Festival 'Perang Air' menjadi tradisi baru saat Tahun Baru Imlek bagi masyarakat Kepulauan Meranti, Riau. Ide festival perang air ini ternyata dicetuskan oleh Kombes Zahwani Pandra Arsyad, yang kini menjabat sebagai Kabid Humas Polda Lampung.
Kepada detikSumut, Pandra mengatakan festival itu dicetuskannya saat dia menjabat sebagai Kapolres Meranti pada tahun 2014, saat itu Pandra masih berpangkat AKBP.
Diungkapkannya, ide melaksanakan festival perang air itu muncul sebagai pertimbangan untuk menghilangkan gangguan Kamtibmas karena adanya tradisi menyiram air saat Imlek. Menurutnya, saat itu banyak warga yang tidak senang disiram air saat perayaan Imlek.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mengurangi gangguan Kamtibmas itu, Pandra kemudian terpikir untuk melakukan festival 'Perang Air' dalam rangka penertiban tanpa menghilangkan tradisi. Hal ini kemudian dia bawa ke rapat bersama Forkompimda Meranti dan paguyuban yang ada di Meranti.
"Tradisi Perang Air ini pun disetujui," ucap Pandra kepada detikSumut, Senin (23/1/2022).
Usai disepakati, festival ini pun dilaksanakan. Kegiatan mulai dilakukan setelah salat Ashar hingga sebelum salat Maghrib.
"Saat kegiatan siram air berlangsung tidak diperbolehkan menggunakan botol plastik dan tidak menggunakan perhiasan atau barang-barang berharga. Kemudian diumumkan kepada warga melalui media maupun imbauan dari bhabinkamtibmas agar dapat dipatuhi semua pihak," tutur Pandra.
Dalam festival ini juga warga yang ikut serta harus menggunakan becak khas Meranti untuk mengelilingi Selatpanjang yang merupakan ibu kota Meranti. Tujuan penggunaan becak bermotor ini adalah untuk mendorong peningkatan ekonomi masyarakat, khususnya yang memiliki becak bermotor.
Pandra menjelaskan festival yang kemudian dikenal dengan nama Cian Cui ini pun terus berlanjut di tahun-tahun berikutnya. Bukan hanya untuk warga lokal, festival ini menjadi daya tarik turis yang datang ke Meranti.
(nkm/nkm)