongan Jamaah Haji yang akan berangkat ke Tanah Suci. Perjalanan yang sulit itu memakan waktu selama tiga bulan dalam mengarungi gelombang di samudra
yang luas.
Saat di Makkah Hasan Maksum selama bertahun-tahun beliau belajar dengan tekun dengan disiplin keilmuan yang dipelajarinya, mulai dari Tafsir, Fikih, Bahasa Arab, Tasawuf, Nahwu, Sarf, dan sebagainya.
Saat ia berada di Makkah, keluarganya beberapa kali memintanya untuk kembali ke Tanah Air, sampai pada saat itu ibunya meninggal dunia tanpa kehadirannya. Kemudian, pada tahun 1903 Hasan Maksum terpaksa meninggalkan Tanah Suci untuk kembali ke Indonesia.
Syekh Hasan Pulang ke Indonesia untuk Menikah
Tidak lama kemudian Hasan Maksum kembali lagi ke Makkah untuk memperdalam ilmu agama yang dirasannya belum cukup. Beberapa tahun di Makkah, beliau kembali lagi ke Tanah Air lalu dinikahkan oleh orang tuanya dan setelah menikah Hasan Maksum kembali lagi ke Makkah dan mempunyai anak.
Setelah kali ketiganya Hasan Maksum menuntut ilmu di Makkah ia kembali ke Tanah Air, kala itu kebetulan Kesultanan Deli sangat membutuhkan seorang yang alim dan cerdik.
Mulai Mengajar
Beliau juga mengajar pada beberapa tempat seperti di madrasah, Masjid Raya Al-Mashun Medan, Masjid Gang Bengkok Kewasan Medan, Masjid Kampung Percut, Masjid Kampung Bandar Setia, dan Masjid Bagan Deli.
Hal itulah awal yang membuat Kesultanan Deli mempercayakan Hasan Maksum sebagai seorang Mufti Kesultanan Deli. Beliau juga menjadi guru para ulama besar di kawasan Sumatera Timur.
Masih pada tulisan berjudul Kontribusi Syaikh Hasan Maksum dalam Bidang Pendidikan di Sumatera Utara karya Muhammad Rozali. Hasan Maksum memiliki ribuan murid dan berhasil menjadi ulama ternama.
Beberapa nama besar yang menjadi murid dari Hasan Maksum Mahmud Ismail Lubis, Adnan Lubis, Azra‟i Abdurrauf, Yusuf Ahmad Lubis, dan muridnya yang paling terkenal adalah Muhammad Arsyad Thalib Lubis salah seorang pendiri dan membesarkan Al Jam‟iyatul Washliyah.
Selain menjadi guru untuk para ulama, Hasan Maksum juga mempunyai peran penting di dalam Kesultanan Deli. Hingga Sultan Deli saat itu, Sri Sultan Ma'moen al-Rasyid Perkasa Alamsyah melantiknya sebagai Mufti dan Qadhi Kesultanan Deli.
Namun, karena Hasan Maksum hanya berfokus pada pendidikan Islam sebagai seorang pengajar ia sempat menolak tawaran itu. Tapi akhirnya ia menerima amanah itu dan mendapatkan gelar sebagai Imam Paduka Tuan.
Pada pembangunan Masjid Raya Al Mashun, Hasan Maksum juga mempunyai andil, ia menjadi penunjukan arah kiblat yang sempurna untuk Masjid Raya Al Mashun. Hal itu semakin membuat Sultan Deli sangat menghormati keilmuan beliau.
Wafat di Usia 53
Namun pada usianya yang ke 53 tahun, beliau meninggal dunia hal iyi sekaligus menghentikan perjuanganga dalam mencerdaskan ulama dan mengajarkan ilmu agama di Medan terutama Sumatera Timur.
Untuk penghormatan kepada Hasan Maksum, beliau dimakamkan dan dibuatkan tempat khusus di area Masjid Raya Al Mashun. Fahmi, salah seorang pengurus Masjid Raya Al Mashun, mengatakan makam tersebut kerap dikunjungi orang untuk berziarah.
"Ini makamnya, (Syekh Hasan Maksum). Beliau ini merupakan imam pertama di Masjid Raya ini, kemudian dia juga menjadi imam pertama di Sholat Jum'at pertama yang diadakan di Masjid Raya," kata Fahmi kepada detikSumut, Senin (20/11/2023).
Fahmi juga mengatakan saat pertama kali beliau dimakamkan di area Masjid Raya Al Mashun Medan, makam Syaikh Hasan Maksum belum pernah sekalipun dipindahkan atau dirubah bentuknya. Hanya sekedar perawatan yang dilakukan agar makam tersebut tetap terjaga.
"Beliau wafat ini dimakamkan langsung di sini, dari sejak meninggal. Belum pernah dipindah, untuk makam hanya sekedar perbaikan aja. Paling hanya dicat aja untuk perawatan saja kan dan diperbaiki sedikit. Semua orang bisa kok datang untuk ziarah di sini. Nggak ada larangan bagi siapa aja," ucapnya.
Saat detikSumut mendatangi makam Syaikh Hasan Maksum, terlihat makam tersebut dikelilingi oleh pagar dan dibuatkan sebagai tempat khusus. Makam Syaikh Hasan Maksum terlihat terjaga dan bersih, hanya saja tidak ada penanda nama pada pagar makam tersebut.
Sehingga orang awam akan tidak dapat mengetahui jika makam tersebut merupakan makam seorang yang sangat berpengaruh dalam ilmu keislaman di Sumatera Utara juga seorang yang sangat penting di Kesultanan Deli.
(astj/astj)