Kopi Arabika Gayo saat ini diminati banyak negara terutama Amerika dan Eropa. Namun ekspor kopi dari dataran tinggi itu tidak tercatat di Aceh, melainkan dari daerah lain. Kok bisa?
Kepala Bea Cukai Aceh Safuadi menjelaskan persoalan tersebut. Menurutnya, ekspor kopi Gayo tercatat dari daerah lain karena hal ini.
"Sebenarnya ekspornya cukup tinggi cuma saya tidak bisa kasih gambaran karena ekspornya tidak langsung dari kantor yang ada di Aceh, sebagian besar keluarnya dari Provinsi lain baik dari Sumatera Utara (Sumut), Jakarta atau Batam," kata Kepala Bea Cukai Aceh Safuadi kepada wartawan, Rabu (23/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, kopi Arabika Gayo tidak dapat langsung di ekspor dari Aceh karena terkendala logistik. Pelabuhan yang ada di Tanah Rencong disebut tidak dapat disinggahi kapal-kapal berukuran besar yang dapat membawa kontainer langsung ke negara tujuan.
Pelabuhan di Aceh disebut hanya dapat disinggahi kapal feeder vessel atau kapal pengangkut dari pelabuhan muat ke pelabuhan transit. Hal itu, katanya, membuat pengusaha kopi harus mengirim barang mereka lewat pelabuhan yang ada di luar Aceh.
"Dan ini membutuhkan biaya tambahan karena harus menggunakan moda transportasi darat juga. Biaya inilah yang menjadi tantangan kita di Aceh yang harus kita pikirkan bersama," ujarnya
Menurutnya, pengiriman dari luar itu membuat ekspor kopi Gayo tercatat di daerah lain. Bila di ekspor langsung dari pelabuhan di Aceh, jelasnya, akan sangat berdampak terhadap kondisi perekonomian.
"Ekspor Aceh tercatat di luar Provinsi Aceh, ini yang menjadi tantangan kita. Bila diekspor langsung dampaknya sangat besar begitu pencatatan devisanya di Aceh, maka Provinsi Aceh akan mendapat dana bagi hasil. Kalau pencatatan di luar Aceh tentu dana bagi hasilnya tidak menjadi milik Aceh. Itu yang sangat kita sayangkan," jelasnya.
Dia menyebutkan, Aceh memiliki potensi kopi luar biasa karena dua daerah di Tanah Rencong yakni Aceh Tengah dan Bener Meriah terkenal sebagai penghasil kopi. Permintaan pasar dunia saat ini juga disebut meningkat.
"Permintaan dunia untuk produk kopi tidak turun tapi meningkat. Ini yang kita yakini bisa kita kembangkan di Aceh. Aceh punya area yang sangat potensial untuk komoditi kopi," kata Safuadi.
Menurutnya, kopi Aceh paling banyak di ekspor ke Amerika dan dan Belanda. Negara-negara lain seperti Timur Tengah dan Turki juga melirik kopi arabika dari Serambi Makkah.
"Sekarang ada permintaan baru dari Italia yang meminta secara khusus 60 ribu ton yang kita yakini itu adalah market baru yang seharusnya kita sambut," ujar Safuadi.
(ags/nkm)