Geliat pengrajin batik di Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri) beberapa tahun terakhir terus mengalami perkembangan. Hingga saat ini, tercatat hampir 30 UMKM batik dengan 36 motif batik telah dipatenkan.
Ketua Asosiasi Batik Batam, Suratno mengatakan sejak 2018 hingga sekerang geliat pengrajin batik terus bertumbuh. Kerajinan batik menjadi salah satu unggulan UMKM andalan di Batam.
"Alhamdulillah dari 2018 hingga perkembangan batik di Batam pesat sekali, bahkan batik menjadi UMKM unggulan," kata Suratno, yang juga pemilik Galeri Suri Batik Batam, Sabtu (17/6/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perkembangan pengrajin batik di Batam itu terlihat hampir tersebar di 11 dari 12 kecamatan yang ada di Kota Batam. Kerajinan Batik Batam ini kini mulai dipasarkan dan dipamerkan di dalam negeri hingga luar negeri.
![]() |
"Pameran luar negeri terakhir kemarin di Malaysia. Beberapa negara Asia tenggara juga memamerkan batik khas Batam. Alhamdulillah pemerintah juga mensupport hal tersebut. Sehingga batik karya Batam bisa bersaing," ujarnya
Batik Batam sendiri memiliki beberapa motif di antaranya siput gonggong, ikan marlin, rebung, buah naga, rajung bersusun, bunga hutan dan beberapa jenis lain. Setidaknya ada 36 batik khas Batam yang telah didaftarkan hak kekayaan intelektual di Kemenkumham.
"Ada 36 motif asli Batam yang telah didaftarkan HAKI. Tahun ini kami berencana mendaftarkan beberapa motif lagi," ujarnya.
Meski perkembangan batik di Batam cukup baik, namun para pengrajin cukup terkendala dengan bahan baku. Pengrajin di Batam harus mendatangkan bahan baku dari Pekalongan.
"Dari sisi pemerintahan kita cukup support. Karena banyak event yang bisa kami manfaatkan untuk memamerkan hasil karya. Untuk kendalanya sendiri yakni bahan baku, terutama bahan dasar seperti kain, lilin dan bahan lainnya harus didatangkan didatangkan dari solo, Jogja dan Pekalongan. Hampir keseluruhan bahan baku didatangkan dari Jawa," ujarnya.
Jarak memperoleh bahan baku itu akhirnya membuat hasil kerajinan batik di Batam lebih mahal dari daerah lainnya. Apalagi jika kain batik yang diproduksi harus dikirim ke luar Batam.
"Batik Batam ini keluar dari Batam mahal karena selain bahan baku pajak pengiriman juga cukup mahal," ujarnya.
Suratno mengatakan bahwa perbedaan batik asli Batam dengan daerah lainnya terutama Jawa cukup terlihat dari warna dasarnya. Batik asal Batam biasanya memiliki warna cerah seperti kuning, hijau, biru sedangkan batik asal Jawa memiliki corak warna dasar gelap.
"Kalau batik dari Batam biasanya lebih cerah mengikuti kearifan lokal warna khas Melayu dengan warna kuning cerah biru dan warna cerah lainnya. Kalau Jawa lebih gelap," ujarnya.
Batik khas Batam sendiri yang paling digandrungi oleh pembeli adalah motif gonggong dan ikan Marlin. UMKM di Batam biasanya menggunakan Batik cap dan tulis. "Kalau yang terkenal dan banyak dicari ya motif gonggong dan motif ikan marlin,"ujarnya.
Untuk setiap harinya UMKM pengrajin batik bisa memproduksi 20 batik cap. Sedangkan untuk batik tulis untuk satu kain bisa memakan waktu produksi 4 hari.
"Kalau batik tulis 1 kain dengan panjang 2,5 meter itu 4 hari selesai. Untuk batik cap 1 hari bisa 20 kain perbedaannya jauh. Paling susah batik tulis. Kalau batik cap ada kain ada cap jadi," ujarnya.
(dhm/dhm)