Detikers mungkin sudah tidak asing dengan kata Fear Of Missing Out (FOMO). Istilah ini sering digunakan di kalangan milenial maupun Gen Z.
Dikutip dari website Universitas Ahmad Dahlan, FOMO sering dikaitkan kepada seseorang yang takut kehilangan momen. Terlebih momen tersebut lagi ramai diperbincangkan oleh banyak orang.
Orang-orang yang mengalami FOMO selain takut kehilangan momen, juga punya kebiasaan pada tindakan membandingkan diri sendiri dengan apa pun yang diposting orang lain di sosial media.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, dilansir dari website Kemenkeu, ada beberapa gejala FOMO yang harus diketahui di antaranya:
- Selalu mengecek gadget. Kebiasaan memegang gadget seakan sudah tidak bisa dihilangkan. Seseorang yang mengalami FOMO akan selalu mengecek ponsel. tepat ketika bangun tidur bahkan sebelum tidur seakan tidak mau ketinggalan berita apapun.
- Lebih peduli dengan media sosial daripada kehidupan nyata akibatnya muncul keinginan untuk diakui orang lain di dunia maya.
- Selalu ingin tahu kehidupan orang lain.
- Selalu ingin tahu gosip terbaru.
- Mengeluarkan uang melebihi kemampuan dan membeli hal yang sebenarnya tidak penting dengan dalih agar tidak ketinggalan zaman.
- Mengatakan "ya" bahkan di saat sedang tidak ingin. Hal ini sering terjadi ketika seseorang tidak ingin ketinggalan apapun sehingga selalu menerima setiap ajakan yang sebenarnya tidak menarik atau tidak perlu.
Perlu diketahui, ternyata seseorang yang membiarkan perasaan FOMO dapat memicu hal negatif seperti stres, depresi, maupun kelelahan. Hal ini terjadi karena ketidakpuasan seseorang pada hidup mereka atau merasa kurang dengan apa yang dimiliki.
Selain itu, FOMO juga dapat memicu munculnya masalah finansial seperti yang disebutkan pada gejala di atas, seseorang rela mengeluarkan biaya yang besar demi tetap up-to-date dan tidak ketinggalan zaman.
Selain memicu dampak negatif, FOMO juga bisa memberikan dampak positif. Satu di antaranya di mana FOMO dapat membuat seseorang sebagai alarm alami untuk membuat diri menjadi lebih menyayangi dan fokus dengan yang ingin dicapai.
Balik lagi, bukan bagaimana seseorang tersebut mengatasinya tetapi bagaimana bisa mengerti apa yang fear ini inginkan dari diri seseorang, apa yang fear ini kasih tahu ke diri seseorang tersebut.
Selain itu, ternyata rasa takut juga harus menjadi pengingat bahwa seseorang harus melakukan sesuatu, ada suatu target yang dicapai walaupun tidak sama persis dengan sesuatu yang dicapai orang lain. Namun, pada intinya seseorang harus menemukan sesuatu yang dapat membuat diri nyaman dan bahagia.
Berikut tips mengurasi perasaan FOMO bagi seseorang, di antaranya:
1. Fokus pada diri sendiri
Setiap orang tidak mungkin untuk terus mengikuti perkembangan setiap saat. Begitu pula dengan bahagia, seseorang tidak mungkin dalam keadaan bahagia setiap saat karena hidup itu berputar. Kita tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain karena setiap orang tidak sama dalam menjalani kehidupannya.
2. Membatasi penggunaan media sosial dan gadget
Salah satu penyebab FOMO dipicu oleh postingan dan update orang lain di media sosial. Karena itu, dengan membatasi diri dalam penggunaan media sosial dapat mengurangi FOMO.
3. Mencari koneksi nyata
Kita adalah makhluk sosial yang sejatinya membutuhkan orang lain. Oleh karena itu, penting untuk menjalin hubungan sosial dengan orang lain alih-alih hanya melakukannya lewat media sosial. Perasaan FOMO akan perlahan hilang dengan sendirinya ketika kita mengutamakan koneksi nyata.
4. Hargai diri sendiri
Menyadari bahwa banyak hal-hal baik yang dimiliki atau dilakukan dan selalu bersyukur atasnya, dapat mengurangi rasa iri dan rasa kekurangan pada diri. Cobalah fokus pada apa yang sedang dikerjakan saat ini alih-alih mencari pembuktian dari orang lain.
(dhm/dhm)