Turki dan Suriah diguncang gempa berkekuatan M 7,8 Senin waktu setempat. Hingga kini upaya penyelamatan dan pencarian korban masih terus dilakukan.
Selain itu banyak negara yang mengirimkan logistik dan tenaga manusia untuk evakuasi menyelamatkan korban yang masih tertindih reruntuhan gedung. Gempa tersebut diketahui berada di Kahramanmaras, Turki.
Gempa sendiri terjadi lantaran adanya gerakan Sesar Anatolia Timur, yang lokasinya berada pada tiga lempeng aktif bumi, yakni Lempeng Anatolia, Lempeng Arab, dan Lempeng Afrika.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Empat hari setelah peristiwa itu ditemukan sejumlah fakta terkait gempa tersebut. Berikut detikSumut hadirkan 5 fakta terkait gempa Turki.
1. Korban Mencapai 21.000 Jiwa
Update terbaru terkait jumlah korban tewas akibat gempa yang melanda Turki dan Suriah kini sebanyak 21.051, Jumat (10/2/2023) pagi. Adapun sebanyak 17.674 korban meninggal ditemukan di Turki dan korban di Suriah sebanyak 3.377.
Diduga, jumlah korban akan terus bertambah. Sebab, mengingat situasi lokasi gempa yang masih banyak ditemukan gedung runtuh dan dinginnya suhu sehingga korban yang belum dievakuasi sulit bertahan hidup.
2. Pemimpin Dunia Menyumbang Sebulan Gaji untuk Turki
Presiden Taiwan, Tsai Ing Wen, dan wakilnya William Lai menyumbang sebulan gajinya untuk Turki. Hal tersebut disampaikan kantor kepresidenan, Kamis (9/2).
3. Kerugian Rp 60 Triliun
Fitch sebuah lembaga pemeringkat melaporkan bahwa gempa yang menimpa Turki dan Suriah diprediksi menimbulkan kerugian ekonomi sebesar US$4 miliar atau setara Rp 60,4 triliun (dengan asumsi kurs Rp 15.115/US$).
"Kerugian ekonomi sulit diperkirakan karena situasinya yang terus berkembang, tetapi tampaknya lebih dari US$2 miliar (sekitar Rp30,2 triliun) dan bisa mencapai US$4 miliar atau lebih," tulis Fitch Ratings dalam lamannya.
4. Konspirasi Teknologi AS
Tak lama berselang gempa Turki, muncul konspirasi gempa tersebut ada kaitannya dengan High-frequency Active Auroral Research (HAARP) milik Amerika Serikat (AS).
High-frequency Active Auroral Research (HAARP) milik Amerika Serikat (AS) adalah proyek bersama Angkatan Udara AS dan Angkatan Laut AS pada tahun 1993 dengan kendali dialihkan ke University of Alaska Fairbanks (UAF) pada tahun 2015.
Hal tersebut viral setelah sebuah unggahan di Facebook mengungkap bahwa fasilitas riset HAARP di Alaska bisa mengendalikan cuaca Bumi. Dalam unggahan tersebut menyebutkan cara mengendalikan cuaca dengan menggunakan partikel logam bergetar di atmosfer dengan gelombang radio.
Unggahan itu menyebutkan bahwa terlebih dahulu fasilitas HAARP mentransmisikan gelombang radio ke partikel. Kemudian partikel yang mampu mengendalikan cuaca disebarkan menggunakan pesawat ke atmosfer.
Namun nyatanya, para ahli mengatakan bahwa HAARP tidak berdampak pada troposfer atau stratosfer tempat pesawat terbang dan cuaca terjadi. Fitur yang terdapat pada HAARP adalah pemancar frekuensi tinggi yang digunakan untuk mempelajari ionosfer, bagian dari atmosfer atas bumi.
5. Posisi Erdogan Goyang
Akibat penanganan yang diduga lambat, kemarahan warga Turki memuncak ke Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Dari beberapa sumber yang tertulis bahwa banyak warga Turki yang marah dengan kinerja pemerintah Turki menangani pasca-gempa. Seperti yang terjadi di Hatay, salah satu provinsi yang paling terdampak, di mana beberapa warga yang frustasi mulai marah kepada Erdogan.
Artikel menarik lainnya baca di Google News.
(astj/astj)