Simbol Kejujuran dan Keabadian Bangunan Universitas HKBP Nommensen

Sumut in History

Simbol Kejujuran dan Keabadian Bangunan Universitas HKBP Nommensen

Raja Malo Sinaga - detikSumut
Senin, 20 Nov 2023 08:30 WIB
Salah satu lorong gedung L Nommensen yang tampak dibangun dari susunan bata (Raja Malo Sinaga/detikSumut)
Salah satu lorong gedung L Nommensen yang tampak dibangun dari susunan bata (Raja Malo Sinaga/detikSumut)
Medan -

Bangunan empat lantai milik Universitas HKBP Nommensen Medan itu tampak agak berbeda dari desain bangunan di sekitarnya. Hanya dicor dan dibeton tanpa ada cat dan plester seperti dinding pada umumnya.

Apabila dipandang dari atas, bangunan Nommensen yang unik itu memiliki bidang membentuk huruf "L" dan "I". Desain itu dipilih sesuai penyingkatan nama dari misionaris terkenal Ludwig Ingwer Nommensen.

Konsep Bangunan Nommensen Dianggap Tak Menarik

Tak jarang, dengan polosnya konsep bangunan Nommensen, memunculkan pertanyaan. Theresia, salah satu mahasiswa Nommensen, menyebutkan konsep bangunan tersebut tidak menarik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun belakangan setelah mengetahui sosok sang perancang, dirinya justru tidak lagi mempermasalahkan konsep bangunan Nommensen.

"Dari yang saya dengar tukang yang bangun gedung Nommensen itu salah satu arsitek yang terkenal di Indonesia," kata Theresia, Rabu, (15/11/2023) lalu.

ADVERTISEMENT

Hal senada juga disampaikan Monika yang merupakan seorang pekerja yang tinggal di dekat kampus Nommensen. Saat hendak pergi kerja dan pulang kerja, dirinya selalu melintasi kampus Nommensen.

Bangunan Universitas HKBP Nommensen. (Raja Malo Sinaga/detikSumut)Bangunan Universitas HKBP Nommensen. (Raja Malo Sinaga/detikSumut)

Selama 5 tahun lebih di Medan, dirinya menyebutkan bangunan Nommensen tampak tua lantaran tak dicat. Alumni Nommensen itu juga menyebutkan gedung Nommensen kalah jauh menarik dari banyak model bangunan kampus lain di Kota Medan.

"Kalau dilihat dari kampus lain kan, (gedung) Nommensen ini kalah menarik," tutur Monika.

Kesan muram juga terasa dari bangunan yang tak diplester dan dicat itu. Bahkan dirinya merasa dengan konsep itu, bangunan Nommensen kerap memunculkan hal horor.

"Suram juga sih. Kayak horor gitu. Tapi ya itu uniknya mungkin," ungkapnya.

Kendati demikian, Monika tak memungkiri konsep tak dicat dan diplester membawa nuansa sejuk saat berada di dalam gedung Nommensen.

Gedung Nommensen Sebagai Kejujuran dan Keabadian

Usut punya usut, ternyata bangunan Nommensen yang tak dicat dan diplester itu mengandung filosofi yang mendalam dari sang perencangnya yakni arsitek Friedrich Silaban. Gedung Nommensen dibangun pada rentang 1982-1983. Namun sebelum masa itu, pembangunan gedung Nommensen sempat dibatalkan.

"Jadi udah direncanakan bangunan di situ oleh pihak yang lama tapi dibatalkan itu," kata mantan rektor UHN Patar M Pasaribu saat mengenang masa pembangunan.

Patar saat masa pembangunan gedung merupakan dosen teknik sipil di Nommensen. Sementara rektornya adalah Amudi Pasaribu. Dirinya menyebutkan di tahun 1980-an, masih jarang orang yang mendalami ilmu teknik sipil. Karena alasan itu, Amudi pun meminta agar dirinya turut membangun gedung Nommensen.

Namun masalah lain muncul. Pihak Nommensen kebingungan untuk mencari perancang bentuk bangunan. Di tengah kebingungan itu, Amudi sempat melancong ke Jakarta dikarenakan berbagai urusan.

Tak disangka, lanjut Patar, Amudi berjumpa Friedrich Silaban di Jakarta. Saat itu, mereka sempat mengobrol dan dari obrolan itu pun diketahui bahwa kedua tokoh itu masih memiliki hubungan keluarga. Atas dorongan itu pun, Amudi meminta Friedrich Silaban menjadi perancang bangunan Nommensen.

Perancang Masjid Istiqlal hingga Gelora Bung Karno itu itu pun menyetujui tawaran Amudi. Pertama sekali, F. Silaban mengonsepkan bangunan Nommensen dengan beton yang tebal.

"Gedungnya harus sejuk. Itu makanya harus besar betonnya itu," ungkap Fatar.

F Silaban Sempat Marah saat Proses Pembangunan

Dalam perkembangan perancangan tersebut, beberapa kali Patar dan F. Silaban bersilang pendapat. Seperti halnya pengurangan konstruksi beton yang terlalu berat. Alhasil, F. Silaban marah.

"Itu pun udah marah-marah Silaban. 5 cm itu dikurangi. Tapi okelah katanya," tuturnya.

Silang pendapat juga terjadi dari segi ukuran bangunan. Disebutkan pembangunan gedung "L" Nommensen semula delapan lantai. F. Silaban saat itu sengaja meminta untuk dibangun 8 lantai dengan melihat kondisi jauh ke masa mendantang agar Nommensen masih sejajar dengan bangunan di sekitarnya. Namun belakangan gedung hanya dibangun empat lantai.

Meski banyak ide F. Silaban tak dieksekusi, filosofi yang dibangun masih jelas terlihat. F. Silaban dengan sengaja membangun gedung Nommensen tanpa dicat dan diplester karena terinsipirasi dari bangunan gereja Katolik. Tanpa dicat dan diplester, bagi F. Silaban memunculkan sisi yang apa adanya. Atau disebut sebagai simbol kejujuran.

"Coba kalo kita cor beton tiang. Kita bikin batu bata seperti bangunan Katolik, misalnya kan, kan itu menunjukkan saya apa adanya. Jadi simbol kejujuran," terang Patar.

Selain itu, filosofi yang ditanamkan dari F. Silaban saat itu adalah bentuk keabadian. Patar mengungkapkan keabadian itu dibangun dari tidak mampu lagi bangunan Nommensen diubah bentuknya. Terlebih menambah jumlah lantai.

Pembangunan Gedung Nommensen Dirancang 8 Lantai

Sebab, ketika usul gedung Nommensen yang semula dirancang 8 lantai tetapi dipangkas 4 lantai, F. Silaban dengan sengaja membuat atap yang miring di pucuk gedung.

"Itu makanya dibikin atapnya miring di atas. Itu kalau kau melihat bangunan empat lantai cornya miring itu. Supaya jangan ditambah-tambah lagi tingkatnya. Kemudian dilapisi lagi itu batu bata dicor. Jadi tidak bocor itu. Kedap air itu," bebernya.

Meski demikian, keabadian yang diusung F. Silaban itu tidak lagi otentik. Pasalnya, bangunan Nommensen yang saat ini berdiri kokoh telah banyak campur tangan orang lain dengan melakukan penambahan di banyak sisi yang justru menghilangkan konsep awal F. Silaban.

"Jadi sekarang itu bangunan yang ada di sana nggak menuruti konsep Silaban lagi itu. Udah asal ditambah-tambah itu," pungkasnya.




(astj/astj)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads