Tak terbayangkan di benak Felicia Gisela Br Sihite, bisa diterima menjadi salah satu peserta Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) Kampus Merdeka di detikcom. Karena diterima di detikcom, Feli-sapaan mahasiswi Universitas Sumatera Utara (USU) ini memilih untuk mengabaikan kesempatan magang di tempat lain.
Kala itu Feli mengikuti seleksi mitra Kampus Merdeka lain seperti BTPN Syariah (lolos), Pegadaian (tahap ketiga) dan United Tractors (tahap kedua). Sedari awal mengincar magang di detikcom dan dinyatakan lulus, dia akhirnya tidak melanjutkan proses seleksi di tempat lain.
"Karena memang Feli nggak mau kehilangan kesempatan di detikcom. Feli nggak tungguin lagi pengumuman dari mitra lain," ujar Felicia, Minggu (16/4/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di awal memulai magang, tak mudah untuk Feli sebagai orang pendiam dan pemalu. Bekerja di media menuntutnya lebih bisa banyak berinteraksi dengan berkomunikasi dengan orang lain. Karena sudah memilih magang di detikcom, jalan itu harus dilewati dan dijalani.
Apalagi Feli berasal dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis serta tidak memiliki pengalaman di pers kampus, dunia jurnalis merupakan hal yang sangat baru baginya. Tapi dia memberanikan melawan ketakutan di dirinya. Ayahnya yang seorang reporter di TVRI memberikannya inspirasi.
"Saya memang pembaca detik, waktu itu melihat detik ada buka lowongan. Kebetulan saya tertarik dengan dunia jurnalistik karena orang tua saya reporter di TVRI," urainya.
![]() |
Petualangan Feli magang di detikcom dimulai 16 Februari 2023. Karena domisili Kota Medan, Feli di tempatkan di detikcom regional Sumatera Utara yang berlokasi di Jalan Hayam Wuruk, Medan. Tugas pertama yang diberikan kepadanya sebagai anak magang melakukan wawancara karyawan detikcom. Begitu juga dengan teman-teman peserta magang lainnya mendapatkan tugas yang sama.
"Saya sebelum magang orangnya pendiam, pemalu," tutur gadis berkacamata ini.
"Pengalaman di sini, sejak magang di sini, langsung menginterview karyawan detikcom," lanjut Feli.
Rasa malu, pendiam itu coba dilawannya karena tugas mewawancarai karyawan merupakan konsekuensi pilihan magang di detikcom. Beruntung tugas pertama berjalan dengan lancar tanpa kendala.
Kemudian satu persatu tugas yang diberikan dilahap Feli. Di detikcom, Feli belajar cara menulis yang baik dan benar sesuai kaedah dan kode etik jurnalistik. Dia mendapatkan ilmu itu dari mentor yang juga seorang reporter.
Feli tidak hanya belajar tentang bagaimana cara menulis, di detikcom Feli belajar menjadi seorang presenter. Semua itu pengalaman baru baginya yang tak pernah terbayangkan sebelumnya dan mengasah mentalnya lebih baik.
"Di sini saya harus dipaksa masuk ke keramaian, harus bisa nggak gugup di depan banyak orang, mental. Jadi saya bisa lebih terbuka di depan banyak orang, bebas bertanya," kata dia.
Pengalaman lain yang tak pernah dipikirkan sebelumnya yakni bisa mewawancarai tokoh-tokoh penting di Provinsi Sumatera Utara. Bukan hanya wawancara, Feli juga memanfaatkan kesempatan itu untuk bisa berfoto bersama.
"Sudah pernah wawancara, foto sama Pak Ijeck (Wakil Gubernur Sumut). Ikuti rapat TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) ada Gubsu (Edy Rahmayadi) juga, kemarin dibawa (mentor) ke acara Musrembang Sumut ada (wawancara) bupati di sana," ungkap Feli.
Setelah dua bulan bergabung dengan detikcom, Feli menilai pekerjaan menjadi jurnalis seru dan menantang. "Jurnalis itu kayak, sebenarnya susah dideskripsikan dengan kata-kata. Harapan ke depannya, mungkin ke depan saya nggak jadi wartawan, tapi saya tahu bagaimana media dan lingkungan kerja," ucapnya.
Feli selanjutnya menyampaikan harapan agar program ini dapat terus dipertahankan dan diperbanyak kuota mahasiswa yang bisa ikut. Sebab, dia menilai pengalaman magang akan banyak membantu ketika sudah lulus kuliah nanti.
"Semoga MSIB bisa terus membuka program ini, bisa untuk melatih kemampuan mahasiswa lainnya dan manfaat ilmu lain, bisa dimulai dari kampus, bisa tahu dunia di luar dan pengalaman di dunia kerja," katanya.
Proses Pencarian Jati Diri
Aya ikut dalam pembuatan konten untuk kebutuhan media sosial detikSumut. (Foto: Istimewa)
|
Awalnya mahasiswi Ilmu Komunikasi FISIP USU yang akrab disapa Aya ini mendapatkan informasi program magang dari Instagram MSIB. Dari situ juga Aya tahu detikcom menjadi salah satu mitra.
Tidak berpikir panjang, gadis 20 tahun itu langsung mengikuti proses seleksi. Selain di detikcom, Aya juga mengikuti seleksi program magang di mitra lain seperti Telkomsel dan Alfamidi. Dalam prosesnya dinyatakan lulus di Alfamidi dan detikcom. Setelah berbagai macam pertimbangan, Aya memilih untuk magang di detikcom.
Sama seperti Feli, Aya yang juga berdomisili di Medan diberikan penempatan di detikcom regional Sumut yang beralamat Jalan Hayam Wuruk Medan. Bedanya dengan Feli, Aya punya pengalaman di organisasi kampus bernama USU Media. Sejak 2020 dia bergabung di USU Media hingga saat ini dipercaya menjadi produser.
"USU Media berbeda. Bedanya di USU Media lebih ke entertainment," tutur Aya.
Karena USU Media banyak memproduksi konten video, Aya merasa pengalamannya mirip dengan yang dilakukan kanal 20Detik, memproduksi konten video.
USU Media juga memproduksi konten dari awal, mulai proses pemilihan tema, tapping, riset, editing. Sebagai produser dia dipercaya mengawasi seluruh proses itu.
"Kurang lebih sama, kalau di 20Detik itu dia kan misalnya hari ini syuting besok naik. Kalau kami nggak, karena kan kami proses editing lebih lama. Ada juga (deadline), kami ada program news juga, itukan hasil produksi video juga, kalau liputan hari ini besok harus naik," jelasnya.
Aya mencontohkan salah satu program USU reel yang tayang di Instagram, di sana dia yang menjadi produser. Konten yang diproduksi juga ringan, tidak bekerja sendiri. Sebagai produser Aya dibantu tiga sampai empat crew memproduksi konten.
Baca juga: 2.303 Calon Mahasiswa Lolos SNBP USU 2023 |
![]() |
Awal mula bergabung dengan USU Media tahun 2020 lalu, Aya juga memulai sebagai seorang crew yang bertugas membantu produser. Proses di USU Media diawalinya dari bawah. Tidak hanya reels Instagram USU Media juga membuat konten video untuk YouTube jika durasinya lebih lama.
Sudah dua bulan berlalu sejak pertama kali Aya menginjakkan kaki di kantor detikSumut. Banyak ilmu dan pengalaman baru yang dirasakannya terutama pertama kali turun ke lapangan mengikuti reporter yang ditunjuk menjadi mentornya.
"Dapat banyak pengalaman, mulai dari karena baru pertama kali juga kan turun, maksudnya baru pertama kali di bidang jurnalis, jadi banyak ketemu macam-macam narasumber. Kayak mana caranya liputan, caranya menulis. Terus dapat banyak pengalaman dari teman-teman juga, dan mentor-mentor yang baik. Kakak reporter yang baik," katanya.
Dua bulan ini Aya tidak banyak ke lapangan karena ditugasi menjadi SEO writer dan menulis artikel timeless atau yang bukan peristiwa. Beberapa kali turun ke lapangan untuk liputan dia pernah mewawancarai beberapa orang seperti manager Transmart Medan, pengelola Istana Maimun Medan dan Wali Kota Medan Bobby Nasution.
Mewawancarai menantu Presiden Joko Widodo itu menjadi pengalaman paling berkesan yang dirasakannya. Kala itu wawancara dengan Bobby bersama-sama reporter dari media lain.
"Kemarin sama Wali Kota Medan Bobby Nasution. Tapi wawancaranya ramai-ramai dengan wartawan lain. Seru aja, baru pertama kali wawancara ramai-ramai. Seru ngelihat yang lain, keren yang lain," katanya.
Budaya di kantor yang nyaman dan seru bersama para karyawan menjadi nilai tambah untuk dia. Pengalaman lain yang tidak pernah terpikirkannya yakni menulis tulisan SEO. Ternyata, menurut Aya, membaca dan menulis artikel SEO tidak semudah yang dipikirkan.
"Untuk menulis kayaknya masih oke-oke aja, ilmunya. Karena sekarang sama SEO Jakarta, agak sedikit ribet. Padahal kalau baca aja nggak seribet itu, dikasi kueri dikerjai, satu hari dua artikel dan kueri dari Jakarta, ditentuin," ungkapnya.
Aya selanjutnya menyampaikan harapannya untuk program Kampus Merdeka. Dia tidak ingin program ini berhenti sampai di sini, karena Aya ingin banyak mahasiswa lain yang bisa merasakan dampak positif mengikuti program magang.
"Semoga program terus berjalan sampe ke depan, jadi nanti supaya mahasiswa yang lain itu lebih tahu aja, dunia perkuliahan beda. Kami kan sekarang udah ngerasain dunia kerja tuh, walaupun belum yang gimana-gimana banget, tapi mulai terasa beda kuliah sama kerja. Bisa dapat pelajaran tamat kuliah dapat gambaran dunia kerja bagaimana," katanya.
"Jadi sambil magang mencari jati diri, sebenarnya pengennya kemana. Cocok nggak sebenarnya ke sini," sambungnya.
Terakhir Aya mengatakan ingin melanjutkan kuliah ke jenjang magister setelah lulus nanti. Namun, keinginannya untuk bisa bekerja juga besar. Harapan Aya kedua keinginan tersebut bisa berjalan beriringan.
Nikmatnya Kerja Sambil Jalan-jalan
Grifin ketika mengikuti seminar Gender equality in electricity sector USAID SINAR bersama MKI dan PLN. (Foto: Istimewa)
|
Mahasiswi USU ini magang di USAID Sinar Jakarta setelah melalui proses seleksi di Kementerian ESDM. Setelah lulus, oleh Kementerian ESDM mendapat penempatan di salah satu mitra yakni USAID Sinar.
"Enaknya magang di sini saya sering dibawa jalan-jalan. Kemarin dibawa ke Bali gratis semua, sekalian jalan-jalan. Nggak terbayang begitu, bakal sering jalan-jalan. Selama dua bulan magang sering jalan-jalan, kayak ke Bogor, Bali Semarang. Enjoy juga menikmati, sesuai juga dengan tekanan kerja," ujar Grifin.
Di awal memulai magang di dunia kerja kesulitan yang dihadapinya soal lingkungan kerja. Sebab, di USAID Sinar rekan kerjanya tidak ada yang seumuran. Selain itu dia juga tidak ada teman magang Kampus Merdeka di perusahaan tersebut. Murni dia sendiri.
"Kesulitan beradaptasi, kalau di kuliah kan mungkin teman-teman seumuran. Tapi di dunia kerja itu sama orang yang lebih tua, jadi kayak harus beradaptasi secepatnya. Kayak saya dari Medan, penempatan di Jakarta, budayanya kan beda. Jadi kayak mereka ngomong lembut, saya kan dari Medan ngomong suaranya agak beda. Syukurnya bisa diatasai secepat mungkin, jadi di kita aja bagaimana beradaptasi," katanya.
Grifin menyampaikan harapannya untuk Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Sejauh ini dia melihat program Kemendikbudristek ini sangat baik karena memberikan kesempatan mahasiswa untuk merasakan dunia kerja yang sesungguhnya.
"Mungkin yang perlu diperhatikan soal bantuan biaya hidup mahasiswa. Sistem kurang sesuai, kalau kita tahu dikasi per termin begitu, hitungan dua bulan. Kalau saya pribadi kurang tepat karena banyak teman-teman yang mengeluh karena kayak sudah merantau, uang pas-pasan juga," harapnya.
Diharapkan Serap Ilmu Sebanyak Mungkin
Selama mengikuti program magang di detikcom, para peserta dimentori oleh Ahmad Arfah yang juga Koordinator Liputan detikcom regional Sumut.
"Lima orang dari USU, satu dari Potensi Utama, satu lagi dari Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan," ujarnya.
Arfah mengaku baru pertama kali menjadi mentor magang untuk mahasiswa. Ini dijadikan pengalaman baru untuk mengasah kemampuannya. Kebijakan dibuat Arfah, tujuh mahasiswa magang digilir mengikuti dengan sejumlah reporter yang ada.
Dia ingin anak magang bisa belajar dan turun ke lapangan bersama para reporter. Dengan begitu anak magang bisa mengetahui teknik mencari berita mulai dari reportase, konfirmasi, wawancara dan sebagainya.
"Magang itu kan sudah hampir sama dengan kerja. Jadi mereka harus bisa merasakan dan melihat cara kerja reporter," tuturnya.
Bukan hanya menulis artikel peristiwa, para anak magang itu juga diajarkan Arfah menulis artikel timeless. Untuk yang belajar menulis artikel itu diarahkan Arfah belajar dengan SEO (Search Engine Optimization) writer.
"Di sini ada satu SEO writer spesialis. Nanti mereka diajarkan bagaimana cara menulis artikel yang ramah Google dan sebagainya," sebut Arfah.
Arfah berharap mahasiswa yang ikut program magang dapat mengambil dan menyerap ilmu sebanyak mungkin. "Jangan sia-sia kan kesempatan baik ini, manfaatkan sebaik mungkin untuk mendapatkan pengalaman dan ilmu yang banyak," pesan dia.
Program MSIB Tingkatkan Soft dan Hard Skill Mahasiswa
Foto: Dokumentasi USU
|
"Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka dilaunching Kemendikbudristek pertengahan 2020. Salah satu gagasan latar belakang itu diluncurkan oleh Menteri mas Nadiem Anwar Makarim itu kan karena menilai bahwa materi pembelajaran di perguruan tinggi itu kadang-kadang relatif tertinggal dari luar, terutama dalam dunia industri, jasa. Industri tidak diartikan konotasi sebagai pekerjaan teknis berat, nggak. Industri itu lingkungan pekerjaan yang dijalankan oleh swasta pemerintah dan masyarakat," jelasnya.
Dasar itulah yang dijadikan menteri hingga menginisiasi program tersebut. Dengan begitu pihak kampus dan mitra dapat melakukan harmonisasi dan sinergi. Sehingga mahasiswa dapat pemahaman bagaimana dunia kerja, maka didorong mahasiswa mengambil 60 sks maksimal setara dengan tiga semester di luar.
"Jadi mereka boleh mengambil maksimal 60 sks, jadi pandangan kementerian bahwa, sarjana dengan 144 sks, katakan seperti itu ya. Dengan 80-90 sks saja sudah cukup memahami materi di rumpun ilmu, biarlah 60 sks itu dia ambil yang dia rasa itu akan menambah soft skill dan terutama soft skill terutama soal attitude, leadership, soal profesionalisme di luar, yang tidak dapat di bangku perkuliahan," jelasnya.
Edy menilai dengan begitu mahasiswa ketika lulus dan menjadi sarjana dapat memiliki kemampuan soft skill dan hard skill yang dibutuhkan di dunia kerja. Di USU program Kampus Merdeka sudah berjalan sejak 2021 lalu. Sedangkan Kemendikbudristek melaunching pada pertengahan 2020.
Adapun program Kampus Merdeka, kata dia, terdiri dari delapan program mulai dari Merdeka Belajar ada magang, kemudian ada studi independen, kampus mengajar, mahasiswa merdeka, kemudian ada kegiatan kemanusiaan, KKN tematik di desa, kemudian sampai kegiatan dalam konteks bela bangsa dan sebagainya.
"Program ini kan program yang dirancang dengan baik, dalam arti kata ada komunikasi yang dibangun antara universitas dengan mitranya. Jadi di dalam kegiatan itu sebenarnya ada indikator yang disusun, ada bahan materi yang disusun antara universitas dan mitra. Kita berharap bahwa mitra dan universitas bisa fix dan komit terhadap materi yang diajarkan, ini seperti pindah kuliah saja," urai Edy Ikhsan.
Mahasiswa yang ikut program magang Kampus Merdeka diwajibkannya ikut aturan main yang ada di perusahaan atau mitra tempatnya
magang. Dia mencontohkan detikcom yang menjadi salah satu mitra Kampus Merdeka untuk program magang.
"Dia (mahasiswa) harus mengikuti aturan di detikcom, karena penilaian akhir digabungkan antara detikcom dan USU. dan Di USU ketika mereka pulang dari detikcom nanti di ujung mereka akan persentase namanya gladi karya. Jadi mereka harus mengisi yang namanya log book-nya ya kan. Itu dinilai oleh dua mentor dari detikcom dan USU dan itu yang kemudian menyimpulkan apakah bisa mereka direkognisi dengan 20 sks," bilangnya.
"Kalau tidak, tidak direkognisi, jadi artinya bahwa tingkat kesulitan juga tinggi, jadi tidak bisa dianggap bahwa aku ngambil magang di detikcom bahwa aku otomatis lulus 20 sks, itu artinya apa bahwa kita berharap anak-anak ini betul-betul disiplin dan betul-betul menjalankan apa yang diarahkan mentor dan apa yang mentor ada di USU kemudian apa mereka dapat advice perbaikan bulan per bulan dan seterusnya, kita mencoba melakukan itu di USU, tidak seperti dulu," bebernya.
Di masa lalu, sebelum ada program Kampus Merdeka, mahasiswa ketika magang diberikan pekerjaan yang tidak menambah kemampuannya baik secara soft skill dan hard skill.
"Kalau bicara dulu kita magang, kadang-kadang disuruh antar surat, foto copy, beli rokok. Ini tidak dia magang yang pekerjaan jurnalisme selama dia kerja di detikcom," tutupnya.
Artikel ini diperlombakan untuk Karya Jurnalistik Kemendikbud dengan tema "Kebermanfaatan dan Praktik Baik Merdeka Belajar dan Merdeka Berbudaya".