Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Mahyeldi menanggapi santai penolakan dirinya oleh mahasiswa saat berada di Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M. Djamin Jambek Bukittinggi. Dia menganggap itu sebagai kritikan kepada pemerintah dan hal yang wajar.
Mulanya dia mengatakan telah memberikan maaf kepada mahasiswa yang melakukan aksi itu. "Kritik secara langsung seperti itu hal biasa bagi kami sebagai penyelenggara pemerintahan," ujar Mahyeldi melalui keterangan tertulis Kamis (24/8/2023).
Mahyeldi menyampaikan itu ketika menerima kedatangan Rektor UIN Bukttinggi Ridha Ahida di Istana Gubernur Sumbar pada Rabu (24/8) malam. Mahyeldi mengaku pergi dari lokasi acara usai insiden itu karena ada aktivitas di tempat lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya melihat itu hanya wujud mahasiswa menegaskan eksistensi dan ekspresinya. Kami sudah terlebih dulu memaafkan," sambung Mahyeldi.
Mahyeldi mengungkapkan pihaknya menindaklanjuti permintaan rektor untuk memperbaiki infrastruktur jalan menuju UIN Bukittinggi yang tergolong sempit. Ke depan ia meminta semua perguruan tinggi di Sumbar bisa menciptakan suasa kondusif.
"Meski ada insiden tersebut, rencana mengembangkan akses jalan itu tetap akan diupayakan. Sedangkan perguruan tinggi harus terus meningkatkan suasana kondusif di lingkungan kampus," ungkapnya.
Respons berbeda sebelumnya disampaikan oleh Kepala Biro Adpim Pemprov Sumbar, Mursalim yang menyebut aksi mahasiswa UIN Bukittinggi telah membunuh karakter pimpinannya. Mursalim menyebut kedatangan Mahyeldi itu juga untuk membawa beberapa program ke UIN Bukittinggi. Dua program itu mulai dari perbaikan fasilitas hingga mendatangkan investor dari Timur Tengah.
"Selain direncanakan mengisi orasi dalam PBAK pada mahasiswa baru, Gubernur sudah merencanakan akan menindaklanjuti pelebaran akses jalan menuju kampus itu. Serta direncanakan akan mendatangkan investor dari Timur Tengah. Investor ini berkat relasi Gubernur," kata Mursalim pada detikSumut, Rabu (23/8).
Lebih lanjut, Mursalim menyebut rencana itu belum bisa direalisasikan dampak insiden yang terjadi di UIN Bukittinggi. Ia menilai kejadian yang tidak mengenakan itu terjadi dampak Presma UIN Bukittinggi Ahmad Zaki belum menerima hasil dari demo masyarakat Air Bangis di Padang.
"Dari kejadian itu kami lihat Presma tidak murni. Yang nampak hanya sisa-sisa demo kemarin yang diangkat. Yang kita ketahui demo kemarin itu adalah konspirasi. Sebenarnya yang mau iya tuju adalah Polda, namun lari ke gubernur. Ini sudah nampak pembunuhan karakter gubernur," jelasnya.
"Ke depan kalau gubernur diundang, berikanlah kesempatan bagi gubernur atau kami Pemprov menjelaskan kedatangan kami. Mungkin kedatangan kami ini akan ada keuntungan bagi kampus atau mahasiswa. Jadi kalau seperti kejadian kemarin, hal yang sudah direncanakan tidak terjadi," sambungnya.
Seperti diketahui, mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi menolak Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Mahyeldi mengisi materi pengenalan budaya akademik dan kemahasiswaan (PBAK). Akibat penolakan itu, Mahyeldi pun meninggalkan kampus
(astj/astj)