- Kumpulan Puisi Tema Hari Ayah yang Menyentuh Hati Puisi Hari Ayah #1: Ayah Puisi Hari Ayah #2: Maafkan Aku Ayah Puisi Hari Ayah #3: Pesan dari Ayah Puisi Hari Ayah #4: Kerinduan Puisi Hari Ayah #5: Sosok Lelaki Terhebat Puisi Hari Ayah #6: Ayah dan Burung-Burung Puisi Hari Ayah #7: Untukmu Ayahku Puisi Hari Ayah #8: Yang Berjiwa Tegar Puisi Hari Ayah #9: Bait Sajak untuk Ayah Puisi Hari Ayah #10: Ayahku Puisi Hari Ayah #11: Kepada Bapak Puisi Hari Ayah #12: Ayah, Pahlawan Hidupku Puisi Hari Ayah #13: Tak Akan Lapuk walau Tubuh kian Membungkuk Puisi Hari Ayah #14: Pelukan Abah Puisi Hari Ayah #15: Kukagumimu, Ayah Puisi Hari Ayah #16: Pahlawan Kesuksesanku
Sosok ayah dalam keluarga bukanlah sebatas pencari nafkah. Lebih dari itu, ayah merupakan penjaga, pelindung, dan teman terbaik bagi anak-anaknya.
Di Indonesia, 12 November didedikasikan sebagai Hari Ayah. Tanggal tersebut menjadi momen terbaik untuk menunjukkan afeksi dan kasih sayang kepada sosok luar biasa tersebut.
Selama Hari Ayah, detikers dapat memberi kado atau untaian kata manis dalam bentuk puisi. Berikut ini merupakan kumpulan puisi bertema Hari Ayah yang menyentuh hati. Langsung simak, yuk!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kumpulan Puisi Tema Hari Ayah yang Menyentuh Hati
Dikutip dari buku Aku Berteman Puisi karya Mukhamad Abthal, Puisi Adalah Senjata oleh Gagak Lumayung, dan sumber lainnya, berikut contoh-contoh puisi tema Hari Ayah:
Puisi Hari Ayah #1: Ayah
Oleh: Mukhamad Abthal
Ayah,
sebuah kata yang tak lagi kusebut
Hanya kulantunkan dalam doa
Setiap hari
Sepanjang hari bahkan berhari-hari
Ayah,
ragamu sudah tiada
Namun kenangan-kenangan indah itu selalu ada
Menemani sepi dalam cerita-cerita di waktu yang lalu
Penuh drama yang berakhir pilu
Ayah,
aku ingin bertemu
Bersama kesendirian ini
Raga tak ayalnya penuh dengan harapan-harapan bersamamu
Mengingat bersama rona yang berkaca-kaca itu tak terpatri
Ayah,
teringat lagu indah itu kau lantunkan
Dengan suara nan merdu
Dari kejauhan itu aku melihat
Aku mencintaimu, Ayah
Puisi Hari Ayah #2: Maafkan Aku Ayah
Oleh: An-Nur
Dalam hening sepi menyala
Diam lebih bermakna daripada semua terjemahan malam
Aku merenung atas segala derita
Ayah berjuang menghidupi keluarga
Tiga puluh tahun lebih ayah di Jakarta
Pulang hanya sesekali saja
Banting tulang tak kenal lelah
Demi anakmu agar sekolah
Ayah ...
Kini usiamu tak lagi seperti dulu: kuat
Tapi perjuanganmu begitu gagah
Kau selalu bersemangat
Maafkan aku, Ayah ...
Aku yang belum bisa berbalas jasa
Masih membuat dirimu susah
Hingga kau masih terus pergi bekerja
Maafkan aku, Ayah ...
Yang masih menjadi beban hidupmu
Membuatmu sering gelisah
Memikirkan kebutuhan rumah ...
Puisi Hari Ayah #3: Pesan dari Ayah
Oleh: Joko Pinurbo
Datang menjelang petang, aku tercengang melihat
Ayah sedang berduaan dengan telepon genggam
di bawah pohon sawo di belakang rumah.
Ibu yang membelikan Ayah telepon genggam
sebab Ibu tak tahan melihat kekasihnya kesepian.
"Jangan ganggu suamiku," Ibu cepat-cepat meraih tanganku.
"Sudah dua hari ayahmu belajar
menulis dan mengirim pesan untuk Ibu.
Kasihan dia, sepanjang hidup berjuang melulu."
Ketika pamit hendak kembali ke Jakarta,
aku sempat mohon kepada Ayah dan Bunda
agar sering-sering telepon atau kirim pesan, sekadar
mengabarkan keadaan, supaya pikiranku tenang.
Ayah memenuhi janjinya. Pada suatu tengah-malam
telepon genggamku terkejut mendapat kiriman
pesan dari Ayah, bunyinya: "Sepi makin modern."
Langsung kubalas: "Lagi ngapain?" Disambung:
"Lagi berduaan dengan ibumu di bawah pohon sawo
di belakang rumah. Bertiga dengan bulan.
Berempat dengan telepon genggam. Balas!"
Kubalas dengan ingatan: di bawah pohon sawo itu
puisi pertamaku lahir. Di sana aku belajar menulis
hingga jauh malam sampai tertidur kedinginan,
lalu Ayah membopong tubuhku yang masih lugu
dan membaringkannya di ranjang Ibu.
Puisi Hari Ayah #4: Kerinduan
Oleh: Niki Ayu Anggini
Ayah di mana engkau berada
Di sini aku merindukan mu
Mengiginkan untuk bertemu
Merindukan akan belaian mu
Kasih sayang mu selalu kurindukan
Engkau selalu hadir dalam mimpi ku
Mimpi yang begitu nyata bagiku
Menginginkan engkau untuk kembali
Aku selalu mengharapkan engkau hadir
Menemani aku setiap hari
Menemani masa pertumbuhan ku
Untuk tumbuh menjadi besar
Tanpa engkau di sisiku
Tanpa engkau yang menemani hari-hariku
Puisi Hari Ayah #5: Sosok Lelaki Terhebat
Oleh: Osa
Banyak puisi tentang ayah
Tapi itu ayah mereka
Ini ayahku
Ayah dari sembilan bersaudara
Ayah yang sudah pergi mencari rezeki sebelum mataku terbit di pagi hari
Kudengar bising mesin perahunya jauh sebelum matahari menampakkan tubuhnya
Lalu kembali saat ikan-ikan di atas sampannya sudah cukup
Cukup untuk dijual demi mengisi perut-perut kecil kami
Teriknya matahari tak melunturkan semangatnya
Derasnya hujan ia tetap bertahan di lautan
Kencangnya angin tak menjatuhkan tanggung jawabnya
Ayah, engkau adalah sosok lelaki terhebat
Puisi Hari Ayah #6: Ayah dan Burung-Burung
Oleh: Radial Tanjung Banua
Aku terbayang ayah yang melangkah di pematang sawah kenangan.
Sesekali langkahnya tertegun
ngungun bersama embun.
Kadang ayah bagai orang-orangan dari jerami
di tengah menguning padi.
Kusentakkan tali rindu di antara kami.
Maka tersintaklah ayah bersama riuh burung-burung yang berlepasan
tak kembali lagi.
Puisi Hari Ayah #7: Untukmu Ayahku
Oleh: Dina Sekar Ayu
Di keheningan malam
Datang secercah harapan
Untuk menyambut jiwamu datang
Sebercik harapan agar kau kembali pulang
Hanya sepenggal kata bijak yang bisa kutanamkan
Duduk sedeku, tangan meminta, mulut bergoyang, jatuh air
mata
Tapi apalah daya
Semua harapan hilanglah sirna
Karena kau telah tiada
Ayahku tercinta.
Puisi Hari Ayah #8: Yang Berjiwa Tegar
Oleh: Kurnia Habiba
Bagiku
Engkau penawar sesal di arena luas
Memberi dengan cinta
Hidup untuk kami
Berjuang untuk keluarga
Selalu terpatri dalam hati
Perjuanganmu yang penuh arti
Bangga diri ini dititipkan padamu ayah
Senyummu di hadapan kami
Merubah segala payah
Terimakasih ayah
Akan ku jaga kebanggaanmu padaku
Hingga tiba saat anakmu tumbuh dewasa
Engkau berbesar hati melepasnya
Menjadi bagian dari diri yang lain
Puisi Hari Ayah #9: Bait Sajak untuk Ayah
Karya: Novi Aqila
Ayah...
Tulusnya nasehatmu tlah membingkai hatiku
Menuju lembah tinggi kedamaian
Dekapanmu telah meredam amarahku
Tak kuasa tangisku berderai
Kala ku ingat kata bijakmu
Kau jaga aku
Dari kotoran raga dan jiwa yang kan nodai aku
Kau rela diterpa deburan buih yang berlalu
Demi aku
Demi anakmu
Seakan tak pernah lelah kau
hapuskan tetes air mataku
Seakan tak pernah bosan
kau redamkan aku dari tangisan
Ku urai hati ini
Untukmu
Untuk segalanya yang tlah kau labuhkan
pada Dermaga hidupku
Hanya sebentuk puisi dari ketulusan hati
Untukmu, ayah. Terima kasih.
Puisi Hari Ayah #10: Ayahku
Oleh: Muhammad Azrif
Ayahku...
Ayahku adalah kepala keluargaku
Dia mencari nafkah tanpa lelah
Dari pagi sampai sore
Ayahku mencari nafkah demi aku dan keluargaku
Ayahku mengajariku tentang kebaikan
Dia juga yang selalu membahagiakanku
Aku sangat sayang kepada ayahku...
Puisi Hari Ayah #11: Kepada Bapak
Oleh: Gunoto Saparie
Ada peci putihmu tergantung di kapstok
Bertahun-tahun di sana sejak kau pergi
Namun jarum-jarum jam dinding berhenti
Dan kalender di tembok pun mendadak rontok
Ada potretmu mengabur di dekat pintu
Ada senyum tipis membayang harapan
Betapa berat rindu, bapak, tersendat di kalbu
Selalu kuingat kata-katamu tentang kehidupan
Tentang negara, agama, dan pengabdian
Kata-kata yang patah-patah, tertahan-tahan
Kami tak tahu, ternyata untuk yang penghabisan:
Ada sandalmu teronggok di ujung ranjang
Ada buku-bukumu, kitab-kitab menguning
Berjajar di rak, terserak di meja lantai
Ada yang tertinggal di hati Allah, kasihmu abadi
Puisi Hari Ayah #12: Ayah, Pahlawan Hidupku
Oleh: Amelia Zelianti
Ayah
Menguras keringat demi mencari nafkah
Untuk diriku yang masih kecil ini ayah
Menjagaku dan mengajariku arti kehidupan
Sang pahlawan hidupku
Melindungiku dari terpaan badai apapun
Rela menyembunyikan luka di hatinya
Ayah selalu memberi kebahagiaan
Ayah rela melakukan segalanya demi diriku
Ayah sanggup berkorban untuk langkah hidupku
Selalu menemani dan memberiku kekuatan
Ayah selalu ada di sampingku selamanya
Ayah jasamu akan kukekang di hati dan jiwaku
Ayahlah pahlawan hidupku
yang selalu berkorban dan menjaga setiap detik
Puisi Hari Ayah #13: Tak Akan Lapuk walau Tubuh kian Membungkuk
Oleh: Nency Asmarani
Senyuman yang senantiasa melengkung di bibirnya
Tak menggambarkan betapa lelahnya dia
Wajah letih, keriput, dan kusam
Tak menjadi batasan untuk mencari sebuah penghasilan
Teruntuk anaknya yang senantiasa memberinya tuntutan
Agar dapat hidup bermewah-mewahan
Tanpa melihat ayahnya yang terkadang sehari tanpa makan
Tubuh yang kian melemah
Namun, tak kenal rasa pasrah
Itulah seorang ayah
Puisi Hari Ayah #14: Pelukan Abah
Oleh: Rosi L. Simamora
Tak ada yang lebih menenangkan daripada
pelukan Abah.
Disurutkannya isak tangis Ara,
dienyahkannya kekhawatiran Emak,
disingkirkannya ngeri hatiku,
hingga tak bersisa sejejak pun.
Tak ada yang lebih teguh daripada pelukan Abah.
Disembuhkannya setiap luka kecewa
dan dihardiknya pergi setiap badai kehidupan...
Hingga sekali lagi engkau percaya,
semua akan baik-baik saja.
Puisi Hari Ayah #15: Kukagumimu, Ayah
Oleh: Ghulam Azkiyya
Ayah, kau tahu?
Engkau kekasih terindah dari Tuhan untukku
Selalu hadir di antara mimpi gelapku
Memanggilku kala aku jauh
Keterpanaanku padamu, Ayah
Kau biarkan punggungmu merunduk
Kaki jenjangmu terlihat goyah
Menahan diri agar tak ambruk
Tapi tetap kokoh kau menggendongku
Ayah, kau tahu?
Kau tentu saja pahlawanku
Tak terkalahkan oleh ribuan pasukan
Kau pasti selalu terdepan melindungiku
Rengkuhanmu yang menenangkan
Senyummu terbenang menyelimutiku
Tak akan sanggup kulupakan
Puisi Hari Ayah #16: Pahlawan Kesuksesanku
Oleh: Ardiyani Muninggar
Fajar telah menyapa pagi ku
Kau jadikan hari mu, hari untuk pengorbanan.
Pengorbanan mencari rezeki, pengorbanan untuk mencari awal
yang baru.
Kau ajarkan aku arti perjuangan, kau ajarkan aku arti
kesuksesan.
Ayah mungkin tanpa mu aku tidak bisa seperti ini..
Mungkin tanpa mu aku tidak bisa berdiri di tengah tengah
impianku..
Impian untuk meraih keberhasilan
Impian untuk mencapai kemenangan...
Demikianlah kumpulan puisi tema Hari Ayah yang menyentuh hati untuk kamu bacakan pada 12 November. Semoga bermanfaat!
(mff/astj)