Kisah Pengorbanan-Ketaatan Manusia di Balik Munculnya Hari Raya Idul Adha

Kisah Pengorbanan-Ketaatan Manusia di Balik Munculnya Hari Raya Idul Adha

Nizar Aldi - detikSumut
Rabu, 07 Jun 2023 05:30 WIB
Warga membawa sapi yang dibeli Presiden Joko Widodo untuk kurban Idul Adha di Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (8/7/2022). Sapi kurban seberat 1,07 ton dari Presiden tersebut disalurkan oleh Kantor Kepatihan untuk disembelih pada Hari Raya Idul Adha 1443 H mendatang di Masjid Al-Fatah, Cangkringan, Sleman. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/rwa.
Ilustrasi hewan kurban (Antara Foto/Hendra Nurdiyansyah)
Medan -

Penyembelihan hewan kurban menjadi warna tersendiri dalam pelaksanaan Idul Adha yang dirayakan oleh umat Islam setiap tanggal 10 Dzulhijjah. Ternyata ada kisah pengorbanan-ketaatan nabi di balik munculnya hari Raya Idul Adha.

Hari raya Idul Adha tidak bisa dilepaskan dari kisah Nabi Ibrahim dan anaknya, Nabi Ismail. Di mana Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyembelih anak laki-laki yang sudah sangat lama dinantikan oleh Nabi Ibrahim.

Bagaimana tidak, Nabi Ibrahim baru memiliki anak di usia 80-an, dari istri keduanya Sitia Hajar. Siti Hajar merupakan budak dari istri pertama Nabi Ibrahim, Sarah. Siti Hajar merupakan budak yang diberikan raja Mesir ke Sarah sebagai hadiah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena Sarah merasa tidak bisa memiliki anak, padahal Nabi Ibrahim sangat menginginkan anak laki-laki untuk melanjutkan perjuangannya. Bahkan Nabi Ibrahim setiap hari berdoa agar diberikan keturunan. Doa tersebut tercantum di Al-Quran surat Ash-Shaffat ayat 100, berbunyi:

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ

ADVERTISEMENT

Artinya: "Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh,"

Melihat keinginan suaminya itu, Sarah kemudian meminta agar Nabi Ibrahim menikahi Siti Hajar. Nabi Ibrahim dan Siti Hajar kemudian menikah dan tinggal di Mekkah.

Tidak berapa lama setelah menikah, Siti Hajar kemudian mengandung hingga akhirnya lahir anak laki-laki yang diberi nama Ismail. Nabi Ibrahim sungguh bahagia, namun kebersamaan dia dengan anaknya tidak berlangsung lama, sebab ia kemudian diperintahkan oleh Allah SWT untuk ke tempat istri pertamanya Sarah di Yerusalem.

Nabi Ibrahim dan Siti Hajar menaati perintah tersebut dengan ikhlas, Siti Hajar dan Ismail tinggal di Mekkah berdua. Kisah itu pun tercantum dalam Al-Quran surat Ibrahim ayat 37, berbunyi:

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

Artinya: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezeki lah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur,"

Sebelum meninggal istri dan anak yang diidamkannya selama ini, Nabi Ibrahim menyiapkan bekal beberapa roti dan air di minum. Nabi Ibrahim sangat berat hati meninggalkan anaknya yang masih menyusui saat itu.

Selama ditinggal Nabi Ibrahim, Siti Hajar banyak mengalami kesulitan, terutama dalam menyediakan air minum untuk buah hatinya. Dalam mencari air minum tersebut, Siti Hajar berjalan cepat sebanyak tujuh kali dari bukit Shafa ke Marwah.

Peristiwa pencarian air minum tersebut kemudian menjadi salah satu rukun ibadah haji saat ini, yaitu proses ibadah Sa'i. Sumber air yang akhirnya menjadi air minum bagi keduanya merupakan air zam-zam yang saat ini kita kenal.

Saat umur Ismail sekitar 6-7 tahun, Nabi Ibrahim kemudian kembali ke Mekkah untuk menemui buah hati dan istrinya. Belum lama menikmati waktu bersama, Nabi Ibrahim kemudian diperintahkan Allah SWT untuk menyembelih Ismail melalui mimpi.

Hati Nabi Ibrahim gundah gulana, di satu sisi dia diperintahkan Allah SWT untuk menyembelih anaknya dan di satu sisi, Ismail merupakan anak yang diperoleh setelah penantian panjang. Di tengah kegundahan hati tersebut, Nabi Ibrahim kemudian mengajak Ismail berbicara perihal mimpi tersebut.

Singkat cerita Ismail bersedia untuk disembelih sesuai perintah Allah SWT. Mendengar jawaban Ismail, Nabi Ibrahim sungguh sedih sekaligus bersyukur karena anaknya berbakti kepada orang tua dan mentaati perintah Allah SWT.

Setelah itu, prosesi penyembelihan pun dilaksanakan dengan mengikat tangan dan kaki Ismail Ismail. Nabi Ibrahim memejamkan mata sembari mengarahkan pisau atau golok ke leher Ismail, namun tiba-tiba Allah SWT menggantikan Ismail dengan seekor domba.

Peristiwa itu diabadikan dalam Al-Quran surat As-Shaffat ayat 107-110. Sebagaimana berbunyi seperti berikut:

وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ

Artinya: "Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar," (As-Saffat: 107).

وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ

Artinya: "Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian," (As-Saffat: 108).

سَلَامٌ عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ

Artinya: "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim," (As-Saffat: 109).

كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ

Artinya: "Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik," (As-Saffat: 110).

Kisah Nabi Ibrahim yang sangat menaati perintah Allah SWT dengan mengorbankan anak yang sudah sedari lama dinantikannya tersebut lah menjadi kisah di balik Hari Raya Idul Adha. Begitu juga Ismail, yang kelak menjadi nabi begitu berbakti dan menaati perintah Allah SWT sejak kecil.




(astj/astj)


Hide Ads