15+ Puisi Hari Ayah Nasional 12 November 2023, Menyentuh Hati

15+ Puisi Hari Ayah Nasional 12 November 2023, Menyentuh Hati

Fria Sumitro - detikSumut
Sabtu, 11 Nov 2023 17:00 WIB
ilustrasi seorang ayah menggendong anaknya
Kumpulan Puisi Hari Ayah (Foto: Freepik)
Medan -

Sosok ayah dalam keluarga bukanlah sebatas pencari nafkah. Lebih dari itu, ayah merupakan penjaga, pelindung, dan teman terbaik bagi anak-anaknya.

Di Indonesia, 12 November didedikasikan sebagai Hari Ayah. Tanggal tersebut menjadi momen terbaik untuk menunjukkan afeksi dan kasih sayang kepada sosok luar biasa tersebut.

Selama Hari Ayah, detikers dapat memberi kado atau untaian kata manis dalam bentuk puisi. Berikut ini merupakan kumpulan puisi bertema Hari Ayah yang menyentuh hati. Langsung simak, yuk!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kumpulan Puisi Tema Hari Ayah yang Menyentuh Hati

Dikutip dari buku Aku Berteman Puisi karya Mukhamad Abthal, Puisi Adalah Senjata oleh Gagak Lumayung, dan sumber lainnya, berikut contoh-contoh puisi tema Hari Ayah:

Puisi Hari Ayah #1: Ayah

Oleh: Mukhamad Abthal

ADVERTISEMENT

Ayah,
sebuah kata yang tak lagi kusebut
Hanya kulantunkan dalam doa
Setiap hari
Sepanjang hari bahkan berhari-hari

Ayah,
ragamu sudah tiada
Namun kenangan-kenangan indah itu selalu ada
Menemani sepi dalam cerita-cerita di waktu yang lalu
Penuh drama yang berakhir pilu

Ayah,
aku ingin bertemu
Bersama kesendirian ini
Raga tak ayalnya penuh dengan harapan-harapan bersamamu
Mengingat bersama rona yang berkaca-kaca itu tak terpatri

Ayah,
teringat lagu indah itu kau lantunkan
Dengan suara nan merdu
Dari kejauhan itu aku melihat
Aku mencintaimu, Ayah

Puisi Hari Ayah #2: Maafkan Aku Ayah

Oleh: An-Nur

Dalam hening sepi menyala
Diam lebih bermakna daripada semua terjemahan malam
Aku merenung atas segala derita
Ayah berjuang menghidupi keluarga

Tiga puluh tahun lebih ayah di Jakarta
Pulang hanya sesekali saja
Banting tulang tak kenal lelah
Demi anakmu agar sekolah

Ayah ...
Kini usiamu tak lagi seperti dulu: kuat
Tapi perjuanganmu begitu gagah
Kau selalu bersemangat

Maafkan aku, Ayah ...
Aku yang belum bisa berbalas jasa
Masih membuat dirimu susah
Hingga kau masih terus pergi bekerja

Maafkan aku, Ayah ...
Yang masih menjadi beban hidupmu
Membuatmu sering gelisah
Memikirkan kebutuhan rumah ...

Puisi Hari Ayah #3: Pesan dari Ayah

Oleh: Joko Pinurbo

Datang menjelang petang, aku tercengang melihat

Ayah sedang berduaan dengan telepon genggam

di bawah pohon sawo di belakang rumah.

Ibu yang membelikan Ayah telepon genggam

sebab Ibu tak tahan melihat kekasihnya kesepian.

"Jangan ganggu suamiku," Ibu cepat-cepat meraih tanganku.

"Sudah dua hari ayahmu belajar

menulis dan mengirim pesan untuk Ibu.

Kasihan dia, sepanjang hidup berjuang melulu."

Ketika pamit hendak kembali ke Jakarta,

aku sempat mohon kepada Ayah dan Bunda

agar sering-sering telepon atau kirim pesan, sekadar

mengabarkan keadaan, supaya pikiranku tenang.

Ayah memenuhi janjinya. Pada suatu tengah-malam

telepon genggamku terkejut mendapat kiriman

pesan dari Ayah, bunyinya: "Sepi makin modern."

Langsung kubalas: "Lagi ngapain?" Disambung:

"Lagi berduaan dengan ibumu di bawah pohon sawo

di belakang rumah. Bertiga dengan bulan.

Berempat dengan telepon genggam. Balas!"

Kubalas dengan ingatan: di bawah pohon sawo itu

puisi pertamaku lahir. Di sana aku belajar menulis

hingga jauh malam sampai tertidur kedinginan,

lalu Ayah membopong tubuhku yang masih lugu

dan membaringkannya di ranjang Ibu.

Puisi Hari Ayah #4: Kerinduan

Oleh: Niki Ayu Anggini

Ayah di mana engkau berada

Di sini aku merindukan mu

Mengiginkan untuk bertemu

Merindukan akan belaian mu

Kasih sayang mu selalu kurindukan

Engkau selalu hadir dalam mimpi ku

Mimpi yang begitu nyata bagiku

Menginginkan engkau untuk kembali

Aku selalu mengharapkan engkau hadir

Menemani aku setiap hari

Menemani masa pertumbuhan ku

Untuk tumbuh menjadi besar

Tanpa engkau di sisiku

Tanpa engkau yang menemani hari-hariku

Puisi Hari Ayah #5: Sosok Lelaki Terhebat

Oleh: Osa

Banyak puisi tentang ayah

Tapi itu ayah mereka

Ini ayahku

Ayah dari sembilan bersaudara

Ayah yang sudah pergi mencari rezeki sebelum mataku terbit di pagi hari

Kudengar bising mesin perahunya jauh sebelum matahari menampakkan tubuhnya

Lalu kembali saat ikan-ikan di atas sampannya sudah cukup

Cukup untuk dijual demi mengisi perut-perut kecil kami

Teriknya matahari tak melunturkan semangatnya

Derasnya hujan ia tetap bertahan di lautan

Kencangnya angin tak menjatuhkan tanggung jawabnya

Ayah, engkau adalah sosok lelaki terhebat

Puisi Hari Ayah #6: Ayah dan Burung-Burung

Oleh: Radial Tanjung Banua

Aku terbayang ayah yang melangkah di pematang sawah kenangan.

Sesekali langkahnya tertegun

ngungun bersama embun.

Kadang ayah bagai orang-orangan dari jerami

di tengah menguning padi.

Kusentakkan tali rindu di antara kami.

Maka tersintaklah ayah bersama riuh burung-burung yang berlepasan

tak kembali lagi.

Puisi Hari Ayah #7: Untukmu Ayahku

Oleh: Dina Sekar Ayu

Di keheningan malam
Datang secercah harapan
Untuk menyambut jiwamu datang
Sebercik harapan agar kau kembali pulang
Hanya sepenggal kata bijak yang bisa kutanamkan
Duduk sedeku, tangan meminta, mulut bergoyang, jatuh air
mata
Tapi apalah daya
Semua harapan hilanglah sirna
Karena kau telah tiada
Ayahku tercinta.

Puisi Hari Ayah #8: Yang Berjiwa Tegar

Oleh: Kurnia Habiba

Bagiku

Engkau penawar sesal di arena luas

Memberi dengan cinta

Hidup untuk kami

Berjuang untuk keluarga

Selalu terpatri dalam hati

Perjuanganmu yang penuh arti

Bangga diri ini dititipkan padamu ayah

Senyummu di hadapan kami

Merubah segala payah

Terimakasih ayah

Akan ku jaga kebanggaanmu padaku

Hingga tiba saat anakmu tumbuh dewasa

Engkau berbesar hati melepasnya

Menjadi bagian dari diri yang lain

Puisi Hari Ayah #9: Bait Sajak untuk Ayah

Karya: Novi Aqila

Ayah...
Tulusnya nasehatmu tlah membingkai hatiku
Menuju lembah tinggi kedamaian
Dekapanmu telah meredam amarahku
Tak kuasa tangisku berderai
Kala ku ingat kata bijakmu
Kau jaga aku
Dari kotoran raga dan jiwa yang kan nodai aku
Kau rela diterpa deburan buih yang berlalu
Demi aku
Demi anakmu
Seakan tak pernah lelah kau
hapuskan tetes air mataku
Seakan tak pernah bosan
kau redamkan aku dari tangisan
Ku urai hati ini
Untukmu
Untuk segalanya yang tlah kau labuhkan
pada Dermaga hidupku
Hanya sebentuk puisi dari ketulusan hati
Untukmu, ayah. Terima kasih.

Puisi Hari Ayah #10: Ayahku

Oleh: Muhammad Azrif

Ayahku...
Ayahku adalah kepala keluargaku
Dia mencari nafkah tanpa lelah
Dari pagi sampai sore
Ayahku mencari nafkah demi aku dan keluargaku
Ayahku mengajariku tentang kebaikan
Dia juga yang selalu membahagiakanku
Aku sangat sayang kepada ayahku...

Puisi Hari Ayah #11: Kepada Bapak

Oleh: Gunoto Saparie

Ada peci putihmu tergantung di kapstok

Bertahun-tahun di sana sejak kau pergi

Namun jarum-jarum jam dinding berhenti

Dan kalender di tembok pun mendadak rontok

Ada potretmu mengabur di dekat pintu

Ada senyum tipis membayang harapan

Betapa berat rindu, bapak, tersendat di kalbu

Selalu kuingat kata-katamu tentang kehidupan

Tentang negara, agama, dan pengabdian

Kata-kata yang patah-patah, tertahan-tahan

Kami tak tahu, ternyata untuk yang penghabisan:

Ada sandalmu teronggok di ujung ranjang

Ada buku-bukumu, kitab-kitab menguning

Berjajar di rak, terserak di meja lantai

Ada yang tertinggal di hati Allah, kasihmu abadi

Puisi Hari Ayah #12: Ayah, Pahlawan Hidupku

Oleh: Amelia Zelianti

Ayah

Menguras keringat demi mencari nafkah

Untuk diriku yang masih kecil ini ayah

Menjagaku dan mengajariku arti kehidupan

Sang pahlawan hidupku

Melindungiku dari terpaan badai apapun

Rela menyembunyikan luka di hatinya

Ayah selalu memberi kebahagiaan

Ayah rela melakukan segalanya demi diriku

Ayah sanggup berkorban untuk langkah hidupku

Selalu menemani dan memberiku kekuatan

Ayah selalu ada di sampingku selamanya

Ayah jasamu akan kukekang di hati dan jiwaku

Ayahlah pahlawan hidupku

yang selalu berkorban dan menjaga setiap detik

Puisi Hari Ayah #13: Tak Akan Lapuk walau Tubuh kian Membungkuk

Oleh: Nency Asmarani

Senyuman yang senantiasa melengkung di bibirnya
Tak menggambarkan betapa lelahnya dia
Wajah letih, keriput, dan kusam
Tak menjadi batasan untuk mencari sebuah penghasilan
Teruntuk anaknya yang senantiasa memberinya tuntutan
Agar dapat hidup bermewah-mewahan
Tanpa melihat ayahnya yang terkadang sehari tanpa makan
Tubuh yang kian melemah
Namun, tak kenal rasa pasrah
Itulah seorang ayah

Puisi Hari Ayah #14: Pelukan Abah

Oleh: Rosi L. Simamora

Tak ada yang lebih menenangkan daripada
pelukan Abah.
Disurutkannya isak tangis Ara,
dienyahkannya kekhawatiran Emak,
disingkirkannya ngeri hatiku,
hingga tak bersisa sejejak pun.

Tak ada yang lebih teguh daripada pelukan Abah.
Disembuhkannya setiap luka kecewa
dan dihardiknya pergi setiap badai kehidupan...
Hingga sekali lagi engkau percaya,
semua akan baik-baik saja.

Puisi Hari Ayah #15: Kukagumimu, Ayah

Oleh: Ghulam Azkiyya

Ayah, kau tahu?
Engkau kekasih terindah dari Tuhan untukku
Selalu hadir di antara mimpi gelapku
Memanggilku kala aku jauh
Keterpanaanku padamu, Ayah
Kau biarkan punggungmu merunduk
Kaki jenjangmu terlihat goyah
Menahan diri agar tak ambruk
Tapi tetap kokoh kau menggendongku
Ayah, kau tahu?
Kau tentu saja pahlawanku
Tak terkalahkan oleh ribuan pasukan
Kau pasti selalu terdepan melindungiku
Rengkuhanmu yang menenangkan
Senyummu terbenang menyelimutiku
Tak akan sanggup kulupakan

Puisi Hari Ayah #16: Pahlawan Kesuksesanku

Oleh: Ardiyani Muninggar

Fajar telah menyapa pagi ku
Kau jadikan hari mu, hari untuk pengorbanan.
Pengorbanan mencari rezeki, pengorbanan untuk mencari awal
yang baru.
Kau ajarkan aku arti perjuangan, kau ajarkan aku arti
kesuksesan.
Ayah mungkin tanpa mu aku tidak bisa seperti ini..
Mungkin tanpa mu aku tidak bisa berdiri di tengah tengah
impianku..
Impian untuk meraih keberhasilan
Impian untuk mencapai kemenangan...

Demikianlah kumpulan puisi tema Hari Ayah yang menyentuh hati untuk kamu bacakan pada 12 November. Semoga bermanfaat!




(mff/astj)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads