Aksi penolakan dan pembubaran terhadap pengajian Ustaz Hanan Attaki oleh Banser NU dibenarkan Bendahara GP Ansor Jawa Timur, M Fawait atau Gus Fawait. Ia meminta warga tak memaksa mengelar pengajian jika ada penolakan.
"Saya mendengar dan mengetahui masalah tersebut. Saya pikir bahwa kita harus berkomitmen bersama menjaga kondusivitas masyarakat. Semua orang harus menahan diri, menahan ego masing-masing bahwa pengajian itu bagus, pengajian itu baik. Namun, kiranya pengajian itu membawa mudarat saya pikir bisa ditahan, dan dibicarakan bersama," kata Gus Fawait dilansir detikJatim, Sabtu (17/2/2023).
Ia menyebutkan, pengajian Ustaz Hanan Attaki di Pamekasan tidak sesuai dengan kultur dan budaya masyarakat Jawa Timur, termasuk di wilayah Desa Laden, Pamekasan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Toh juga jangan sampai hal ini bisa memicu dan membelah masyarakat. Karena tujuan pengajian itu supaya kita lebih religius, mencintai bangsa-negara, keluarga, dan sesama. Maka kalau kiranya pembicaranya itu tidak bisa diterima oleh masyarakat banyak di daerah sekitar ya mbok ya dipikirkan, jangan memaksakan diri," jelasnya.
Gus Fawait juga menyarankan kepada masyarakat yang memang ingin mendengarkan pengajian Ustaz Hanan Attaki agar mendatangi wilayah Ustaz Hanan Attaki, bukan memaksa menggelar pengajian di wilayah yang banyak warga tidak menyukainya.
"Kalau ada yang ingin mendengar bisa datang ke tempat beliau. Kalau di daerahnya terjadi pro-kontra karena tidak menghendaki, jangan memaksa. Intinya jangan sampai niat baik justru praktiknya tidak baik dan bisa memecah belah masyarakat, apalagi filosofi pengajian itu tidak sesuai dengan tujuan awal," jelasnya.
Menurutnya justru wajar terjadi penolakan terhadap pengajian Ustaz Hanan Attaki di beberapa tempat di Jawa Timur. Sebab, pernyataan-pernyataan Ustaz Hanan Attaki yang menurutnya tidak sesuai dengan kultur-budaya masyarakat Jatim.
"Nah maksud saya tidak mungkin kalau tidak asap tidak ada api. Selama ini pernyataan Ustaz itu mungkin tidak sesuai dengan masyarakat Jatim dan Pamekasan. Maka sebaiknya pihak-pihak terkait harus menahan diri, baik panitia dan kawan kami di Pamekasan jangan sampai jadi konflik horizontal," ujarnya.
Ia juga menyarankan agar masyarakat memilih pembicara atau tokoh agama yang sesuai dengan kultur budaya sekitar dan meminimalisir risiko terjadinya chaos.
"Kalau ada yang tidak menerima jangan dipaksa. Toh pengajian bukan hal wajib seperti salat 5 waktu. Jangan sampai hal tidak wajib justru mendatangkan mudarat besar dibanding manfaatnya," katanya.
Ia meminta jika ada masyarakat yang bersangkutan mengidolakan seseorang agar datang ke tempatnya saja, tidak memaksa menggelar pengajian dengan mengundang tokoh tersebut. "Jangan dipaksa, nanti malah ada masalah baru. Tahan diri utamakan keutuhan dan persiapan Pemilu harus kita dukung dengan kondusifitas masyarakat," tandas Ketua Fraksi Gerindra DPRD Jatim ini.
(nkm/nkm)