Puasa Arafah adalah puasa yang dianjurkan untuk dikerjakan oleh umat muslim. Puasa Arafah dikerjakan pada 9 Zulhijah atau dikenal juga dengan "hari Arafah".
Akan tetapi, bagaimana ketentuan puasa Arafah bagi kaum muslimin yang belum menyelesaikan utang puasa Ramadan? Melansir detikHikmah, berikut penjelasannya.
Rasulullah SAW pernah menyebutkan bahwa puasa Arafah dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Beliau bersabda,
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ
Artinya: "Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyura (10 Muharam) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu." (HR Muslim)
Dalam riwayat lain, puasa Arafah disebut sebagai amalan yang tidak pernah ditinggalkan Rasulullah SAW. Landasannya didasarkan dari salah satu riwayat hadits yang dikisahkan oleh Hafshah bin Umar bin Khattab RA.
عَنْ حَفْصَةَ قَالَتْ أَرْبَعٌ لَمْ يَكُنْ يَدَعُهُنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صِيَامَ عَاشُورَاءَ وَالْعَشْرَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ
Artinya: Dari Hafshah RA, ia berkata, "Ada empat hal yang tidak pernah ditinggalkan Rasulullah SAW yaitu, puasa Asyura, puasa sepuluh hari di bulan Dzulhijjah, puasa tiga hari setiap bulan, dan dua rakaat sebelum Subuh." (HR Ahmad dan An Nasa'i)
Abduh Zulfidar Akaha dalam buku 165 Kebiasaan Nabi SAW berpendapat, puasa sepuluh hari bulan Dzulhijjah yang dimaksud adalah puasa sunnah selama sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Termasuk mencakup puasa Arafah pada 9 Dzulhijjah, tetapi di luar hari Idul Adha pada 10 Dzulhijjah.
Penjelasan bila utang puasa Ramadan belum lunas boleh atau tidak puasa Arafah
Terkait pengamalan puasa sunnah sebelum melunasi utang puasa Ramadan masih diperselisihkan di kalangan ulama. Ada sebagian ulama membolehkan sementara ada sebagian lainnya mengharamkan karena dianggap memulai yang wajib daripada sunnah lebih utama.
Syeikh Muhammad bin Sholih al Utsaimin berpendapat, bila didasarkan dengan syariat, memang sudah seyogianya amalan wajib seperti puasa Qadha Ramadan didahulukan dibandingkan dengan puasa sunnah. Sebab, muslim dapat berdosa bila utang puasa wajib tidak dikerjakan sementara amalan sunnah hanya berupa anjuran.
"Atas dasar itulah maka kami katakan bagi siapa saja yang masih mempunyai utang puasa Ramadan, 'Lunasilah hutang anda sebelum anda mengerjakan yang sunnah,'" terang Syeikh Muhammad dalam Majmu' Fatawa Ibnu Utsaimin yang diterjemahkan dari laman Islam Q&A.
Meskipun itu, Syeikh Muhammad menambahkan, puasa sunnah atau puasa Arafah yang diamalkan sebelum utang puasa Ramadan lunas masih tetap sah selama waktu pelunasan utang Ramadan masih lama. Maksudnya, masa pelunasan utang masih berlanjut sampai Ramadan berikutnya.
"Salat wajib misalnya, jika seseorang melaksanakan salat sunnah sebelum salat wajib dengan waktu yang masih leluasa, maka boleh-boleh saja," jelas dia.
Selain itu, Syeikh Muhammad mengatakan, ada kesempatan bagi muslim untuk mendapatkan dua pahala bila berniat untuk melakukan puasa Qadha Ramadan pada hari Arafah. Hal ini berlaku karena puasa sunnah Arafah adalah puasa mutlak yang tidak berkaitan dengan puasa Ramadan.
"Jika dia berniat pada hari itu untuk puasa Qadha Ramadan maka dia akan mendapatkan dua pahala; pahala hari Arafah atau hari Asyura dan pahala puasa Qadha, hal ini jika puasa sunnahnya tersebut adalah puasa muthlak tidak ada kaitannya dengan Ramadan," beber Syeikh Muhammad.
Senada dengan itu, Ustaz Adi Hidayat dalam arsip detikcom, berpendapat bahwa muslim bisa memperoleh dua pahala dalam satu kali puasa sekaligus. Utamanya, bila puasa tersebut diamalkan dengan niat menunaikan utang puasa Qadha Ramadan namun berkeinginan kuat untuk mengamalkan puasa Arafah secara bersamaan.
"Kalau pun niatnya menunaikan puasa wajib, tapi punya keinginan kuat untuk puasa Arafah dan tak mampu melakukannya karena alasan yang dibenarkan syar'i, maka berpeluang juga dapat pahala dari puasa Arafah," ujar Ustaz Adi Hidayat.
Meski demikian, Ustaz Adi Hidayat tetap menekankan pentingnya untuk melakukan puasa Qadha Ramadan terlebih dahulu karena bersifat wajib. Jadi, kata dia, lebih utama untuk mendahulukan puasa Qadha Ramadan.
(dhm/mff)