Saat Perempuan di Aceh Jadi Pahlawan Penyelamat Hutan Demi Cegah Bencana

Saat Perempuan di Aceh Jadi Pahlawan Penyelamat Hutan Demi Cegah Bencana

Agus Setyadi - detikSumut
Senin, 14 Agu 2023 22:54 WIB
Suasana desa dan hutan Desa Damaran Baru
Foto: Suasana desa dan hutan Desa Damaran Baru (Agus Setyadi/detikSumut)
Bener Meriah -

Banjir bandang menerjang Desa Damaran Baru, Kecamatan Timang Gajah, Bener Meriah pada 2015 lalu akibat perambahan hutan besar-besaran. Bencana parah itu membangkitkan semangat sekelompok perempuan untuk melindungi hutan demi menyelamatkan desa.

Banjir bandang kala itu menyebabkan sekitar 18 rumah warga rusak parah. Tidak ada korban jiwa dalam musibah yang terjadi pada pertengahan September 2015 itu.

Pasca bencana, beberapa perempuan desa berinisiatif menggelar patroli ke tengah hutan untuk mencegah perambahan dan penebangan liar. Pada awal terbentuk kelompok ranger, mereka berpatroli sebulan sekali di areal hutan lindung seluas sekitar 250 hektare.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ranger ini terbentuk karena kesadaran ibu-ibu mencegah banjir bandang lebih tinggi dibandingkan bapak-bapak karena lelaki kan siangnya sibuk ke kebun," kata Kepala Desa Damaran Baru Irwandi kepada wartawan, Senin (14/8/2023).

Mereka awalnya berpatroli tanpa adanya pengetahuan khusus tentang pencegahan perambahan hutan. Para perempuan itu akhirnya mendapatkan pembinaan dari Yayasan Hutan, Alam dan Lingkungan Aceh (HAKa) hingga mahir menjelajah hutan.

ADVERTISEMENT

Irwandi menyebutkan, saat ini sudah ada 20 perempuan desa yang menjadi ranger. Mereka terbagi dalam tiga kelompok dan melakukan patroli dua kali seminggu atau minimal empat kali dalam sebulan.

Para ranger ini awalnya kerap mendapatkan ancaman kala berhadapan dengan pelaku perambahan hutan. Namun nyali mereka tidak menciut malah menambahkan semangat untuk mengedukasi pelaku agar tidak menggunduli hutan.

Lambat laun, pelaku perambahan hutan di sana mulai berkurang. Meski perambah hutan sudah tidak ada, namun para ranger ini tetap menggelar patroli sesuai jadwal yang mereka tentukan.

"Alhamdulillah sejak 2015 sampai sekarang gak ada lagi banjir bandang, dengan adanya ranger mengurangi perambahan hutan di gunung," jelas Irwandi.

Irwandi menyebutkan, ranger perempuan itu berpatroli secara sukarela tanpa adanya bayaran. Mereka bekerja dengan tujuan agar bencana banjir tidak lagi menerjang desa.

"Mereka bekerja secara swadaya gak digaji," ujarnya.

Kegigihan para perempuan itu menjaga hutan dan satwa menuai hasil. Pada 5 Juni lalu, mereka menerima penghargaan Kalpataru yang diserahkan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar di Auditorium Gedung Manggala Wanabakti KLHK, Jakarta.

Penghargaan itu diterima Ketua Lembaga Pengelola Hutan Kampung (LPHK) Sumini. Penghargaan tersebut disebut menjadi penyemangat bagi para ranger untuk terus menjaga hutan.

"Sekarang tidak ada perambahan hutan di sini," tutup Irwandi.




(Agus Setyadi/afb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads