Mengenal 'Kota Juang' Bireuen, Disebut Pernah Jadi Ibu Kota Indonesia

Aceh

Mengenal 'Kota Juang' Bireuen, Disebut Pernah Jadi Ibu Kota Indonesia

Rindi Antika - detikSumut
Selasa, 17 Okt 2023 19:30 WIB
Kantor Bupati Bireuen
Foto: Kantor Bupati Bireuen (Istimewa/Dok. Pemkab Bireuen)
Bireuen -

Kemerdekaan Indonesia sendiri dapat diraih karena kerja sama seluruh masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah karena peran dan perjuangan masyarakat Kabupaten Bireuen, yang dikenal sebagai Kota Juang.

Kabupaten ini menjadi wilayah otonom sejak 12 Oktober 1999 yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Utara. Terdapat perbedaan pendapat dalam catatan sejarah mengenai asal usul nama Bireuen. Salah satu catatan sejarah yang paling banyak disebut mengenai asal usul nama Bireuen ini, berasal dari kata Birrun yang artinya kebajikan atau perbuatan baik.

Julukan Kota Juang diberikan kepada Kabupaten Bireuen oleh Presiden Pertama Indonesia, Soekarno, saat ke Bireuen pada tahun 1948. Julukan tersebut diberikan karena beberapa alasan, salah satunya adalah karena Bireuen pernah menjadi Ibu Kota Indonesia yang ketiga selama seminggu, setelah Yogyakarta jatuh ke tangan penjajah dalam agresi Belanda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bireuen menjadi ibu kota pada tanggal 18 Juni 1948 tepat pada saat Agresi Militer Belanda II (1947-1948). Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang semula menetap di Kota Bukittinggi berpindah lokasi ke Kabupaten Bireuen

Bireuen juga merupakan tempat markas Komando Divisi-V/Tentara Republik Indonesia (TRI) Komandemen Sumatera. Pada saat itu markas Divisi X juga ditempatkan di Bireuen, yang merupakan markas gabungan antara dua divisi, yakni Divisi Gajah I dan Divisi Gajah II, dan Kolonel Hussein Joesoef sebagai Panglima Divisi (Komandan).

ADVERTISEMENT

Masyarakat Bireuen juga diketahui ikut andil dalam pertempuran Medan Area. Saat itu dibentuk strategi pemberangkatan pasukan dari Aceh ke Sumatera Timur untuk perang merebut Medan dari sekutu/NICA disusun di Komando Divisi-V/TRI Komandemen Sumatera di Bireuen.

Pasukan dari Aceh yang diberangkatkan ke Sumatera Timur itu dinamai Resimen Istimewa Medan Area (RIMA). Strategi perang ke Front Medan Area itulah yang kemudian dikenal sebagai Bireuen Agreement.

Alasan lain mengapa Bireuen mendapat julukan Kota Juang karena daerah Aceh, Bireuen khususnya, diketahui adalah daerah yang sulit dikuasai penjajah. Portugis masuk ke Malaka pada tahun 1511 M, kemudian disusul kedatangan Belanda secara de facto.

Meskipun begitu, Belanda baru bisa menguasai Aceh pada tahun 1904, yaitu ketika Belanda dapat menduduki benteng kuta glee di batee iliek, di bagian barat Kabupaten Bireuen. Benteng pertahanan di Batee Iliek merupakan daerah terakhir yang diserang Belanda.

Peran serta pengorbanan masyarakat Aceh, khususnya di Bireuen, untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dinilai sangat besar. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa berita proklamasi kemerdekaan pertama kali diketahui di Bireuen. Karena Bireuen mengetahui berita Proklamasi Kemerdekaan di Aceh pada tanggal 19 Agustus 1945. Setelah berita proklamasi tersebut tersebar, kemudian dilakukan pelucutan senjata Jepang oleh warga

Pada saat Belanda melakukan provokasi penyiaran berita di awal Januari 1949 melalui Radio Medan yang mengatakan bahwa Negara Indonesia seluruhnya telah dikuasai Belanda. Maka hal tersebut langsung dibantah oleh Radio Rimba Raya yang berada di Bireuen. Dan berkat radio tersebut PBB mengetahui bahwa Indonesia telah merdeka.

Artikel ini ditulis oleh Rindi Antika, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(afb/afb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads