Kemunculan ikan Red Devil sempat membuat geger karena mengganggu ekosistem asli di Danau Toba. Ternyata setelah diteliti ikan tersebut mampu mengatasi persoalan stunting.
Bupati Toba Poltak Sitorus menyebut ikan Red Devil bisa menjadi kuliner olahan yang lezat. Meski diakuinya ikan itu menjadi ancaman tersendiri.
"Ini persoalan yang harus kita buat jadi berkah, tidak bisa kita tangkap lalu kita ganti, tapi manfaatkan yang ada ini lalu kita tambah nilainya," ungkap Poltak saat acara KaTa Kratif Toba, Rabu (19/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Poltak menambahkan ikan Red Devil sudah diolah menjadi keripik, bakso, dan olahan lainnya. Namun begitu, ia menyebutkan saat ini, pihaknya memerlukan peralatan untuk memproduksi olahan ikan Red Devil tersebut.
"Sekarang yang kita perlukan itu peralatan terkait itu untuk bikin keripik, bakso dan lain-lain. Ibu-ibu ini yang paling buat solusi," ujarnya.
![]() |
Dirut Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) Jimmy Bernando Panjaitan menyebutkan bahwa ikan Red devil ini memiliki rasa yang gurih.
"Kalau digoreng kering, ternyata lebih enak dibanding ikan selar. Mungkin kita beri dorongan agar jadi oleh-oleh," tutur Jimmy.
Jimmy mengatakan daging ikan Red Devil ini sudah diuji di laboratorium Institut Pertanian Bogor (IPB) yang memiliki kandungan protein lebih tinggi dibanding ikan nila.
"Dagingnya sudah dibawa ke IPB Bogor, kandungan protein ternyata lebih tinggi dari nila, jadi kalau kita bisa olah untuk makanan bisa untuk cegah stunting, cuma cita rasanya kurang dan ini bisa kita buat inovasi," ucapnya.
"Ikan endemik di Danau Toba itu sebenarnya mujair. Kemudian muncul ikan Red devil yang dulu nnggak tahu siapa bawa, ini ikan predator, dimakanlah mujair ini," pungkasnya.
(astj/astj)