Pengabdian guru di daerah tertinggal, terluar dan terdepan (3T) saat ini bagaikan lentera di tengah gelapnya fasilitas dan infrastruktur. Inilah yang kini dilakukan Norma Yanti, guru SMA pulau terluar di Riau.
Guru PPPK yang baru diangkat tahun 2022 lalu itu sukses mendidik anak-anak pulau terluar. Karirnya pun moncer setelah diumumkan sebagai guru Juara I Kategori Apresiasi Dedikatif SMA, SMK dan SLB se Riau.
Dibalik kesuksesannya, alumni Universitas Riau tahun 2007 lalu ternyata punya cerita perjuangan sebagai pendidik. Khususnya sebagai guru di SMA Negeri 3 Rangsang Pesisir yang berada di wilayah pulau terluar Kepulauan Meranti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya lulus PPPK 2022 lalu. Penempatan di SMA Negeri 3 Rangsang sejak September," ucap Norma saat membuka perbincangan dengan detikSumut, Rabu (1/11/2023).
12 tahun, bukan waktu yang singkat bagi Norma mengajar di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi. Sekolah asal sebelum ia kemudian dinyatakan lolos sebagai guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dan ditempatkan di SMA Negeri 3 Desa Tanjung Kedabu.
Panggilan hati, menjadi modal utama istri Panji Nugraha mengabdikan diri sebagai pendidik. Ia harus menempuh perjalanan 2,5 jam dari Tebing Tinggi untuk sampai di sekolah.
Bukan hanya persoalan waktu tempuh, dia juga harus melewati selat untuk sampai di Desa Peranggas. Alat transportasi yang ia gunakan yakni kempang atau perahu kayu.
"Untuk sampai ke sekolah, harus berangkat dari ibu kota kabupaten menyeberangi selat. Berangkat pakai kempang atau perahu yang biasa dipakai masyarakat Rangsang menuju kabupaten, itu 30 menit ke Desa Peranggas," kata Norma melanjut perbincangan.
Setiba di dermaga, ia harus lanjut kembali ke Desa Tanjung Kedabu. Butuh waktu 2 jam untuk sampai ke lokasi dengan lewat jalan rusak, becek yang penuh tantangan.
Norma melihat persoalan infrastruktur di daerah tersebut sangat minim. Tak hanya jalan rusak, penerangan dan internet juga menjadi persoalan kemajuan di daerah tersebut.
Khusus pendidikan, ia melihat motivasi peserta didik masih rendah. Terutama dengan metode pembelajaran yang kurang inovatif karena keterbatasan infrastruktur.
"Salah satu solusi yang saya lakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan model project based learning (PjBL). Model ini dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menampilkan keterampilan tertentu dan motivasi peserta dengan melibatkannya dalam pembelajaran," kata guru mata pelajaran PPKn dan Sosiologi sekaligus Guru BK tersebut.
Medan yang jauh dan penuh tantangan membuat Norma memutuskan untuk tinggal di Pulau Rangsang. Saat akhir pekan, barulah kembali ke Tebing Tinggi menemui suami dan anaknya.
Kini perjuangan Norma tak sia-sia. Dua bulan bertugas di pulau terluar Norma mampu menorehkan prestasi. Dia berhasil meraih Juara I Apresiasi Dediktif tingkat SMA, SMK dan SLB di Riau.
Norma yang pernah KKN di SMK Taruna Satria Pekanbaru itu masuk dalam 43 guru peraih penghargaan dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Guru dan Tenaga Kependidikan. Penghargaan diterima di Hotel Pangeran Pekanbaru, Selasa (31/10) malam kemarin.
"Malam kemarin saya alhamdulillah bisa mendapatkan Juara I Apreaiasi Dedikatif sesuai penempatan saya di pulau terluar, Pulau Rangsang," kata Norma.
(ras/afb)