Mengenal Gunung Anak Krakatau: Sejarah dan Fakta-faktanya

Mengenal Gunung Anak Krakatau: Sejarah dan Fakta-faktanya

Felicia Gisela Sihite - detikSumut
Senin, 15 Mei 2023 10:44 WIB
Gunung Anak Krakatau
Gunung Anak Krakatau (Foto: Wikimedia Commons/Uprising)
Lampung -

Krakatau terbagi menjadi empat pulau yakni Rakata, Sertung, Panjang dan Anak Krakatau. Ketiga pulau pertama adalah sisa pembentukan kaldera, sedangkan Anak Krakatau mulai tumbuh pada tanggal 20 Januari 1930.

Agar lebih mengenal Gunung Anak Krakatau, detikers tentu harus paham asal mula terbentuknya gunung tersebut. Berikut detikSumut rangkum sejarah lahirnya Gunung Anak Krakatau dilansir dari laman resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Badan Geologi.

Letusan Gunung Krakatau

Gunung Anak KrakatauGunung Anak Krakatau (Foto: Wikimedia Commons/Lord Mountbatten)

Krakatau terbentuk pada 416 SM saat terjadi letusan besar yang menyebabkan tsunami dan pembentukan kaldera. Sebelum terjadi paroksismal kedua, beberapa letusan terjadi diikuti dengan pertumbuhan kerucut Rakata, Danan dan Perbuatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Letusan paroksismal 27 Agustus 1883 menjadi yang terbesar dalam sejarah letusannya. Letusan tersebut melontarkan rempah vulkanik dengan volume 18 km3, tinggi asap 80 km dan tsunami 30 m di sepanjang pantai barat Banten dan pantai selatan Lampung.

Akibatnya, 297 kota kecil hancur sebanyak 36.417 jiwa tewas. Diperkirakan ada 2.000 orang tewas di Sumatera bagian selatan oleh "abu panas" dan 3.150 orang tewas diarah piroklastik yakni pulau-pulau antara Krakatau dan Sumatera.

ADVERTISEMENT

Lahirnya Gunung Anak Krakatau

Krakatau kembali tenang mulai Februari 1884 sampai Juni 1927. Hingga akhirnya, erupsi yang berkomposisi magma basa muncul di pusat komplek Krakatau pada 11 Juni 1930 dan dinyatakan sebagai kelahiran Gunung Anak Krakatau.

Banyaknya letusan membuat Gunung Anak Krakatau tumbuh semakin besar dan tinggi membentuk kerucut yang mencapai tinggi 300 m dari muka laut. Selain itu, wilayah daratannya pun semakin luas.

Sejak lahirnya hingga tahun 2000, Gunung Anak Krakatau telah erupsi lebih dari 100 kali baik bersifat eksplosif maupun efusif. Pada umumnya titik letusan selalu berpindah-pindah di sekitar tubuh kerucutnya.

Waktu istirahat Gunung Anak Krakatau berkisar antara 1-8 tahun dan terjadi 4 tahun sekali berupa letusan abu dan leleran lava. Kegiatan terakhirnya adalah letusan abu dan leleran lava yang berlangsung pada 8 November 1992-Juni 2000.

Fakta Gunung Anak Krakatau

Gunung Anak KrakatauGunung Anak Krakatau (Foto: Wikimedia Commons/Dwi Bayu Radius)

Dengan luas sekitar 320 hektare, Anak Krakatau merupakan tempat wisata yang populer terutama di antara para pendaki dan peneliti gunung api. Karena status aktif dan bisa tiba-tiba erupsi, keseluruhan wilayahnya merupakan pulau tak berpenghuni.

Gunung Anak Krakatau juga masuk ke dalam kawasan cagar alam Krakatau yang dikelola oleh Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Lampung. Untuk mencapainya, bisa dengan melewati 3 jalur.

Jalur pertama yakni Pelabuhan Tanjung Priok dengan menggunakan kapal Jet-Foils atau kapal pesiar. Jalur kedua yaitu Pelabuhan Perikanan Labuan di Kabupaten Pandeglang, Banten dengan menggunakan kapal motor atau kapal nelayan.

Jalur terakhir ditempuh dari Pelabuhan Canti di Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, dengan menggunakan kapal motor atau kapal nelayan yang akan melewati Pulau Sebuku dan Pulau Sebesi.

Nah, itulah sejarah lahirnya Gunung Anak Krakatau beserta fakta-faktanya. Apakah detikers sudah lebih mengenal Gunung Anak Krakatau? Semoga artikel ini menambah pengetahuanmu, ya!

Artikel ini ditulis oleh Felicia Gisela Sihite, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(mff/astj)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads