Penanaman mangrove di Aceh terus digalakkan pasca tsunami menerjang Tanah Rencong 19 tahun silam. Hutan bakau dinilai memiliki segudang manfaat, seperti menyerap emisi karbon, mencegah erosi, hingga mengurangi dampak tsunami.
"Mangrove bisa menyerap karbon itu bisa enam kali lipat dibandingkan dengan hutan biasa," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Aceh A Hanan kepada wartawan, Senin (30/10/2023).
Aceh memiliki hutan mangrove seluas 36 ribu hektare yang tersebar di sejumlah wilayah di antaranya Aceh Timur, Langsa, Aceh Utara, Banda Aceh, Aceh Jaya dan Aceh Besar. Hutan mangrove terluas di Tanah Rencong terletak di Kota Langsa dengan luasan sekitar delapan ribu hektare.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lokasi ini menjadi salah satu lokasi favorit warga untuk berwisata. Bahkan, pengelolaan hutan bakau Langsa mendapat pujian di tingkat nasional hingga ASEAN.
Hanan menilai Serambi Mekkah masih memiliki lahan seluas 26 ribu hektare yang berpotensi ditanami mangrove. Pemerintah Aceh pun disebut tengah membuat program pengayaan penanaman mangrove sebagai upaya penyerapan karbon.
"Hutan mangrove kami anggap sebagai salah satu komoditi yang dipilih yang sangat strategis dalam rangka program penghijauan," jelas Hanan.
Hanan menyebutkan, ada banyak manfaat hutan bakau bagi lingkungan. Tanaman itu disebut dapat mencegah terjadinya erosi di wilayah pesisir serta mengurangi dampak tsunami.
Dia mengenang tsunami meluluhlantakkan Aceh pada 26 Desember 2004 silam. Bencana itu menerjang pesisir Aceh dan menewaskan sekitar 227 ribu jiwa. Dampak kehancuran dinilai semakin parah bila kawasan pesisir tidak ditanami mangrove.
Dikutip dari situs Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), manfaat lain mangrove disebut dapat melindungi pantai, membuat air disekitarnya menjadi jernih, mencegah erosi pantai, menjaga iklim dan cuaca, mencegah pemanasan global dan lainnya. Selain itu, mangrove juga diyakini dapat mengobati berbagai penyakit.
"Kalau cerita mengancam kita sama-sama sudah memahami bahwa tsunami Aceh itu mungkin kalau tidak ada mangrove mungkin jauh lebih parah dibandingkan kondisi yang terjadi saat ini," jelas Hanan.
Menjelang peringatan 19 tahun tsunami, Pertamina meluncurkan program setiap pembelian produk Pertamax Series akan menyumbang Rp 19/liter untuk hutan mangrove di Aceh. Program 'Untuk Aceh Lebih Hijau' itu diluncurkan di SPBU Lamsayeun, Aceh Besar pada Kamis 26 Oktober.
Pengguna produk Pertamax dan Pertamax Turbo menyambut baik program itu. Bahkan mereka rela kendaraan mereka ditempelkan stiker bertuliskan 'Perta Mangrove'.
Hanan mengatakan, lewat program tersebut ditargetkan dapat terkumpul 10 ribu pohon mangrove yang akan ditanami di pelabuhan perikanan Lampulo Banda Aceh. Selain itu, program tersebut juga menargetkan 9 ribu bibit tanaman lain yang akan ditanamkan di Taman Hutan Raya (Tahura) di Saree, Aceh Besar.
"Di Lampulo punya potensi 24 ribu batang untuk ditanam. Program ini sangat tepat karena Pertamina momen peringatan tsunami. Ini salah satu juga mengingatkan kita semua salah satu peran mangrove juga bisa mengendalikan dari pada tsunami dan itu adalah program yang digalakkan pemerintah," ujarnya.
Selain itu, Pemerintah Aceh juga akan mengedukasi masyarakat termasuk melibatkan warga dalam mengelola hutan mangrove. Tujuannya, agar hutan bakau tersebut ada yang menjaga dan dapat dimanfaatkan masyarakat.
"Kondisi hari ini semua orang melirik hutan mangrove karena penyerapan karbon itu paling tinggi di hutan mangrove," jelas Hanan.
Pemilik SPBU Lamsayeun, Aceh Besar, Nahrawi Noerdin mengaku di tempatnya setiap hari laku terjual produk Pertamax series sekitar 3 ribu hingga 5 ribu kiloliter. Dia sepakat dengan pemotongan Rp 19/liter demi melindungi hutan di Aceh.
Program itu dijalankan dalam tiga tahap yakni 26 Oktober, 26 November dan 24-26 Desember. Penanaman mangrove hasil donasi pengguna kendaraan tersebut ditargetkan dilakukan pada 26 Desember atau saat peringatan 19 tahun tsunami berlangsung.
"Lewat program ini kita mengajak konsumen untuk menggunakan bahan bakar minyak berkualitas Pertamax series yaitu Pertamax dan Pertamax Turbo. Dengan begitu mereka akan menyumbangkan Rp 19 perliter untuk hutan mangrove Aceh dan hutan lindung Aceh," kata Sales Branch Manager 1 Aceh Muhammad Yoga Prabowo.
Selain menjaga lingkungan, program itu dibuat untuk mengedukasi pengguna kendaraan agar menggunakan bahan bakar berkualitas. Pertamina akan menggaungkan program ke seluruh wilayah di Aceh.
"Nah harapannya dengan adanya program ini pertama adalah masyarakat khususnya pengguna My Pertamina ikut berkontribusi pada hutan mangrove Aceh atau hutan lindung Aceh dan kedua tentunya edukasi kepada masyarakat untuk senantiasa menggunakan bahan bakar berkualitas," jelas Yoga.
Pengurangan emisi saat ini menjadi salah fokus Pertamina untuk melawan krisis iklim. CEO PT Pertamina International Shipping (PIS) Yoki Firnandi pun membeberkan langkah dan kontribusi PIS dalam mengurangi emisi karbon.
Yoki memaparkan berdasarkan data yang diterbitkan United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), industri shipping dunia tercatat berkontribusi hingga 3% dalam emisi karbon. Sementara, Organisasi Maritim Internasional atau IMO (International Maritime Organization) juga telah mengeluarkan peta jalan untuk pengurangan emisi karbon dunia.
"Targetnya adalah pengurangan emisi sebesar 30% di 2030, lalu bertahap menjadi 80% di 2040 dan nol emisi karbon di 2050," ujar Yoki dalam keterangan tertulis seperti dikutip dari detikFinance.
Dia menyebutkan PIS telah menyusun roadmap bisnis yang sesuai dengan regulasi termasuk untuk mewujudkan target net zero emission pemerintah Indonesia pada 2060. Langkah nyata yang telah dilakukan antara lain adalah pemanfaatan kapal dual fuel atau berbahan bakar ganda yang lebih ramah lingkungan.
Selain itu, PIS juga menerapkan teknologi efisiensi energi pada armada, dan mengupayakan aset-aset PIS untuk menekan jejak karbon.
"PIS juga memiliki kapal gas yang bisa mengangkut kargo ammonia, dan juga kapal-kapal yang bisa mengangkut petrochemical dan kargo selain turunan migas, ini adalah bukti PIS mengakomodir rantai pasok energi masa depan," jelas Yoki.
(agse/afb)